Ya ampun, pantulan wajahku di cermin pagi ini buruk sekali. Kedua kantung mataku terlihat lebih hitam daripada biasanya dan kedua kelopak mataku bengkak parah.
Aku mencoba untuk menggunakan kacamataku. Tidak terlihat seburuk tadi sih, tapi tetap saja mataku masih terlihat bengkak.
Dengan wajah begini aku akan berangkat sekolah?
Oiya, bicara tentang berangkat sekolah, aku tidak tahu hari ini harus berangkat dengan siapa karena yang jelas aku sudah tidak bisa berangkat dengan Jeno lagi.
Padahal kemarin kami masih berangkat bersama. Bodoh, bisa - bisanya Jeno membiarkan pacarnya berangkat sekolah sendiri kemarin.
Aku hendak bersiap untuk mandi saat sebuah notifikasi muncul dari handphone-ku. Belum ku raih handphone-ku, sebuah notifikasi lain muncul lagi.
messages (2)
jeno.lee aku tetep jemput kamu ya? cecil berangkat sama papanya kok
hwanginjun jam 6 aku jemput yaAku memutuskan untuk membalas pesan dari Jeno terlebih dahulu karena aku lebih memilih untuk berangkat dengan Injun.
Sejujurnya aku masih agak sungkan untuk menerima tumpangan dari Injunㅡwalaupun dia memang selalu melewati perumahanku dalam perjalan dari rumahnya ke skeolah. Tapi, aku tidak ingin merepotkan ayahku jika harus mengantarku pagi - pagi karena ayah tidak pernah membolehkanku untuk naik angkutan umum sendiri.
Pagi ini aku melihat Jeno memasuki kelas sambil membawa sebuah gelas plastik yang entah isinya apa.
Rasanya aneh sekali untuk datang ke sekolah pagi ini tidak bersama Jeno. Ku rasa aku sudah terlalu terbiasa dengan rutinitas kami hampir setahun terakhir mengingat sebelumnya aku selalu berangkat dengan kak Jungwoo.
"Apaan tuh, Jen?" tanya Injun.
Aku diam - diam memperhatikan percakapan mereka karena aku juga penasaran dengan apa yang dibawa Jeno.
"Coklat."
Ah, ternyata sebuah persegi panjang kecil dengan bungkus warna ungu itu adalah coklat.
"Lah kenapa dimasukin gelas? Ini air apa? Eh kok dingin?"
"Ya iyalah biar ngga leleh."
"Astaga. Dapet dari mana lo gelas ginian? Pake ada es batunya lagi."
"Minta ibu kantin."
"Bego. Kenapa ngga sekalian dititipin di kulkasnya aja dah."
"Ngga mau, ntar kalo ilang gimana?"
"Alah, emang buat apaan sih bawa - bawa coklat segala?"
"Buat Cecil."
Aku yang sedang minum langsung tersedak setelah mendengar jawaban Jeno.
"Yeon, gapapa? Pelan - pelan minumnya." ucap Heejin sambil mengelus punggungku.
Aku mengangguk dan tersenyum pada Heejin. Jeno dan Injun menoleh padaku sekilas kecuali Injun yang masih menatapku.
Sorot matanya seakan - akan bertanya apakah aku tidak apa - apa, dan aku hanya bisa tersenyum masam. Rasanya aku ingin menangis lagi seperti tadi malam.
Bodoh bodoh bodoh. Kenapa aku selemah ini sih?
Usahaku untuk menguatkan diri gagal. Air mataku mendesak keluar dari mataku dan aku langsung menyusupkan wajahku ke dalam lipatan jaketku di mejaㅡberpura - pura untuk tidur.
Sama seperti hari itu, aku diam - diam menangis di kelas dengan sebuah jaket untuk menutupi wajahku. Tapi bedanya, kali ini orang yang membuatku menangis justru orang yang dulu melindungiku saat menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
facade • lee jeno ✔️
Fanfictionjatuh cinta dengan teman masa kecilku? tidak, ini tidak seperti tipikal cerita cinta dengan teman masa kecil lain yang pernah kalian baca. 181210 - 190227