Rahasia Pertunangan Gantari

25 6 11
                                    


Let's touch the star ⭐⭐:)
Sending lost of kisses and hug to you all :)

***

Gemi menatap Gajendra malas-malasan saat kakak tertuanya itu menduduki kursi yang tadi ditinggalkan Anjana. Lalu setelahnya ia beralih menatap Anjana dan Karan yang berpamitan untuk membeli makanan ke bawah.

Ck.

Alasan keduanya membuat Gemi memutar bola mata berulang kali. Bilang saja kalua mereka memang mau meninggalkannya berdua dengan Mas Gajen. Padahal mereka tahu, Gemi sama sekali belum mau bertemu siapapun dari keluarganya terlebih Gajendra. Bukan apa-apa, hanya saja Gemi selalu saja kehilangan kepercayaan diri jika Gajen menatapnya dalam dan lama. Mungkin karna Gemi sangat menghormati kakak laki-lakinya itu, dan juga Gajen yang tidak pernah marah padanya kecuali jika ulahnya sudah melewati batas yang telah ditentukan. Seperti hari itu, saat Gemi dengan tidak sadar mengungkap kedatangannya ke club, hal yang paling dilarang Gajendra selama ini. Nyali Gemi langsung ciut sebelum tekad bulatnya lebih banyak datang.

"Aku lagi males ngomong sama Mas Gajen." Gemi memulai pembicaraan setelah bunyi pintu apartement tertutup terdengar. Tanpa menatap Gajen sama sekali Gemi bangkit, ia hendak pindah dari dapur ke ruang tamu Karan. Ruang tamu yang lebih luas dan tentu saja bisa membuat Gemi membangun jarak dengan Gajen.

"Ge." Gajendra menyebut namanya saat pergerakan Gemi sudah mencapai single sofa yang ada di ruang tamu.

"Mama kuatir sama kamu." Gajen menambahkan, ikut duduk disalah satu single sofa yang ada disana.

"Ge ngak ngerti kenapa Mama kuatir sama Ge." Mencoba memberanikan diri, Gemi mengatakan isi kepalanya, hal yang tidak ia mengerti dari keluarganya selama ia meninggalkan rumah dua hari teakhir. Kenapa mereka kuatir? Padahal mereka selalu menanyai Karan autaupun Anjana tentang dirinya.

"Mama kuatir kamu ngak ada dirumah Ge, Mas juga kuatir, Gantari apalagi."

"Ge ngak ngerti kenapa semua orang pada sok khawatir sama Ge."

"Kita semua ngak sok kuatir, tapi memang benar-benar kuatir. Kamu tau gimana..."

"Seharusnya," Sebelum kalimat Gajendra selesai tentang betapa khawatirnya keluarga mereka karna Gemi tidak pulang selama dua hari, Gemi sudah memotong, menyampaikan ketidak terimaannya tentang kalimat yang baru saja diucapkan Gajendra.

"Kalau memang Mas ataupun Mama dan Mbak Gantari khawatir sama aku, Mas dengerin apa yang aku bilang waktu itu. Aku ngak setuju dengan perjodohan Mbak Gantari, seharusnya Mas percaya sama aku."

"Mas percaya kamu!" Kalimat yang baru saja diucapkan Gajendra sama sekali tidak bisa dipercaya oleh akal sehat Gemi, percaya macam apa yang disebutkan Masnya itu?

"Mas ngak percaya aku. Kalo Mas percaya, Mas ngak mungkin tetap lanjutin pertunangan mbak."

Gajendra menghela nafas berat atas apa yang baru saja adiknya ucapkan. Dia percaya Gemi sepenuhnya, apalagi Gemi sampai melakukan protes dengan tidak pulang kerumah selama dua hari terakhir. Hanya saja, ada hal yang lebih rumit dari sekedar mempercayai ucapan Gemi. Ada hal complex yang tidak mungkin dilanggar begitu saja hanya karna ketidaksukaan Gemi.

"Mas percaya kamu, Ge, ngak ada satupun dari ucapan kamu yang ngak Mas percaya."

"Terus kenapa Mas masih lanjutin perjodohan Mbak Gantari?"

"Karena semuanya ngak semudah apa yang kamu bayangkan, ngak semudah itu bisa batalin pertungangan mereka. Ada hal-hal yang ngak bisa dengan semaunya di ubah. Pertunangan Gantari udah ada sejak lama."

4GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang