Prolog

37.1K 853 36
                                    

"Jangan pernah menyia-siakan takdir, mungkin saja suatu saat rasa kehilangan itu terlampau berat untuk dirasa,"

🕊🕊🕊

Sepucuk surat untuk atma yang tengah menyandang luka, untuk raga yang tak henti mengurai air mata. Kehilangan itu begitu nyata adanya, bukan hal belaka apalagi kata yang akan hilang seiring berjalannya kenangan. Ini bukan soal hari ini yang terluka dan besok yang menyandang status baru dengan orang lain yang didamba. Akan tetapi, ini adalah sebuah rasa penyesalan dari orang yang telah menyia-siakan cinta tulus dari seorang lelaki.

"Pesawat yang Akhtar terbangkan mengalami kecelakaan, Sab. Pesawatnya gagal ditching, hilang kontak di laut utara," ujar Raja kepada Sabrina kala itu. Satu tahun membawa luka, ia tak mendapat berita apa pun soal mantan suaminya.

"Akhtar, Sabrina sudah dewasa sekarang. Hatinya menyandang luka karenamu. Kembalilah, dia membutuhkanmu," bisik isi hati Sabrina sembari memeluk erat sepucuk surat yang diberikan Akhtar sebulan setelah mereka bercerai.

Jemari-jemari yang indah nan lentik itu meremas kuat surat tepat di depan dadanya. Hatinya begitu remuk mendengar berita duka setahun ini. Jika bisa meminta, ia ingin bertemu Akhtar sebentar saja sebelum rasa kehilangannya semakin nyata.

"Kenapa? Kenapa selalu begini?!" seru Sabrina dengan tangis yang begitu kencang, air matanya pun mengalir deras.

"Sabrina! Kamu kenapa? Hei, tenang, Dek!" seru Devan yang baru saja pulang kuliah, lelaki itu langsung masuk ke kamar Sabrina yang terbuka, lalu memeluk tubuh adiknya begitu erat. Sabrina selalu seperti ini jika Devan tak ada di apartemen mereka. Ya, keduanya tengah menimba ilmu di Perancis.

"Akhtar nggak akan begini kalau Sabrina nggak minta cerai," keluh Sabrina dengan isak tangisnya.

"Bukan salah kamu, Sab. Akhtar pergi karena Tuhan sayang, apa pun kisah selanjutnya nanti, kamu cukup menerima. Rasa kehilangan itu ada, tapi apa iya kamu terus-terusan begini dan stuck di fase ini? Hidup itu dinamis, nggak bisa dibawa statis," ujar Devan. Lelaki itu menarik Sabrina yang sudah tenang di pelukannya untuk duduk di tepi ranjang.

"It's gonna be okay. Luka itu perlahan akan hilang dari pandangan kalau kamu mau menutupinya dengan yang lain," ucap Devan. Kini, lelaki itu tersenyum dan mengelus punggung Sabrina.

Sabrina tersenyum kecut. "Mungkin takdir sudah lelah karena selalu aku sia-siakan dan kini takdir menghadirkan rasa kehilangan sebagai balasan," gumam Sabrina. Gadis itu sudah tak mau diceramahi lagi, ia memeluk erat Devan. Lelaki itu paham, mulutnya tak jadi mengeluarkan suara, ia memilih untuk memberikan ketenangan untuk Sabrina.

"Tuhan itu Mahaadil, ketika Dia memberikan bahagia dan luka secara bersamaan,"

🕊🕊🕊

Ini adalah bagian prolog baru yang hanya bisa kalian baca secara ekslusif di Dreame. Untuk isi lebih lanjut, saya pastikan akan jauh lebih berbeda. Kalian bisa cek di bagian PINDAH DREAME untuk mengetahui benefit apa saja yang akan didapatkan. Saya jamin dan pastikan.

Tentang Jarak [PINDAH KE DREAME]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang