Pertemuan

41 6 2
                                    


Gemi memandang sekelilingnya berulang kali. Di depan sana, Yuan, sang pemilik acara malam ini tampak anggun dengan balutan maxi dress bewarna merah. Hari ini Yuan ratunya, ratu sehari dalam perayaan hari istimewa ulang tahun keduapuluh. Kemudian, disamping Gemi, Anjana duduk manis dengan midi dress bewarna putih sesuai dengan dresscode yang tertera dalam kartu undangan yang dibagikan Yuan sebelumnya, serta seluruh tamu undangan yang ada dalam ruangan pesta. Juga Karan, kemeja putih dan jeans senada membalut tubuhnya sempurna. Semuanya tamu berdandan rupawan baik laki-laki maupun perempuan, terkecuali Gemi sendiri. Kaus putih polos yang dipadu dengan jaket denim serta A-line skirt putih tentu saja bukan pilihan seharusnya. Ditambah lagi sneaker putih polos yang meskipun baru, tetap saja tidak mencerminkan seseorang yang sedang berada dipesta semewah ulang tahun Yuan.

Gemi tahu ini bukan pesta formal, tapi mengingat siapa Yuan dan siapa saja teman-temannya, tentu saja penampilan dengan gaya anggun nan elegan dalam balutan gaun pesta menawan sudah pasti menjadi pilihan nomor satu yang tidak terelakan.

Kemudian, tatapan membunuh yang dilayangkan Yuan saat mata mereka bersirobok untuk kesekian kali, seolah menambah daftar panjang kesalahan yang Gemi buat hari ini.

Pertama, pesta ulang tahun Yuan, teman satu kelas Gemi dalam berbagai macam mata kuliah itu, diadakan di sebuah night club salah satu hotel cukup ternama didaerah mereka. Tempat yang untuk apapun alasannya, ia, Gemintang Osena, sama sekali tidak di perkenankan oleh kakak tertuanya untuk menginjakan kaki disana. Kedua, halter dress yang ia beli dengan Anjana khusus untuk pesta hari ini, ia sembunyikan begitu saja dalam lemari baju kamarnya. Membuat Anjana yang menantinya dilokasi pesta memasang tampang terluka detik pertama melihat penampilan super sangat biasa darinya.

Bukan tanpa alasan, Gemi sudah memikirkan segalanya masak-masak. Jika ia memakai dress yang dibelinya dengan Anjana, ia khawatir kakak tertuanya akan menaruh curiga. Gemi bukan seorang perempuan yang mendewikan penampilan, ia terlalu terbiasa dengan jeans belel dan kaus kebesaran untuk kegiatan hariannya. Jika hari ini ia keluar rumah dengan halter dress saat matahari sudah lebih dari satu jam tergelincir sepenuhnya ke barat, tentu kakak tertuanya akan menayainya ini dan itu hingga tempat pesta ini berlangsung tentu akan terbongkar. Meski sebenarnya Gemi sangant jarang menggunakan rok, tapi tampilannya kali ini lebih membuatnya nyaman dari pada harus memakai dress yang sama sekali jarang ia gunakan.

Setelah acara tiup lilin, potong kue, dan sebagainya, kini tiba pada acara penting lainnya -begitu yang Gemi dengar dari sang Master of Ceremony- saatnya berdansa. Tamu-tamu yang hadir bergegas menuju dance floor ditengah remang-remang lampu yang sepenuhnya sudah berganti suasana. Paling tengah, Yuan ikut menggerakkan tubuhnya mengikuti irama. Ia tampak mencolok dengan balutan maxi dress merah ditengah lautan busana putih tamu pesta.

"Lo berdua ngak turun ke lantai dansa?" Suara Karan mengambil focus Gemi yang semula memerhatikan orang-orang di lantai dansa.

"Gue ngak tertarik." Gemi berujar. Meskipun dilarang oleh kakak tertuanya untuk pergi ketempat-tempat seperti ini, Gemi bukan hanya menurut. Sekali dua kali ia akan datang kesini jika ada undangan dari temannya. Tapi satu hal yang Gemi tahu, ia sama sekali tidak pernah tertarik untuk ikut mengikuti irama music yang sama sekali asing ditelinganya itu. Ia hanya akan duduk disalah satu meja kemudian sibuk memerhatikan. Hanya memerhatikan, tidak lebih.

"Payah lo."

"Udah, kalo lo mau turun. Turun aja, ngak usah ajak kita. Kita tau lo udah ngak tahan dari tadi liat cewe-cewe dengan gaun super seksi disini." Kali ini Anjana. Sahabatnya itu berujar, lantas menunjuk bagian dadanya saat mengcapkan kata disini. Kemudian mereka berdua terkekeh melihat tampang tidak terima Karan atas ucapan Anjana.

4GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang