Gavin keluar dari kamar mandi selepas membersihkan tubuhnya. Udara dingin di dalam kamar kini bertambah karna jendela yang di buka oleh sang pemilik kamar. Hujan sudah mulai reda, menyisakan jalanan dan pohon-pohon yang basah karena air hujan.
Kakinya melangkah keluar kamar, menuju balkon. Tangannya menyentuh pagar pembatas yang dingin. Matanya menelusuri jalanan di sekitar komplek ini. Tanpa sadar, dari kejauhan seseorang memperhatikan-nya dalam diam.
Tatapan matanya tajam, seperti elang. Rahangnya yang kuat menambahkan kesan tegas pada wajahnya. Walaupun dari dalam mobil, ia dapat melihat wajah Gavin dengan seksama.
"Ayo" perintahnya.
Kemudian mobil tersebut pergi meninggalkan tempatnya, dan keluar dari komplek tersebut.
--💫--
Pagi ini di awali dengan rintik hujan yang membasahi bumi, namun hanya gerimis. Kini Gavin dan Avilia sedang berada di kantin untuk menyantap mie rebus yang menambahkan selera tersebut. Makan mie rebus adalah hidangan yang pas kala hujan turun.
Keadaan kantin yang sepi membuat mereka tak sedikit pun terganggu, apalagi Vera yang belum datang. Biasanya anak itu akan langsung menyodorkan ketika melihat makanan yang mengunggah selera.
"Tumben lo udah dateng pagi - pagi" ucap Avilia setelah menyeruput es teh nya. Gavin yang tengah memasukkan mie ke dalam mulut, kini menatap Avilia.
"Hehehe, gue tau mau ujan jadi gue berangkat pagi ae" Gavin terkekeh.
Sebenarnya sejak tadi ia memikirkan sesuatu yang sejak kemarin menghantui kepalanya, bahkan sejak hari Minggu. Mobil itu. Mobil itu sangat misterius. Avilia dapat merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Sesuatu yang akan terjadi, justru membuat Avilia takut. Entah itu apa, Avilia juga masih penasaran.
"Selesai" Gavin menjatuhkan garpu dan sendok ke dalam mangkuk, sehingga menimbulkan suara dentingan. Avilia tersadar dari lamunannya, melihat mangkuk Gavin yang telah habis duluan.
"Cepet amat lu" ucap Avilia, Gavin mengelap mulutnya dengan tisu. Avilia menyeruput kuah mie nya yang tersisa sedikit, kemudian menghabisinya hingga tak tersisa.
Dari jauh seorang cewek tengah berjalan ke arah kantin dengan kaki yang di hentak-hentakkan, ditambah muka yang di lipat. Ia langsung menghampiri salah satu meja di kantin, dan menggebrak nya.
Brakk
"Parah lu ya gue ga di ajak, parah lah" gertak Vera melipat kedua tangannya. Gavin dan Avilia cekikikan, melihat ekspresi Vera.
"Ya kan tadi lo belom dateng, ujan - ujan gini enaknya mie rebus, ya gak Vin?" Avilia menyenggol lengan, Gavin mengangguk setuju. "Tapi lo bisa nunggu gue dateng kan?" ambek Vera.
"Gue udah laper duluan, gimana dong?" Avilia cekikikan karena telah membuat Vera kesal. Ia telah menduga bahwa sahabatnya itu akan ngambek, dan benar apa yang terjadi.
"Ah bodo lah, gue kesel sama kalian berdua." ucap Vera kemudian berlenggang pergi keluar kantin. Gavin dan Avilia saling melempar tatap, tak lama mereka pun juga keluar dari kantin dengan keadaan yang mulai ramai.
--🖤--
"Eh Vin, ikut gak?" tanya Avilia saat keluar kelas. Jam pelajaran sudah berakhir, artinya seluruh siswa diperbolehkan pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Leaving
أدب المراهقينWhen you realize that he needs your help. At that time you have to stay away with the reason hate. In fact, you don't know what actually happened. And you will regret later.