Waktu menunjukan pukul satu siang ketika gue menerima pesan singkat dari seorang teman semasa gue SMA dulu. Gaby namanya.
Sudah kurang lebih satu minggu gue meneror Gaby hanya agar dia bisa menyelundupkan gue ke suatu acara musik indie yang akan dihelat malam ini di salah satu pusat perbelanjaan di daerah Kuningan.
Acara musik ini menghadirkan sepuluh artis dan atau band indie yang gue hanya tau tiga di antaranya, yaitu Naif, Payung Teduh dan Mocca. Yang lainnya sih, sekadar tau namanya doang. Hehe.
Iya, gue tau, pasti gue terdengar seperti cewek-cewek sok indie yang dateng ke sana tanpa tau akan ngapain, kan? Dan jujur emang benar gue gak tau harus ngapain di sana, sih.
Yang gue tau, gue ke sana hanya untuk mencari Febri, seorang cowok yang sudah kurang lebih sebulan ini gue taksir. Dari jauh, kalau boleh gue tambahkan.
Gue ini adalah tipe cewek yang sukanya mencintai diam-diam, walaupun sepertinya definisi mencintai belum pantas gue nobatkan untuk perasaan gue terhadap Febri ini. Dan menurut gue, usaha gue untuk mencari dia di sana dan melihat dia dari jauh, belum mendefinisikan kata cinta. Lagi pula, siapa sih yang tau, kalau ke depannya semua bayangan gue tentang Febri akan menjadi nyata?
Acara internal fakultas gue lah yang membawa gue bertemu Febri sekitar satu bulan yang lalu. Dia di sana, dengan gitar akustik dan suara merdu, menjadi salah satu tamu pengisi acara dari fakultas sebelah.
Salah satu teman sejurusan gue yang waktu itu menjadi panitia acara, dengan gitu aja memberi informasi yang dia tau tentang Febri begitu dia melihat gue tak berkutik sedikit pun saat Febri mulai membawakan lagu sebagai penyanyi solo akustik yang mampu menghipnotis semua cewek yang menonton dia.
Febri ternyata sebegitu terkenalnya di kampus gue. Dan yang gue bingungkan, kenapa bisa gue baru tau saat itu?
Tentunya hati gue yang udah tergeletak gitu aja di tangan Febri, gak mau membiarkan pemiliknya terkalahkan oleh cewek-cewek indie yang notabennya memang hobi nonton gigs.
Dan benar, itu lah yang akan gue lakukan hari ini. Menonton acara musik indie yang kurang gue banget. Demi seorang lelaki yang tentunya pula gak mengetahui kalau gue sedang bernapas dan mengagumi dia.
Gaby ternyata menyetujui permintaan dari gue untuk misi penyelundupan tadi. Katanya, gue cukup nunggu di depan loket dan ia akan kembali mengabari gue nanti.
Jadi setelah kembali mengiyakan pesan Gaby, gue pun bergegas untuk mandi dan berdandan seadanya. Selama perjalanan, hati gue hanya dipenuhi oleh pengharapan untuk bertemu Febri walaupun entah, seberapa besar tempat perhelatan acara musik tersebut.
Semoga ini adalah awalan cerita baru yang baik untuk hidup gue.
Firas back dengan cerita fiksyen yiha!
Baca plis aku janji lanjutin aus 3 tp ngatau kapan :(