"Kau?" ucap Xander menggantung karena masih mengingat sosok di depannya saat ini.
"Maaf, Pangeran. Saya tidak bermaksud kabur dari sana," jawab orang yang Bella panggil paman.
"Jelaskan!" perintah Xander tegas bahkan auranya sudah berubah.
"Saya akan menjelaskan nanti di sana," bantah nya dengan melirik Bella yang masih berdiri di dekat mereka.
"Aku tunggu nanti di sana," ucap Xander mengerti kode yang diberikan.
"Baik, Pangeran. Saya permisi," pamitnya kemudian segara meninggalkan Bella dan Xander.
"Kenapa?" tanya Xander lembut pada Bella yang sedari tadi menatapnya.
"Kalian saling mengenal?" tanya Bella bingung.
"Tidak juga, aku merasa mengenalinya tapi aku lupa namanya," jawab Xander.
"Bagaimana bisa?" tanya Bella lagi.
"Nanti akan aku ceritakan, sebaiknya kau ambil barangmu dan kita pergi sekarang," jawab Xander mengalihkan arah pembicaraan mereka karena ia sendiri juga bingung bagaimana menjelaskannya.
"Tunggu di sini!" perintah Bella kemudian meninggalkan Xander di ruang tamu sedangkan ia sendiri berlari menuju kamarnya.
"Sudah selesai?" tanya Xander saat Bella sudah menghampirinya.
"Sudah," jawab Bella dengan tersenyum manis bahkan Xander sempat terpaku dengan senyuman itu.
"Ayo!" ajak Xander dan membawa Bella kembali ke mobilnya meninggalkan apartemen Bella.
"Kita mau ke mana?" tanya Bella karena merasakan suasana di dalam mobil sangat sepi.
"Nanti kau akan tahu," jawab Xander setelah itu kembali sepi lagi, Xander kembali fokus pada jalanan di depannya sedangkan Bella melamun.
***
"Bella," ucap Xander yang tidak mendapat respons apa pun dari Bella.
"Tertidur rupanya," ucap Xander dengan terkekeh melihat wajah polos milik Bella saat tertidur.
"Pangeran," sapa beta dari ayahnya sekaligus orang tua Evan.
"Ah, Paman Jemes" balas Xander sopan.
"Apa dia mate-mu?" tanya Jemes dengan sedikit melirik Bella karena baginya pantang untuk melihat mate pangerannya, yang bisa membuat pangerannya itu mendadak posesif jika itu terjadi.
"Iya, Paman. Di mana mom dan dad?" tanya Xander.
"Mereka sedang keluar. Istirahatlah, kalian pasti lelah," jawab Jemes yang kebetulan memang saat itu sedang berkeliling membuatnya melihat King dan Queen mereka keluar.
"Aku permisi, Paman," pamit Xander kemudian melesat ke kamarnya yang berada di pack dengan kecepatan werewolfnya.
"Tidur yang nyenyak, Mate," lirihnya setelah meletakkan tubuh Bella dengan sangat hati-hati seolah sedikit sentakan saja Bella akan tersadar.
Xander keluar dari kamarnya, kemudian berjalan tak tentu arah hingga ia kembali teringat tujuan awalnya datang ke sini.
"Apa King dan Queen sudah kembali?" tanyanya saat tak sengaja berpas-pasan dengan salah satu warior.
"Sudah, Pangeran. Mereka berada di ruang utama," jawabnya sopan.
Xander yang mendengar itu pun segera melesat menuju ruang utama. "Mom, Dad," sapa nya.
"Xander, James bilang kau membawa mate-mu ke sini," ucap David to the point.
"Kau terlalu to the point, King," protes Devi.
"Ya," jawab Xander pada ayahnya.
"Permisi, King. Ada yang ingin bertemu dengan anda," ucap salah satu warior.
"Suruh dia masuk!" perintah David.
"Baik, saya permisi," ucap warior itu.
"Orben," kaget David saat melihat orang yang masuk ke ruang utama itu.
"Lama tidak bertemu, King," jawab orang yang dipanggil Orben itu dengan terkekeh.
"Di mana saja kau selama ini?" tanya David penasaran.
"Saya di dunia manusia," jawab Orben dengan tetap hormat pada King-nya itu.
"Kenapa?" tanya David lagi.
"Ada suatu hal yang harus saya urus," jawab Orben dengan melirik Xander yang berdiri di samping David.
"Ah kau ini, padahal kau adalah tetua yang paling penting di sini," ucap David yang kembali ke sifat aslinya, ramah.
