Meet Alpha

1.2K 91 2
                                        

   Pelajaran di kelas ku terlihat sangat mudah. Aku sudah mempelajarinya sejak umurku yang ke sepuluh. Namun banyak omega lain atau dapat kusebut dengan teman sekelas, terlihat kesulitan untuk menangkap pelajaran.

   Saat bel istirahat berbunyi, banyak teman sekelasku yang mengerumuni tempat duduk ku. Mereka terlihat senang karena mendapat teman baru. Kita semua pun langsung akrab dan mereka memberitahu ku berbagai macam masalah menjadi omega, dan apa itu 'heat', lalu jangan terlalu dekat dengan alpha, dan masih banyak lagi. Ada satu omega yang suka bergosip. Namanya Yuriken. Dipanggil Ken oleh banyak orang di kelas ini. Ia memiliki julukan omega murahan, namun banyak dari omega di kelas ini yang begitu kagum padanya. Ia terkenal telah banyak ditiduri oleh alpha di sekolah elit ini. Aku sih tidak begitu mengerti dan menganggap itu angin saja. Tapi mereka bilang, kalau ingin mengukur ukuran kejantanan para alpha di sekolah ini, dia lah yang paling tahu. Huh? ada-ada saja bukan?

"...eh!? kamu tidak bawa bekal Miki?"

"Aku butuh ke kantin. Kalau saja telat makan, perut ku sakit." Semua murid di kelas menoleh ke arahku.

   Tiba-tiba tiga orang murid maju mendatangiku. Salah satunya ada Rie. Mereka ber tiga memberiku sebuah tawaran. Aku bingung kenapa mereka sampai seperti ini.

"Kalau begitu kita akan mengantarmu ke kantin. Jangan takut." ucap salah satu dari mereka.

"Loh? memangnya kenapa harus takut?" kataku seraya memberikan wajah bertanya-tanya.

"Begini Miki, sekolah ini kantinnya menjadi satu dengan para alpha. Kita para omega sangat berbahaya kalau ke sana. Mau sendiri, bersama-sama, atau bahkan saat upacara, perlombaan, dan lain-lain. Tapi tenang saja, kita ber tiga berani."

"Eh? aku bisa kan minta bento kalian?"

"Benar juga... Tapi! aku mau kamu melihat sendiri bagaimana seorang alpha itu. Lagi pula kamu sendiri yang bilang kalau tidak tahu dunia luar seperti apa." Aku mengagguk dan menyetujui ajakan mereka. Para omega lain melambaikan tangan dan kembali memakan bentonya masing-masing.

   Aku, Rie, Saki, dan Zen turun dengan lift menuju lantai paling bawah. Setelah pintu lift terbuka, banyak murid berlalu-lalang. Aku melihat anting berwarna biru yang berarti beta. Kita harus melewati koridor sekolah, taman, dan barulah sampai di kantin. Banyak dari beta yang menyapa kami dan berharap untuk hati-hati terhadap alpha. Aku jadi bergidik ngeri mendengarnya.

   Sesampainya di kantin, pegangan tangan teman sekelas ku ini mulai mengerat. Bau harum yang asing memenuhi penciumanku. Bukan bau makanan, ini seperti bau parfum berbahan alami. Di ujung tempat duduk kantin, banyak pria yang menggunakan anting berwarna emas. Mereka melihat kami seakan kami adalah mangsa. Aku tidak begitu paham, tapi saat itu Saki langsung menarikku ke arah penjual roti serta makanan cepat saji.

"Eih, ayo buruan dipilih makanannya. Sepertinya Zen dalam keadaan bahaya." Ucap Saki.

Rie mengusap-usap pucuk kepala Zen yang wajahnya terlihat bersemu merah. Keringat bercucuran di wajahnya. "Dia kenapa?"

Aku mengambil sandwich, "Di ujung sana ada Gill. Zen begitu lemah jika melihatnya, sepertinya Zen mudah 'heat' kalau bertemu dengannya." Ucap Rie.

   Setelah membeli sandwich, aku langsung bergegas bersama teman-teman ku untuk kembali ke kelas. Namun banyak orang yang berkumpul sehingga menghalangi kami untuk pergi dari kantin.

"Ada Sasuke dan Toki. Mereka pasti mau ke sini." Saki menopang tubuh Zen. Untungnya, Zen masih bisa menahan bau tubuhnya agar para alpha tidak mencium bau tubuhnya.

"Siapa Sasuke dan Toki?" Tanyaku.

Rie menjawab, "Mereka adalah alpha terkuat di sekolah ini. Banyak omega yang mengincarnya, beta pun begitu."

The Sweetest SmellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang