kelembutan...

668 92 14
                                    

.
.
.
Paris, kota yang entah mengapa mengingatkan jihoon dengan kisah-kisah romantis yang sering di tontonnya saat akhir pekan.

Semua terasa indah jika mendengar nama dari kota ini, gadis itu kembali menatap punggung lebar suaminya yang masih setia memimpin perjalanan menuju kamar hotel yang akan mereka tempati.

"99, 100, ini dia 101, kita sampai."

Daniel tersenyum dan segera membuka ruangan kamar milik mereka.

Jihoon tidak bisa menutup mulutnya karena sangat kagum dengan apa yang dia lihat. Ruangan besar dengan kasur yang terlihat sangat empuk.

Di luar sana jihoon dapat melihat menara effiel yang menjulang tinggi ke langit, apa lagi pemandangan lampu kerlap-kerlip yang menghiasi kota saat malam hari, hal itu semakin membuat jihoon tidak bisa menutup mulutnya karena takjub.

Daniel tersenyum melihat ekspresi jihoon yang masih menatap takjub keluar sana.

Tangan pemuda itu terulur untuk mengusak gemas puncak kepala istrinya.

"Mandilah, setelah itu kau bisa langsung istirahat." Ucap daniel santai.

Mendengar apa yang di katakan daniel barusan membuat jihoon menoleh dengan cepat.

"Hah? Istirahat? Itu bagaimana dengan jala-"

Jihoon menghentikan kalimatnya sambil menatap tidak rela ke arah jendela, ada menera effiel di luar sana dan dia ingin pergi untuk melihat dari jarak dekat.

Daniel terkekeh saat melihat tingkah jihoon yang semakin mendekat ke arah jendela sambil menggosok-gosok bayangan menara effiel dengan jari telunjuknya.

"Tidak sekarang ji, kau perlu mandi dan mengistirahatkan tubuhmu, sekarang cepatlah mandi."

Gadis itu hanya mengangguk patuh, dia berjalan mendekati kopernya dengan lemas dan akan segera pergi mandi.

Bagaimanapun jihoon tidak boleh sampai membuat suaminya marah, apalagi rencana awal dia datang ke paris bukan untuk jalan-jalan, dia hanya akan menemani daniel bekerja disini.

Jadi apa yang bisa dia harapkan, jika urusan daniel selesai besok maka dia tidak akan bisa melihat pemandangan malam hari kota paris lagi.
.
.
.
.
.
Keesokan paginya jihoon terlihat masih betah berada di alam mimpinya, sedangkan daniel, pria itu sudah rapi dengan setelan jas biru tua.

Daniel menyesap kopinya tanpa mengalihkan tatapan matanya dari kertas di tangannya.

Tring

Tring

Tring

Deringan ponsel membuat atensi daniel teralihkan, pria itu berjalan cepat menuju ponselnya yang berada dinakas tepat di samping ranjang.

"Halo"

Daniel tersenyum saat melihat wajah jihoon yang masih tidur dengan mulut sedikit terbuka.

"Tuan meeting akan dilakukan satu jam lagi."

"Tolong batalkan, aku ada keperluan mendesak, kita bertemu setelah 3 jam."

Daniel menutup teleponnya dan meletakan kembali di nakas, lagi-lagi senyum pria itu mengembang saat melihat istrinya yang masih setia berada di balik selimut.

Tangan daniel terulur untuk mengelus lembut pipi gembil milik jihoon.

"Ji, waktunya untuk bangun."

Bisik daniel sambil mengecup kening jihoon lama.

Matahari sudah terbit, susana riuhnya pertengahan kota juga sudah di mulai, para karyawan akan kembali ke kantor mereka.

Para pemilik toko juga sudah membuka toko dan siap menjual dagangan mereka, bahkan para pelajar mungkin sudah memulai pelajaran mereka sekarang.

nielwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang