Chan meletakkan seplastik penuh makanan ringan ke atas meja ruang tamunya. Kepalanya celingukan mencari kehadiran kekasihnya yang kurang lebih 25 menit yang lalu merengek padanya untuk membeli jajanan.
"Babe, I'm home," Chan setengah berteriak. Ia meninggalkan belanjaannya setelah menerima keheningan sebagai jawaban dari sang kekasih.
Chan berjalan pelan menuju dapur ketika mendengar suara grasak-grusuk dari sana. Ia terkekeh pelan ketika melihat kekasihnya sedang mengobrak-abrik isi kulkas.
"Sedang apa, Princess?" Chan bertanya. Ia bersender pada dinding dengan gesture santai sembari menatap kekasih menggemaskannya.
Bola mata Chan melebar ketika Minho membalik badannya dan menodong Chan dengan pisau. Walaupun jarak mereka kurang-lebih 5 kaki, namun Chan sangat mengkhawatirkan kemungkinan Minho melukai dirinya sendiri dengan benda tajam itu.
"Sayang, hei, ada apa?" tanya Chan. Ia bergerak maju pelan-pelan.
"Jangan mendekat!" teriak Minho. "Dasar pencuri!"
Chan menatap Minho bingung. "Hei, manis, tenanglah. Taruh dulu pisaumu, ya? Habis itu kita bicara."
"Kubilang jangan mendekat, pencuri!" Minho kembali berteriak sengit ketika Chan melangkah maju. "Atau aku tusuk perutku!"
Chan berhenti melangkah dan mengangkat kedua tangannya di udara. "Oke, oke. Aku gak gerak lagi."
Minho menatap Chan lama. "Kok ganteng sih?!" teriaknya sewot.
Chan tertawa pelan.
"Ketawa?! Ketawa kamu?! Nyawamu lagi terancam tau!" Minho kembali berteriak.
"Kok nyawaku terancam? Bukannya kamu bilang mau tusuk perutmu, ya?" jawab Chan.
Minho mendelik. "Dasar pencuri rese!" teriaknya sebelum berlari menerjang Chan dan menusukkan pisau itu ke berbagai tempat di tubuh Chan yang tergeletak di lantai.
Mata Chan membola. Kaget karena Minho yang mendadak beringas dan kaget karena rasa menggelitik yang terasa setiap pisau itu menemukan permukaan kulitnya.
Minho menusuk perut Chan. "Ini untuk ciuman pertamaku!"
Ia kemudian menusuk lengan kanan Chan. "Ini untuk keperjakaan dan keperawananku!"
Ia kembali menusuk Chan, kali ini di bagian dada. "Ini untuk waktu yang aku abiskan sama kamu!"
"Dan ini," Minho berhenti sebentar. "Untuk hatiku!" teriaknya. Ia menusuk bahu kanan Chan kemudian tersenyum puas.
Chan mengerjabkan matanya beberapa kali. "Babe?"
Minho bangkit dari atas Chan kemudian menghembuskan udara ke ujung pisau yang ia gunakan untuk menusuk Chan tadi. Ia menatap Chan sekilas kemudian melangkah menuju ruang tamu apartemen Chan yang mendadak lengang.
Chan bangkit dari tidurnya. Otaknya masih memproses kejadian yang baru saja terjadi. Suara klik terdengar ketika Chan berhasil memprosesnya.
"HEH BANG MINHO, NGERJAIN AKU YA?!"
"AHAHAHA AMPUN CHAN!"
Suara tawa dan teriakan terdengar dari apartemen Chan. Minho sedang tertawa senang sembari berlari mengitari apartemen Chan, berusaha untuk menghindari Chan yang tengah mengejarnya.
"AH— AMPUN CHAN!" Minho berteriak ketika Chan berhasil memeluk pinggangnya dan mengangkatnya tinggi.
"Bicara, Bang Minho. Kenapa ngerjain pacarmu tiba-tiba?" Chan berujar sembari memutar tubuh Minho di udara.
"Ah, turunin dulu baru aku ngomong!" balas Minho.
"Gak, ngomong dulu baru turun," tolak Chan.
"Ah— oke, oke, aku ngomong nih!" Minho berteriak pelan hingga Chan menghentikan putarannya. "Tadi tuh kiriman pisau sulapku nyampe! Terus Chan juga beli jajannya lama banget! Jadinya aku sekalian ngerjain kamu aja!"
Chan terkekeh pelan. Ia membawa Minho duduk di pangkuannya setelah ia berhasil duduk di sofa. Tangan Chan melingkari pinggang Minho erat.
Minho dengan cepat rileks di pelukan Chan. Ia menyenderkan badannya pada dada Chan kemudian menutup matanya.
Chan terkekeh gemas. Ia mencubit pelan pipi Minho. "Dasar manusia absurd."
"Absurd gini juga banyak yang suka," jawab Minho.
Chan tertawa. "Iya deh, iya."
— — — — —
AKU GEMES SETENGAH MATI NULIS INI HSHAJHSJAHS
KAMU SEDANG MEMBACA
Failed Fluff ft. Banginho
FanfictionKeseharian sepasang kekasih manis yang nyaris bikin gigit kuku. #4 chanho #2 chanho