How To Calm Your Boyfriend

2.1K 184 15
                                    















"Sekali lagi!" Bokuto berteriak dari ujung lapangan.





Ia mulai berlari mendekati net. Akaashi melihat bola yang melambung dan Bokuto bergantian. Setelah memastikan posisi yang tepat untuk melempar bola, Akaashi melompat. Ujung jari-jarinya menyentuh bola kemudian melambungkannya kembali sambil berseru,








"Bokuto-san!"









Bokuto melompat. Tubuhnya melengkung membentuk posisi spike yang sempurna. Bola berkecepatan tinggi melambung ke arahnya. Mata Bokuto terfokus pada bola dan tangan kanannya mengayun untuk....











Syuut









"Eh?"













Bolanya meleset. Kaki Bokuto kembali menginjak tanah. Ia membeku di tempatnya, melihat bola itu memantul di lantai beberapa kali sebelum menggelinding dan berhenti. Wajahnya datar seperti dada Akaashi. //hah!?











Bokuto tersentak saat ia mendengar Akaashi mengucapkan kata kasar sambil menghentakkan kakinya ke tanah. Aura pekat menguar dari belakangnya. Bokuto berbalik ke belakang. Ia melihat Akaashi.





Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya. Akaashi terlihat sangat menakutkan.









"Bokuto-san, maafkan aku." Akaashi berkata.


"Eh? Ah, i-iya, tidak apa-apa..."





Cih



"Eh? Akaashi? Kau baru saja berdecih?"




"Tidak. Jangan dipikirkan. Ayo lanjutkan latihannya." Akaashi kembali ke wajah datarnya yang biasa.





"Hum, b-baiklah." Bokuto meneguk ludah takut.


















Akaashi jelas-jelas tidak seperti biasanya hari ini. Semua tossnya meleset. Iya, semuanya. Bokuto harus berusaha keras memukul bola. Tidak seperti biasa di mana bola seperti punya magnet ke tangannya dan pukulan sempurna dapat dilancarkan. Hari ini bola seperti menghindarinya. Sepertinya magnetnya terbalik?







Semua yang ada di situ tahu sebabnya. Cuaca di hati Akaashi hari ini sedang badai. Badai berpetir. Akaashi sedang marah. Namun tak ada yang tahu sebabnya. Akaashi tak mengatakan apa pun. Tak ada yang berani bertanya. Semua takut pada Akaashi saat ia sedang seperti ini.














Hanya ada satu orang yang berani. Meskipun ia juga takut, ia masih berani mengajak Akaashi berbicara.


.

.

.







"Akaashi!" Bokuto meneriakkan nama sang setter yang sedang meneguk air dari botol birunya.





Akaashi melakukan tegukan terakhir sebelum menarik keluar ujung botol dari mulutnya. Akaashi menatap Bokuto datar. Semua yang ada di situ menahan nafas, mengantipasi yang akan terjadi selanjutnya.




Akaashi X Bokuto One Shots  [AkaBoku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang