Bel pulang sekolah bagaikan sebuah panggilan surga bagi Qori.
Tanpa berfikir lama, segera dia bergegas pulang ke rumah.
Tapi alasannya yang terburu-buru pulang itu bukan karena dia ingin bermain, melainkan karena dirinya sedih dan ingin menyendiri.
"Eh udah pulang anak ibu?" Tanya ibu ramah
"Iya bu.."
"Kalo nanti mau main makan dulu ya!"
"Iya bu.."
"Ada pr gak disekolah?"
"Engga ada bu.."
"Yaudah"
Setelah makan, Qori biasanya mengerjakan pr dan kemudian pergi bermain, namun untuk kali ini tidak.
Dia hanya menghabiskan harinya itu dengan menonton TV dan bermain sendirian di rumah.Di dalam rumah, tidak ada seorangpun yang menyadari kesedihan Qori. Dia memilih tidur untuk melupakan kesedihannya.
Esok paginya dia berangkat ke sekolah seperti biasa, tidak ada hal yang istimewa. Dia mengerjakan tugas sendiri, ke kantin sendiri, ke kamar mandi pun sendiri.
"Kamu gak takut ke kamar mandi sendiri?" Tanya seorang teman
"Enggak, ngapain takut orang gak ada apa-apa"
"Katanya disitu serem tau.. ada setannya"
"Tapi kan aku gak bisa liat"
"Iya siih.."
Setelah itu Qori meninggalkan percakapan tersebut.
Tak terasa Qori akhirnya memasuki kelas 4. Tidak pernah terbayang oleh Qori bahwa dia bisa menjadi juara kelas. Mungkin ini akibat dari rajin belajar dan tidak terlalu sering bermain.
Alhasil, teman-temannya banyak yang mendekati dia. Awalnya Qori merasa heran, tapi dia tetap berpikir positif dan akhirnya terhanyut dalam permainan sosial tersebut.
Banyak temannya di kelas yang mendekatinya hanya untuk sekedar menanyakan PR, mengajaknya ke kantin, dan ada juga yang mengajaknya bermain polisi-polisian. Bahkan Milka temannya yang populer seangkatan pun sering mengajaknya bermain.
Untuk saat itu Qori telah melupakan segala kesedihannya. Sampai akhirnya di kelas 5 peringkatnya turun menjadi peringkat ke-2, tapi yang paling membuatnya kecewa adalah kenyataan bahwa Milka yang ternyata mendapatkan peringkat pertama. Padahal selama ini Milka selalu diajarkan oleh Qori, menyalin PR Qori, bahkan meminta Qori untuk membuatkan PRnya.
"Hidup ini kadang tidak adil, apa yang salah sama aku? Aku tidak pernah menjadi orang jahat, tapi aku selalu kalah. Lagi-lagi kemenangan hanya didapat oleh orang seperti dia. Dia sudah memiliki banyak teman, dikenal kelas lain, dikenal guru, pintar dan cantik. Mengapa aku selalu saja hanya menjadi debu disekitarnya?"
Mulai detik itu, Qori coba menjaga jarak dengan Milka.
"Qori! Nanti pulang bareng ya.. tapi tungguin aku beli gorengan dulu"
"Aku mau langsung pulang Ka"
"Iih.. kenapa? Tungguin bentar kek"
"Yaudah iya"
Tapi sekeras apapun Qori mencoba menjauh, Milka tetap ingin menjadi parasit dikehidulan Qori.
Sampai akhirnya, Qori memutuskan untuk berkenalan dengan seorang anak dari kelas sebelah, mereka menjadi akrab dan terbiasa pulang bersama.
"Kamu gak pulang bareng Milka?"
"Engga, nungguin dia lama.. oh iya! Nama kamu siapa?"
"Nama aku Vira, kalo kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ceritamu adalah Ceritaku (Based On True Story)
Short StoryIni adalah sekumpulan cerita true story dari beberapa orang yang aku kenal. Aku akan menjadikannya cerita yang sudah sedikit dimodifikasi tanpa mengubah hikmah dan pelajaran yang dapat diambil. Aku bagikan cerita mereka dengan tujuan agar kalian dap...