Jimin mulai membuka matanya yang berat dan mendapati semua member sudah berkeliling di sekitar ranjangnya, menatap Jimin dengan penuh haru.
"Hampir saja, Yoongi hyeong berniat memukulmu agar kau cepat sadar. Untunglah sekarang kau sadar Jiminie ..." Ho Seok langsung menghambur ke pelukan Jimin.
"Hyeong, Jimin masih lemah. Kau itu berat," ucap Taehyung menarik tubuh Ho Seok.
"Hyeong, gwencana?" tanya Jungkook.
"Kalian? ada apa ini? ini di mana?" tanya Jimin, belum mengerti di mana dia berada, karena ruangan yang dia lihat terlihat asing baginya.
"Di Rumah Sakit, kau pingsan dan tak sadarkan diri selama dua minggu. Kau berlebihan sekali, untuk apa kau tidur selama itu?" ucap Yoongi yang sudah kembali duduk di sofa tepi ranjang.
Seokjin menatap tajam ke arah Yoongi, membuat pria itu terdiam. Seokjin mengalihkan pandangannya pada Jimin, "Aku ingin tahu, sebenarnya kita ini apa bagimu?" tanya Seokjin dengan nada tenang dan datar membuat semua member menatapnya, tak terkecuali Yoongi yang kembali membuka matanya.
"Kita sudah hidup di bawah atap yang sama, tidak hanya sehari atau dua hari. Namun sudah sejak kita memutuskan untuk bergabung menjadi BTS. Kita selalu menghabiskan waktu bersama, bagaimana bisa kau mengatasi rasa sakitmu sendiri?" lanjut Seokjin panjang lebar dan menggebu-gebu, air matanya pun menetes tanpa keinginannya.
Semua member yang sejak tadi bergumul di sekitar ranjang Jimin, kini menghambur ke pelukan Seokjin. Membantu Hyeong tertua mereka melampiaskan kekesalan sekaligus kesedihannya.
"Hyeong, maafkan aku. Aku ... " ucapan Jimin terpotong kala Yoongi malah memukul kepalanya.
"Hyeong!!!" Teriak Namjoo, Ho Seok, Taehyung dan Jungkook bersamaan. Kaget hyeong kedua masih bersikap kasar pada orang yang sakit.
Tanpa menghiraukan teriakan mereka. Yoongi menatap tajam pada Jimin, "Kami tidak ingin permintaan maafmu, yang kami inginkan adalah kau bisa bersama dengan kami seterusnya. Tapi sepertinya kau tidak ingin lebih lama bersama dengan kami!"
"Apa maksudmu hyeong? tentu saja aku selalu ingin bersama kalian. Namun aku tak punya pilihan. Waktuku tidak lama lagi hyeong," ucap Jimin sambil terisak.
Seokjin dengan amarah langsung menghampiri Jimin dan menamparnya, semua member yang muda kembali terkejut dengan para Hyeongnya yang menggunakan kekerasan pada orang sakit.
"Jika kau tetap ingin mati? maka matilah sekarang juga!" Mata Seokjin memerah, nampak jelas kemarahan dan kesedihan dalam matanya. Karena tak mampu menahan amarahnya, Seokjin memilih untuk pergi dari ruangan itu
Jimin merasa bersalah, dia menatap Yoongi yang masih di sampingnya. Rasa sakit atas pukulan Yoongi dan tamparan Seokjin tak lebih sakit dari pada hatinya yang seperti akan meledak. Yoongi menepuk bahu Jimin lembut, kemudian ikut keluar untuk menyusul Seokjin.
Semua member yang tersisa, kembali menghampiri Jimin. Mereka saling tatap, kemudian Namjoon membuka suara, "Mereka takut kehilangan kau Jim, setelah mendengar dari dokter tentang kondisimu. Seokjin hyeong merasa sangat bersalah karena kurang memperhatikan kesehatanmu. Yoongi hyeong, walau dia terlihat tenang. Kau tahu kan dia sangat perduli pada kita semua. Jadi pahami mereka."
