B. Hujan

5.1K 641 85
                                    

"Puter balik doang pak! Masa gak bisa sih?!"

Sopir taksi itu mendesah kesal. "Gak bisa dek, jam kerja saya udah selesai, mending adek jalan kaki aja."

Lalu ia menekan gas dengan dalam dan meluncur meninggalkan seorang pria manis di trotoar jalan itu.

"Ihh sebel! Ngeselin banget dasar pak tua!" pria manis itu mendumel. Kakinya ia hentakkan dengan keras. "Sekarang gimana caranya aku ke apartemen Kak Chan?!"

Minho — pria manis itu — berjongkok. Ia menunduk dan matanya berair. "I-itu tadi kendaraan umum terakhir h-huk."

Yah, sabar ya Minho. Hari ini kamu memang sial banget.

Pertama, Minho bangun telat karena tadi malam insomnia.

Kedua, Bunda tercintanya Minho gak bikin sarapan alhasil dia kelaparan.

Ketiga, dia telat datang ke kelas paginya.

Keempat, dia ketumpahan kopi.

Kelima, dia lupa bawa uang jadi pulang dari kampusnya jalan kaki.

Keenam, sampe rumah ternyata orang tuanya lagi pergi kencan dan lupa ninggalin kunci alhasil dia nunggu di depan rumah macam gelandangan.

Ketujuh, dia belum nyelesaiin deadline-nya yang masih setengah jadi dan butuh bantuan.

Kedelapan, dia ketiduran di depan rumah, digendong Ayah ke dalam dan tidur pulas.

Kesembilan, dia kebangun jam sepuluh malam dan baru inget sama rencananya minta tolong Chan buat bantuin dia ngerjain deadline-nya.

Kesepuluh, orang tuanya udah tidur dan gak ada kendaraan umum yang masih open service jam segini plus Minho gak bisa bawa mobil.

Dan yang terakhir, hujan.

Hujan lebat beserta petir menyeramkan menemani Minho yang tengah menahan tangis di trotoar itu.

"B-bunda..." Minho menangis. Hujan mengguyur tubuhnya tanpa ampun, petir terus menyambar, dan Minho kedinginan.

Lima belas menit berjongkok seperti orang bodoh, bunyi klakson yang tidak asing mengejutkan Minho. Ia dengan cepat menatap sebuah sedan hitam yang kaca pengemudinya terbuka dengan penuh harap.

Lalu tangisnya semakin kencang.

"Cha-Channie! Hukhung," Minho berteriak. Tangannya menggapai-gapai ke arah mobil sedan itu, badannya menggigil dengan parah, ia tidak berani bergerak karena sambaran petir yang mengerikan.

Suara bedebam keras terdengar, sedikit kehangatan dapat Minho rasakan di tubuhnya. Lalu tubuhnya secara refleks menjadi lebih rileks dan terbenam ke dalam jas hitam yang menyelimuti tubuhnya.

Dalam waktu lima menit, Minho telah duduk di bangku depan mobil sedan itu dengan Chan yang duduk di bangku sopir.

"Kenapa kamu hujan-hujanan?" Chan bertanya. Suaranya lembut, namun buku-buku jarinya yang memutih akibat meremat stir mobil dengan keras membuat Minho yakin Chan sedang menahan emosinya.

"M-au ke rumah kakak tapi gak ada taksi," cicit Minho. "Maaf."

Chan menghela napas dalam. Pria itu menatap tubuh menggigil Minho yang tenggelam di dalam jas hitamnya dengan lembut.

"Sini, Sayang."

Dan Minho menubrukkan dirinya ke dada Chan. Lengannya menyelinap ke punggung pria itu kemudian memeluknya erat. Kepalanya bersarang di dada Chan.

"S-Sorry."

"Shh, it's okay, Princess. Don't cry."

"I-I was so scared, I thought I'd die."

"You're safe, Darling. I'm here."

"Channie isn't mad?"

"No, Sunshine. I'm not."

"Thank you! Minmin wuffs you sooo much! Ihi."

— — — — —

Halo :)

Failed Fluff ft. BanginhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang