Hiruk pikuk suasana kota Shinjuku di sore hari menjadi pemandangan biasa bagi sang lelaki bersurai merah bata. Ia berjalan menunduk hendak pulang ke rumah. Begitu lelah harinya karena sang bos yang memarahinya seharian ini. Entah sudah berapa kali kata maaf ia lontarkan pada sang bos. Lelaki itu menghela nafas kasar. Beberapa langkah lagi ia telah sampai di apartemen miliknya dengan sang adik.
Iris mata melirik toko roti. Terpikir ingin membelikan donat kesukaan sang adik. Lelaki itu melangkah masuk dan disapa ramah oleh sang pemilik toko langsung. Lelaki bersurai merah itu, Kannonzaka Doppo, cukup kenal baik dengannya.
"Baru pulang, Kannonzaka-kun?" Doppo mengangguk pelan. Ia mendudukkan diri di kursi yang disediakan. Paradise, nama toko tersebut, tidak hanya menjual berbagai macam roti tetapi juga minuman-minuman yang biasa disajikan di kafe-kafe.
Doppo melihat-lihat menu. Matanya tertuju pada gambar secangkir espresso. Tiba-tiba teringat pesan sang adik yang tidak membolehkannya meminum minuman yang mengandung kafein tersebut. Ia menghela nafas kasar. Ingin cepat pulang rasanya. Pada akhirnya lelaki bersurai merah itu hanya memesan kue kesukaan adiknya lalu melanjutkan perjalanan pulangnya.
Sepanjang perjalanan, ia terus menggerutu soal hari buruknya. Sampai di depan apartemen ia memencet tombol password. Pintu terbuka menampakkan sosok [Name] menunggunya. Ketika melihat sosok kakaknya, gadis kecil itu langsung menerjang Doppo memberikan pelukan hangat. Doppo mengelus surai [Hair color] dengan lembut.
"Selamat datang, Onii-chan."
Seulas senyum kecil tercetak di wajah lelah sang lelaki. Ada sedikit rasa lelah berkurang dari dirinya. Itu berkat sang adik. Doppo memang memiliki penyakit depresi berat. Namun semenjak kepindahan adik perempuannya ke apartemen miliknya di Shinjuku, lelaki itu merasa ia bisa melalui harinya yang berat hanya dengan melihat senyum manis sang adik.
Tungkainya ia bawa masuk ke dalam apartemen kecilnya sembari menggendong sang adik. Ia menurunkan [Name] ketika sampai di depan meja pantry.
Mata [Eye Color] milik sang adik berbinar ketika melihat isi kotak yang Doppo bawa. "Wah, donat! Ini banyak sekali, Onii-chan." seru [Name] sambil mencomot satu donat.
Doppo menepis pelan tangan kecil [Name] yang hendak mengambil donat tersebut. Jari telunjuknya ia kibaskan di depan wajah sang adik kecil. Raut wajahnya begitu lembut memandang ke arah dua iris [Name].
"Cuci tangan sebelum makan, ingat?"
Kedua mata mengedip lucu. Doppo gemas ingin mencubit kedua pipi chubby itu. Ia mensejajarkan tubuhnya dengan tinggi [Name]. Meraih tangan mungil milik [Name] lalu mengelusnya lembut.
"Ayo, cuci tangan dulu." ucap Doppo dengan senyum tipis.
Gadis kecilnya tersenyum lucu sembari mengangguk. Tangannya menggenggam lembut tangan semi kekar Doppo sambil mengikuti lelaki itu membawanya ke wastafel untuk mencuci tangan. Sesekali kedua kakak beradik itu tertawa kecil ketika saling memercikkan air ke wajah.
Selesai makan donat, [Name] sibuk menonton acara tv sedangkan Doppo duduk di sebelahnya dengan kerjaan miliknya. Ia memangku laptop sembari memainkan jemarinya di papan ketik. Kantung mata setia bertengger di bawah matanya. Sesekali terdengar helaan serta dengusan yang keluar dari mulut Doppo, membuat [Name] juga sesekali menoleh untuk melihat keadaan sang kakak.
