006.OSIS

796 54 0
                                    

Ruang Osis semakin padat dengan kedatangan rombongan MPK yang akan menggelar rapat diruang sebelah.

Mereka saling menyapa satu sama lain, termasuk Adinda. Anak-anak MPK banyak yang menyukainya termasuk ketuanya, Tanzi.

"Hai din!"sapa tersenyum, dibalas dengan lambaian tangan.

Agler yang memperhatikan keduanya yang sepertinya sudah akrab, membuatnya menatap sinis keduanya.

"Kenapa lo?"tanya David menyenggol lengan Agler, memberi kode dengan tatapannya ke arah Adinda dan Tanzi.

"Apa?"Sewot Agler.

"Cemburu ya lu?"tanya David menggodanya.

"Siapa gua cemburu?"jawabnya bertanya-tanya.

"Partner lu lah, siapa lagi?"ujar David dengan nada mengejek.

Adinda yang sadar dengan tatapan David melihat kearahnya dengan wajah dinginnya.

"Apasih din, liatnya gitu banget."ujar David tak suka dengan tatapan Adinda.

"Lo lagi ghibahin gua kan kak?."tanya Adinda sambil melirik Agler yang fokus menatap layar leptopnya.

"Engga yaallah, sumpah deh."jawabnya mengangkat kedua tangannya.

Tanzi menepuk bahu Agler, membuatnya menoleh dan tersenyum lalu kembali fokus dengan kegiatannya yang tertunda.

Adinda yang merasa sikap Agler tidak seperti biasanya, penasaran.

"Kenapa lu, kak?"tanya Adinda menatap kearahnya.

"Engga, kenapa?"jawab Agler seadanya.

Dih, aneh banget anjirr.tiba-tiba sok dingin gitu, cih.gerutunya dalam hati

“Din, tolong pinjem charge dong”pinta Ziga.

Adinda mengambil totebag miliknya yang tergeletak diatas meja rapat, lalu isinya jatuh semua karna ia salah menarik.isinya jatuh mengenai punggung Agler, membuatnya meringis kesakitan.

Isi totebag Adinda.
Handphone, charge, facewash, antis, tissu, sunscreen, handbody, pembalut, kotak makan dan tumbler.

Anjirr,umpat Agler dalam hati.

Adinda menutup mulutnya,terkejut.

"Aduh sorry,sorry..."ucapnya memungut barangnya yang menimpa punggung Agler.

Agler masih tetap dengan posisinya.
Ia menarik napas dalam, Adinda dan yang lainnya bergidik ngeri melihat Agler seperti itu.

Adinda mendekatkan wajahnya ke wajah Agler, yang membuatnya refleks memundurkan wajahnya.

"Kak, maaf yah?"ucapnya dengan wajah memelas.

Agler yang ditatap seperti itu, merasa jiwa-jiwa jahilnya terpanggil.

"Gak."jawabnya dingin.

Agler mengubah posisi duduknya, membelakangi Adinda.

"Ih kak, jangan gitu geh."ujar Adinda menggoyang-goyangkan lengan Agler.

KETOS VS KETUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang