Seorang namja menggunakan sebuah masker berjalan lesu di sebuah lorong rumah sakit. Terngiang kembali ucapan dokter yang ditemuinya tadi.
"Park Jimin-ssi ... Anda di diagnosa menderita kanker otak stadium awal." Ucap dokter setengah baya sambil memandang sebuah kertas hasil pemeriksaan.
Hal tersebut tentu saja membuat Jimin sangat terkejut. Selama ini saat dia sakit kepala mendadak dia hanya mengganggap itu adalah sakit kepala biasa, siapa yang mengira itu adalah efek dari penyakit yang cukup serius. Jimin tak kuasa menahan air matanya, saat ini dia terduduk di lantai lorong tersebut sambil menyenderkan punggungnya pada tembok. Dia masih belum percaya seutuhnya apa yang telah di diagnosa dokter, bagaimana bisa pemuda seusianya yang masih terbilang sangat muda bisa menderita penyakit seserius itu. Ditambah lagi tubuhnya sungguh sangat bugar karena dia rajin berolah raga, hal itu nampak dari perut abs yang dimilikinya dan juga lengannya yang kekar.
'Ddrrt...' Ponselnya berdering. Jimin mengangkatnya tertera nama yang dia kenal, maka dengan cepat dia mengangkatnya. Belum sempat dia menyapa, dari seberang langsung terdengar suara lantang.
"Hyuuung... Kita akan debut!" itu adalah teriakan khas si anak kelinci Jeon Jungkook si maknae dalam grupnya.
Yaaa grupnya! Park Jimin saat ini adalah seorang trainer yang menunggu waktu debutnya. Dia bersama Enam pemuda yang lain bersatu dalam sebuah boy band bernama Bangtan Seondan dan sering disebut menjadi BTS. Selama dua tahun dia berlatih keras agar bisa debut, namun setelah harapan itu muncul. Bagaimana bisa hal ini terjadi padanya.
"Hyuung... Chimmy hyuung... apa kau mendengarku?" suara dari seberang memecah lamunannya.
''Ndee Kookie-ah... Aku hanya terkejut." bohong Jimin.
''Ndee hyung kita semua juga terkejut disini setelah mendengar berita itu. Jadwal debut kita belum ditentukan. Tapi kita sudah pasti akan debut tahun ini!" Kookie masih terdengar sangat bersemangat.
"Benarkah?? Kalau begitu haruskah kita mengadakan pesta? Kebetulan aku sekarang sedang di toserba." Jimin kembali berbohong.
"Pesta? Dengan keik dan juga lilin?" tanya Kookie makin bersemangat.
"Yaaa... akan kubelikan susu pisang juga untukmu." tawar Jimin.
"Beli juga soju..." Suara Seokjin terdengar juga dari seberang.
"Aniyaaa hyung jangan beli soju..." rajuk Kookie.
"Baiklah. Aku tau apa yang harus kubeli. Aku tutup teleponnya." Jimin mengakhiri teleponnya. Kembali memasukan benda tersebut ke dalam sakunya.
Jimin bangkit dari duduknya meremas kertas resep yang diberikan dokter dan menghapus air matanya.
"Aku harus hidup! demi Bangtan dan juga keluargaku," ucapnya lirih menyemangati diri sendiri.
Jimin keluar dari rumah sakit kemudian menghentikan sebuah taksi. Dia berhenti di sebuah apotik untuk membeli obatnya, kemudian masih naik taksi yang sama dia menuju sebuah toserba untuk membeli beberapa makanan untuk pesta yang akan diadakannya di dorm. Dia memasukan semua barangnya di bagasi mobil dibantu sang sopir taksi. Butuh waktu sekitar 40 menit dia sampai di dorm BTS.
Dia langsung masuk tanpa memencet bel setelah membayar tarif taksi tentunya.
"Hyuung... mana susuku?" Jungkook langsung menghampiri Jimin.
Jungkook langsung mengambil tas kresek Jimin dan mencari susunya.
''Hei bayi bawa semua kesini. Jangan hanya mengambil susumu," gertak Yoongi dari ruang tamu setelah melihat Jungkook mengacak-acak belanjaan Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE (End)
Short Story(Complete) saat sebuah penyakit mematikan bersarang pada tubuh Jimin, namun dia tak ingin mimpinya hancur karenanya..