Doppo mengacak surai merahnya kasar sambil menggerutu.
"Argh, kenapa banyak sekali sih?" lelaki itu membanting diri di sandaran sofa. Kepalanya ia biarkan menghadap langit-langit.
[Name] sontak menoleh lalu menepuk pundak sang kakak. "Onii-chan?"
Doppo menoleh. "Ah, apa aku mengagetkanmu?" sebelah tangannya ia gunakan untuk mengelus surai [Hair color] sang adik.
[Name] menggeleng. "Daripada itu, apa Onii-chan baik-baik saja?"
Doppo nampak menoleh sesaat pada laptopnya lalu kembali menaruh pandangan pada [Name].
"Aku tidak apa-apa. Mungkin, hanya lelah." ia menutup laptop. Membawa tungkainya menuju kamar dan menaruh laptopnya di atas meja kerja. Lelaki itu kembali menghampiri sang adik yang menatap kakaknya masih dengan pandangan bingung.
"Nii-chan tidak melakukan hal-hal aneh lagi kan?" [Name] menutup jarak pandang dengan wajah Doppo. Kedua irisnya seolah menusuk ke arah iris semi mint milik Doppo. Mencari kebohongan di antaranya.
Namun Doppo tidak pintar berbohong pada [Name] dan gadis itu tentu saja tahu. Lelaki itu hanya mengulas senyum. Ia menggendong [Name] sambil menggelitiki perutnya. Tawa sang gadis kecil pecah. Doppo ikut tertawa dan tanpa sadar melupakan beban pikirannya beberapa menit lalu.
"Waktunya tidur, gadis kecil. Tidak baik terjaga hingga larut malam."
[Name] menggembungkan pipi. Merasa Doppo sedang mengalihkan pembicaraan.'Lagi-lagi, Niichan mengalihkan pembicaraan' batin [Name] berbicara.
Melihat ekpresi [Name] berubah, Doppo mengalihkan pandangan. Rasanya gadis itu telah mengetahui kebohongannya. Tangannya menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. Kedua iris tak ingin bertemu pandang dengan iris [Eye color] milik adiknya.
"Onii-chan!"
"A-ah, maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku!"
[Name] menghela nafas. Kedua tangan terbuka, meraih tubuh besar sang kakak menuju dekapan. Kedua iris Doppo membelalak. Kedua tangan kaku ingin membalas dekapan hangat itu. Mendadak beban berat yang ia bawa terasa berkurang. Selalu ada satu hal yang membuat Doppo tersadar akan hal-hal bodoh yang ingin ia lakukan yaitu, gadis itu, [Full Name]. Di saat Doppo berniat mengakhiri hidupnya, gadis itu selalu ada. Setia menantinya dirumah kecil mereka. Ia mengerti kalau [Name] tidak ingin kehilangan. Seharusnya Doppo sadar akan hal itu. Ia juga merasa takut.
Maka, tangan besar itu membalas pelukan. Mengelus surai [Hair Color] dengan lembut. Kemeja yang ia pakai terasa basah karena air mata sang gadis. Senyum terukir lembut dari kedua sudut bibir sang lelaki. Mata memejam hendak merasakan pelukan yang kian menghangat.
"Maaf." kata itu sekali lagi terucap yang kini terdengar lirih.
"Aku tidak akan pernah memaafkan Onii-chan jika melakukan hal bodoh seperti kemarin!"
Netra Doppo tampak melebar sebentar. Namun kembali normal. Ia terkekeh pelan, melepas pelukan. Menatap sang adik dengan lembut.
Bibir kembali mengucap kata maaf. "Ah, maaf karena aku meminta maaf lagi."
[Name] tertawa diikuti tawa milik sang kakak. Malam itu, kedua kakak beradik itu menghabiskan waktu bersama yang jarang Doppo lakukan dengan adiknya. Tawa dan senyum menghiasi suasana malam. Baginya [Name] selalu menjadi bagian dari sang penyelamat hidupnya. Seseorang yang selalu dapat membuat senyum Doppo mereka ketika menatapnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/174778592-288-k317501.jpg)