Saat pagi, keluarga kami membiasakan soal sarapan pagi. Alasannya biar kita bisa berpikir logis saat nanti menghadapi aktivitas masing masing, kata ayah.
“nanti pulang jam berapa dek?” Tanya bunda saat aku berada di meja makan waktu sarapan. “kayanya sore deh bun” jawabku.
“mau bunda jemput?”
“ga usah deh bun, bunda di rumah aja masakin citra yang enak hehe”
“oh iya cit, berkas berkasnya ada yang kurang tidak?” ayah menyahut.
“gak kok yah, yang kurang cuman satu” jawabku.
“apa yang kurang?” sambung ayah sambil mengunyah sarapannya.
“uang sakunya yah, hehehe”
“kurang? Besok ayah kasih lebih kalau lebaran” ayah memang suka gitu, bercandanya suka bikin kesel.“yah ayah, masih lama dong”
“udah sana berangkat, udah siang” ayah menyuruhku untuk cepat cepat berangkat ke sekolah.
“ya udah, citra berangkat ya yah, bun. Assalamu’alaikum.”
“hati hati sayang” bunda menjawabnya perlahan.
“iya bun”Saat berangkat sekolah, aku melewati jalan seperti biasanya dan aku turun di ujung jalan tempat pemberhentian angkot. Kebetulan juga hari itu cuaca sedikit mendung dengan daun dan ranting basah karena hujan tadi subuh.
Aku juga berjalan seperti biasanya. Banyak genangan air yang membuatku sedikit lama untuk berjalan menghindari genangan biar sepatuku tidak basah.
Tapi tiba tiba, ada motor berkecepatan tinggi yang membuatku basah kuyup.Sreeeeeeeeettttttttttttttttttt
“woiiii, ga bisa santai apa?!?” ungkapan kekesalanku.
Sepatuku basah, jaketku juga ikut basah. waktu itu kebetulan juga aku memakai jaket merah bata yang di belikan bundaku.
Aku ingat betul. Orang yang mengendarai motor itu, memakai seragam sekolah dengan jaket baseball. Kelihatannya sih anak nakal. Seragamnya saja tidak masuk dalam celana. Kalau ketauan guru bp, bisa di hukum keliling lapanngan dia. Ah tidak penting, yang penting sekarang gimana jaketku bisa kering.
“kenapa hari ini di mulai dengan hal yang jengkel sih, awas saja kalau ketemu orang itu. awasss” aku bergumam dalam hati.Saat sampai di sekolah. Syukurlah, aku baru ingat. Mata pelajaran yang pertama adalah mata pelajaran olahraga, jadi aku bisa ganti baju sambil nunggu baju seragam dan jaketku kering. Tapi sepatuku terpaksa masih aku pakai untuk olahraga.
Sudah lama aku tidak mengeluarkan keringat karena olahraga. Tiba tiba lagi. Satu bola basket menuju ke arah kepalaku kemudian sukses menghantam kepalaku hingga pusing.
“maaf ga sengaja” seseorang menghampiri untuk mengambil bola itu.
“iya gapapa, lain kali liat liat dong” jawabku kesal.
“iya maaf mbak” dia meminta maaf lagi.
Dan aku ingat soal kejadian tadi yang membuat baju dan jaketku basah, dan sepatuku juga ikut basah. Aku ingat jaket berwarna kuning yang menempel pada badan pria tadi pagi, dan ternyata dialah orangnya. Memakai sesuai apa yang aku lihat tadi.
“sebentar, kamu yang tadi bikin bajuku basah kan?” tanyaku.
“maksutnya?” dia masih belum paham.
“kamu yang tadi orang yang merasa ga punya dosa, naik motor ngebut terus ga ngerasa nyiram anak orang pakek air genangan di jalan?” jelasku
“oh maaf” dia menjawab dengan polosnya dan ga ada sedikitpun wajah wajah penyesalan.
Dia langsung lari dan lanjut main basket dengan teman temannya.
Menurutku, hari itu hari paling apes sedunia. Dan kenapa sekolah baru ku banyak orang orang aneh yang ku temui selama dua hari ya tuhan.Setelah pelajaran habis. Aku memutuskan pergi ke kantin bersama ayundra. Ternyata, sekolahku memiliki kantin berukuran sedang ,tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Isinya pun lengkap, ada yang jual bakso, soto, dan gudeg khas jogja. Beruntungnya juga , bajuku sudah kering Tapi giliran sepatuku yang aku jemur .Saat aku duduk dan menikmati makananku bersama ayundra. Tiba tiba
“ini, ku belikan untukmu.” Sebungkus roti dan minuman teh manis yang tiba tiba di berikan untukku. “sebagai permintaan maafku tadi” lanjutnya. Dia duduk di sampingku.
“terus? Kalo udah di beliin kaya gitu, bakal aku maafin?”
“iya aku harap begitu” jawabnya.
Aku tidak peduli, ku biarkan saja dan aku langsung pergi kembali ke kelas. Ayundra pun tidak tahu soal masalahku dengan orang tadi.
Ga lama kemudian, semua mata pelajaran sudah habis , dan waktunya pulang.
Saat berjalan keluar tiba-tiba dia yang tadi pagi membuatku basah kuyup menemuiku lagi.
“boleh tau di mana rumahmu?”
“penting?”
“boleh tau nama kamu juga?”
“penting?” ku jawab dengan kalimat yang sama.
“ namaku samudra” sambil mengulurkan tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta
Подростковая литератураterimakasih samudra, sesuai namamu ku temukan lautan yang luas untuk ku arungi.