Chapter 3 = Detak jantung

2.5K 55 0
                                    

Pagi bukanlah waktu favoritku. Mual dan pusing selalu datang bersamaan. Hal itu membuatku hanya bisa tidur di kasur sampai pusing ini hilang. Namun di saat ini, aku jadi ingat David yang selalu membawa sarapan untukku yang tidak kuat bangun. Ukh... Bukan saatnya aku menangis.

Lalu aku tidak kuat dan ingin muntah sekarang. Aku pun mengambil kantung plastik dan memuntahkan seluruh sarapanku. Huft.... Untung orang tuaku sekarang menemaniku. Setidaknya aku tidak melalui ini sendirian.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Aku sedang bersiap - siap ke rumah sakit karena aku akan check - up. Kata dokter, mungkin detak jantung bayiku bisa terdengar. Aku benar - benar tidak sabar.

Aku dan ayahku pun melaju ke rumah sakit secepat mungkin. Setelah itu, kami langsung mendaftar ke bagian administrasi. Sampai namaku dipanggil, aku dan ayahku menunggu di depan ruang dokter.

"Nyonya Jen Willems," panggil suster.

Aku pun berdiri dan menyuruh ayah menunggu di luar. Setelah itu, aku pun masuk ke ruang dokter. Dokter di ruangan itu menyapaku dan memeriksaku dengan saksama. 

Lalu, ia membuka bajuku dan mengoles semacam cairan ke perutku. Dengan sebuah alat, ia mencari letak bayiku dan detak jantung bayiku.

"Dug,dug,dug," suara pun terdengar dari salah satu alat dokter. Jelas itu suara detak jantung bayiku. Aku dengan semangat membuat video yang merekam jelas suara detak jantung itu. Lalu aku mengirimnya pada David.

Setelah menceramahiku mengenai berbagai banyak hal, aku dan ayahku segera pulang ke rumah. Di rumah, aku membantu ibuku menyiapkan makan siang. Tiba - tiba, ponselku berdering. Aku pun mengangkat telepon itu. Dari David.

"Halo, ini Jen kan?" tanya David dari seberang sana.

"Ya, ini aku. Oh! Kau dengar suara detak jantung bayi kita bukan. Keren dan cepat sekali," kataku.

Tiba - tiba, terdengar suara isak tangis dari seberang sana. 

"David?" tanyaku.

"Oh maaf. Uhm... Jaga bayi kita. Aku harun pergi," balas David lalu menutup telepon.

Jelas tadi David yang menangis. Aku tahu perasaanya pasti campur aduk setelah mendengar detak jantung bayi ini. Ada rasa takut, senang, sedih, dan lain sebagainya. Namun aku tahu dia hanya ingin berada di sampingku dan merasakan langsung prosesnya. Ia ingin mendukungku, namun terdapat banyak halangan seperti ini. Air mataku menetes. Jika ini cobaan, kenapa harus seberat ini?

Your Promise (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang