Aku mulai bersekolah setelah hampir sebulan, layaknya anak normal seperti biasa. Aku mengikuti pelajaran demi pelajaran dengan seksama, tanpa gangguan seperti hari-hari sebelumnya.
Hari itu sangat tenang bagiku, tak ada gangguan aneh-aneh lagi yang tertuju kepada diriku. Ya, walaupun aku hanya melihat mereka beberapa disekolah, dengan sosok yang tak perlu untuk di takutkan. Karena aku telah terbiasa oleh kehadiran mereka disekolah, tak jarang bukan? Lagi pula aku juga mengenal sosok mereka satu persatu dengan baik.
Aku sedang berada di ruangan Theater bersama Joa, Charisa, Deven, Naziel, Nashwa, dan Gogo. Kami bertujuh sedang berlatih untuk pentas seni yang di gelar pada malam dimana kemah di sekolah berlangsung.
"Kita bakalan nunjukin seni apa?" tanya Joa, kepada kami berenam di ruangan tersebut.
"Kan Theater, gimana si?" sahut Charisa dengan raut wajah yang agak kesal menurutku.
"Maksud si Joa tuh, mau nunjukin Theater tentang apa?" kata Nashwa, memperjelas.
"Kalo aku si oke-oke aja" sambung Gogo sambil bersiul.
"Asal ada Joa, kan?" ucap kami semua bersamaan.
"Shuttt!! Jangan bilang, percuma. Dia ngga peka," kata Gogo pelan, tapi masih dapat didengar dengan jelas.
"Udahlah, Go. Caper aja terus sama Joa, haha.," sahut Naziel dengan menyenggol lenganku.
"Whahah! Bener banget tu!" kataku sambil tertawa meledek Gogo.
"Gogo Bucin sama Joa!" kata Deven dan Charisa bersahut-sahutan.
"Lah? Kenapa aku?" kata Joa santai.
"Udahlah, Jo. Terima aja tu, Gogo. Kasian bet, ngode terus tapi kamu ga pernah peka, haha" ucap Nashwa dengan menggoda Joa.
"Yaps! Bener banget!" kataku, Charisa, dan Naziel bersamaan.
"Gabaik ngejodohin orang sembarangan!" kata Joa dan Gogo bersamaan.
"Udahlah, Go. Kapan rencananya mau nembak Joa?" kata Deven dengan mengangkat kedua alisnya.
"Secepatnya!" seru Gogo dengan semangat.
"Emang aku mau nerima kamu?" sahut Joa dengan raut wajah datar khas nya.
"Udah-udah kenapa jadi kesini?" kataku melerai kegaduhan yang di ciptakan oleh teman-temanku.
"Iya tau nih. Jadi sekarang, mau theater kaya gimana?" sambung Deven.
"Gimana kalo kita bikin kayak paranormal experience?" kata Nashwa, Joa, dan Naziel bersamaan.
"Buset! Nanti di datengin beneran. Kalian pada kabur, enak kalo kabur, kalo kencing dicelana?" kata Gogo menaikkan alisnya.
"Diangkat dari cerita asli atau palsu?" sahut Charisa.
"Palsu, lah. Kalo asli, kita kan ga pernah ngalamin ya ga?" kata Nashwa menyenggol lengan kami berenam satu-persatu.
Mataku terbelalak mendengar pembicaraan mereka. Aku, Charisa, dan Deven hanya melirik satu persatu.
"Ye malah lirik-lirikan!" kata Mereka mematahkan pandangan kami bertiga.
"Serius harus paranormal experience?" kata Deven.
"Dua rius malah" kata Naziel.
"Kenapa, kalian bertiga takut?" ujar Nashwa dengan lirikan yang mencurigai kami.
"Engga kok, engga. Ya ga, Neth?" kata Charisa terbata dan langsung menyenggol lenganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Dia' yang Bersamaku
Terror[Follow dulu sebelum membaca] Semua orang selalu menganggap diriku berbeda. Mereka bilang diri ku aneh. Tetapi mereka tidak tau apa yang sudah aku lewati hingga saat ini bukanlah hal yang mudah. Disini aku ingin mereka semua tau, bahwa apa yang me...