"Hahaha, terima kasih atas sanjungannya, King," ucap Orben dengan senyum khas miliknya.
"Dan sekarang, apa kau bisa kembali ke posisimu?" tanya David serius.
"Ya, saya kembali," jawab Orben tegas.
"Baguslah," ucap David.
"Dad, siapa dia?" tanya Xander bingung karena sedari tadi ia hanya menonton percakapan dua orang di depannya itu.
"Kau melupakanku, Pangeran? Ah, sedihnya," ucap Orben dengan mendramatiskan suasana.
"Kau lupa, Xander? Dia kekek Orben, tetua penting di pack kita," jawab David menjelaskan.
"Kakek Orben?" beo Xander.
"Jangan dipaksakan, Xander," ucap Devi saat melihat Xander mengingat Orben.
"Tapi kenapa kakek berada di apartemen Bella?" tanya Xander bingung.
Ya, Orben adalah orang yang Xander temui di apartement milik Bella sekaligus orang yang Bella panggil dengan sebutan paman.
"Apa Bella nama mate-mu?" tanya Devi.
"Ya," jawab Xander.
"Syukurlah, Moon goddess sangat berbaik hati kepada kita," ucap Orben saat mendengar pengakuan itu.
"Memangnya ada apa?" tanya David pemasaran.
"Bisakah kita membicarakannya lain kali?" tanya Orben balik.
"Tapi kenapa, Kakek?" desak Xander yang juga penasaran.
"Kau terlalu penasaran, Pangeran. Suatu saat kau akan tahu dan cepat tandai mate-mu itu," jawab Orben sekaligus memberi perintah dengan tegas.
"Bahkan dia tidak tahu aku yang sebenarnya, bagaimana bisa aku tahu ia akan menerimaku nanti," lirih Xander tapi masih terdengar oleh tiga orang yang berada di sana.
"Ia akan menerimamu, percaya padaku," ucap Orben menyakinkan Xander.
"Akan kucoba, kalau begitu aku permisi," pamit Xander kemudian berjalan santai menuju kamarnya.
"Orben, siapa sebenarnya mate Xander?" tanya Devi setelah Xander menghilang dari pandangan mereka.
***
"Bagaimana ini, Alan?" mindlink Xander.
“Aku rasa sebaiknya kita ikuti saja perkataan kakek Orben,” jawab Alan.
"Tapi bagaimana jika Bella tidak menerima kita?" tanya Xander yang mulai resah.
“Kita pikir kan cara lain lagi, sekarang aku ingin bertemu dengan mate-ku,” jawab Alan tenang.
"Dia mate-ku juga, Alan," protes Xander karena Alan menyebut Bella matenya.
“Ya, mate kita berdua,” balas Alan jengah.
"Itu lebih baik," ucap Xander kemudian memutuskan mindlink mereka.
"Bella," ucap Xander saat membuka pintu kamarnya.
"Xander," balas Bella yang saat itu sedang berdiri di dekat jendela.
"Ada yang ingin bertemu denganmu," ucap Xander membuat Bella mengernyitkan dahinya.
"Siapa?" tanya Bella penasaran.
"Tidak di sini. Ayo, ikut aku!" ajak Xander kemudian menarik pelan tangan Bella ke taman belakang pack.
Sepanjang jalan menuju taman belakang, tak henti hentinya Bella terkagum-kagum dengan interior ruangan demi ruangan yang dilewatinya. Bahkan ini lebih mewah dari mansion milik Xander pikirnya.
"Tidak ada siapa-siapa di sini, Xander," ucap Bella sambil mengedarkan pandangannya ke segala arah saat mereka sudah sampai di taman belakang.
"Berjanjilah tidak akan takut dan menjauh, dia tidak akan menyakitimu," ucap Xander cemas.
“Kau terlalu cemas, Xander,” ucap Alan.
"Bella, maukah kau berjanji?" Tanya Xander karena Bella hanya terdiam.
"Em ... ya, aku janji" ucap Bella ragu.
"Berbaliklah!" perintah Xander kemudian terdengar bunyi seperti retakan tulang.
"Kau? Di mana Xander?" ucap Bella ketakutan saat melihat serigala besar di depannya.
“Kau benar, Xander. Mate kita takut padaku,” ucap Alan sedih.
"Tenang, Alan. Coba dekati Bella," perintah Xander yang langsung dituruti Alan.