"Sebenarnya aku juga takut, aku takut kau pergi hyeong," ujar Jungkook sambil menunduk. Maknae yang biasanya tersenyum, kini menunduk seolah dia akan kehilangan segalanya. Taehyung yang merasakan hal yang sama, memeluk adiknya erat.
Ho Seok duduk di ranjang, kemudian menggenggam jemari Jimin, "Jim, bagaimana jika kau lakukan saja operasinya?" tanya sekaligus bujukan dari Ho Seok.
"Tapi jika aku mati di meja operasi bagaimana?" tanya Jimin memikirkan kemungkinan terburuk.
"Kita akan mati bersamamu!" jawab Taehyung asal.
"Jim, dokter di sini bukanlah amatir. Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan. Kita juga akan bersamamu di sini. Kau tak perlu takut," ucap Namjoon menenangkan.
"Benar Hyeong, lagi pula. Jika kau tidak mau operasi, Yoongi hyeong berencana membeli pisau untuk membunuhmu! Jadi lebih baik kau mati di meja operasi, di tangani dokter. Dari pada harus mati di bunuh Yoongi hyeong," ucap Jungkook heboh.
"Benar. Lebih baik kau operasi saja, aku tidak mau Yoongi hyeong menjadi seorang pembunuh kemudian masuk penjara, kemudian siapa yang membuat lagu kita?" ucap Taehyung sok serius, walau ucapannya tak sesuai dengan wajahnya. Dasar Taehyung pola pikirnya selalu tak terduga.
"Kami tidak memaksamu. Namun percayalah keinginan terbesar kami adalah bisa bersamamu selamanya dalam satu nama BTS," ucap Namjoon bijak.
"Baiklah hyeong, aku akan menjalani operasi dan beberapa terapi untuk kesembuhanku. Terima kasih, kalian telah menjadi sandaran untukku. Aku harap aku masih bisa terus bersama kalian saat keluar dari ruang operasi nantinya," ucapan Jimin membuat semua member tersenyum kemudian berebut untuk memeluknya.
Hari dilaksanakannya operasi sudah di tentukan, semua member duduk gelisah di depan ruang operasi. Mereka tak henti-hentinya merapalkan doa untuk kesembuhan Jimin.
Seokjin terus-menerus mondar-mandir di depan pintu sejak 2 jam lalu. Operasi Jimin memerlukan waktu yang cukup lama, perkiraan dokter yang kiranya hanya membutuhkan waktu sekitar 4 jam, nyatanya sekarang sudah 5 jam berlalu namun dokter belum juga keluar.
Saat pintu ruang operasi terbuka, semua member langsung bergegas menghampiri dokter dan memberondongnya dengan berbagai pertanyaan. Dokter sampai mengangkat tangannya dan menyuruh mereka tenang.
"Karena kanker sudah berkembang pesat, kami sempat kesulitan. Namun operasi berjalan dengan lancar. Pasien sudah melewati masa kritisnya, namun kita tetap harus menunggu pasien sadar. Kalian berdoa saja, semoga keadaannya stabil dan tidak kembali kritis," ucap dokter itu kemudian pergi, di ikuti oleh beberapa perawat yang mendorong Jimin untuk di pindahkan.
Mereka sempat melihat wajah Jimin yang pucat lewat di depan mereka. Rasa takut kembali meliputi hati semua member. Mereka merasa sedih dan gelisah dengan kondisi Jimin.
Pertanyaan dalam benak mereka sama, "Bagaimana jika Jimin tak bisa kembali, Bagaimana jika keputusan mereka untuk membujuk Jimin melakukan operasi adalah sebuah keputusan yang salah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE (End)
Short Story(Complete) saat sebuah penyakit mematikan bersarang pada tubuh Jimin, namun dia tak ingin mimpinya hancur karenanya..