"Menjauh dariku!" teriak Bella saat Alan mendekat sontak membuat langkah Alan terhenti.
"Lebih dekat, Alan," desak Xander.
“Tapi ....”
"Lakukan saja!" ucap Xander jengah dan dituruti Alan tapi Bella menutup mata saat Alan mendekatinya.
“Bawakan aku pakaian ganti ke taman belakang pack sekarang!” mindlink Xander pada Evan yang juga berada di sana.
“Kau mengganggu saja,” balas Evan tak suka.
“Hey, Evan. Cepatlah sebelum aku mematahkan lehermu itu,” ancam Xander membuat Evan mendengus kesal.
“Baiklah,” balas Evan.
Tak lama Evan datang dan memberikan pakaian itu pada Xander yang sudah merubah dirinya.
"Buka matamu, Bella!" perintah Xander.
"Xander, aku takut," ucap Bella yang kemudian menerjang Xander dengan pelukannya.
“Xander, aku tidur dulu,” ucap Alan, Xander yang mengerti maksud dari kata tidur Alan pun langsung menjawab.
"Bersabarlah, Alan. Aku akan membujuk Bella," balas Xander.
“Ya, aku akan menunggunya,” ucap Alan pasrah kemudian memutuskan mindlink mereka.
"Apa kau benar-benar takut pada Alan?" tanya Xander pada Bella.
"Alan?" beo Bella.
"Serigala tadi," jawab Xander ragu membuat Bella menangguk.
"Kau tidak takut padaku?" tanya Xander lagi.
"Tidak, karena paman juga sama sepertimu," jawab Bella yang sudah agak tenang.
"Kakek Orben?" beo Xander.
"Kakek?" tanya Bella bingung.
"Ya, orang yang kau sebut paman itu. Dia tetua di sini," jawab Xander.
"Jadi kau tak takut padaku?" tanya Xander sekali lagi.
"Tidak," jawab Bella.
"Bagaiamana dengan Alan?" tanya Xander cemas dengan jawab Bella kali ini.
"Aku hanya kaget saja, dan sejujurnya aku tadi takut padanya karena tubuhnya sangat besar melebihi serigala paman," terang Bella.
"Kita ke kamar saja," ucap Xander kemudian menggendong Bella ala bridal style.
"Xander, turunkan aku!" rengek Bella yang malu pada posisinya saat ini.
"Tidak, pegangan yang erat," bantah Xander kemudian melesat ke kamar mereka.
"Kau membuatku jantungan," ucap Bella manja saat mereka sudah sampai di kamar.
"Itu tidak akan pernah terjadi, Sweetheart," ucap Xander sambil membawa Bella ke sofa yang berada di kamarnya, mendudukan Bella tepat di sampingnya dan posisi mereka berdua saat ini sedang berhadap-hadapan.
"Jadi?" tanya Bella.
"Apa kau tahu istilah mate?" tanya Xander balik.
"Ya, pa—maksudku kakek pernah menceritakannya padaku," jawab Bella.
"Kau adalah mate-ku," ucap Xander yakin membuat Bella langsung terdiam.
"Kenapa?" tanya Xander lemah melihat Bella yang terdiam.
"Aku tak percaya ini," lirih Bella membuat Alan merasa sangat sedih.
"Kau harus percaya, Bella," ucap Xander tak kalah lirih karena dirinya juga bersedih.
"Tapi bagaimana bisa?" tanya Bella bingung.
"Aku tak tahu, aku merasakan ikatan mate kita Bella," jawab Xander yang menormalkan nada bicaranya.
"Semacam aroma?" tanya Bella lagi.
"Ya, baumu seperti bunga lavender dan coklat," jawab Xander berbinar.
"Ah, aku sangat menyukai keduanya," ucap Bella senang.
"Bagaimana dengan sekolah kita?" tanya Bella yang bingung dengan sekolahnya nanti.
"Sekolahmu lebih tepatnya, aku sudah tamat sejak beberapa tahun yang lalu," jawab Xander enteng.
"Umurmu berapa?" tanya Bella.
"Kau yakin menanyakan itu?" tanya Xander balik.
"Em ... ya," jawab Bella ragu.
"Umurku ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Back [END]
WerewolfInilah aku, Cristalyn Bella. Aku tak tahu siapa orang tuaku. Sejak kecil, aku sudah tinggal di panti asuhan. Hanya ada kertas kecil dan kalung yang diletakkan di sampingku saat bayi dulu, di kertas itu tertulis permohonan maaf dari orang tuaku dan u...