TWENTIETH (B) - Daddy

972 172 7
                                    

Flashback

Baru saja, Taeyong menyelesaikan mandi malamnya. Pria itu mengusak rambutnya yang basah dengan handuk sambil berjalan menuju dapur tanpa berniat mencari baju. Ia terlalu lapar saat ini sehingga dirinya keluar kamar hanya mengenakan celana kain saja.

Saat di perjalanan pulang tadi dari klinik, Mark meminta burger dari salah satu restoran fast food. Karena Mark tidak bisa terlalu banyak berinteraksi dengan orang, mereka memutuskan untuk membawa pulang makan malam mereka. Dia sangat bersyukur ada teknologi bernama drive through sehingga Mark tidak perlu menyamar seperti tadi siang.

Sesampainya di meja makan, ia mengeluarkan dua paket burger dari kantung plastik. Anehnya, ia sama sekali tak melihat Mark. Padahal Mark lah yang sedari tadi mengeluh lapar.

"Mark?" teriaknya seraya menata burger, kentang, dan soda di atas meja makan.

Namun, tidak ada jawaban dari Mark. Seolah-olah Mark memang tidak ada di apartemennya. Taeyong menghela napas kemudian meninggalkan meja makan menuju ke kamar Mark.

Setelah mengetuk pintu, ia masuk ke kamar tersebut. Ia mengernyit ketika yang ia dapati hanyalah gelap. Tangannya kemudian meraba ke dinding dan menyalakan lampu kamar tersebut sehingga seluruh isi kamar dapat terlihat jelas. Termasuk sosok lelaki yang tengah berdiri di balkon seraya menatap ke arah langit.

"Mark, apa yang kau lakukan di sana? Di luar dingin. Masuklah," ujarnya seraya berkacak pinggang. Terkadang Mark melakukan hal secara random yang membuatnya terkadang merasa bingung sendiri.

Mark, pria yang tengah mematung itu nampaknya tak mendengar seruan Taeyong. Ia masih menikmati momennya melihat bintang-bintang di langit yang cerah itu.

Akhirnya, Taeyong mendekat ke arah Mark yang ia pikir tidak akan pernah sadar jika dirinya tidak menyadarkannya. "Mark!" sentaknya.

Tubuh Mark sedikit melonjak saat tangan Taeyong mendarat di punggungnya. Ia berbalik dengan kedua matanya yang membulat. "Hyung?"

Kepala Taeyong meneleng ke samping, mengamati Mark yang sejak tadi bertingkah aneh. Dengan tangan kanannya, ia mengurut keningnya. "Ada apa denganmu sebenarnya? Sejak tadi kau berusaha menutupinya."

Kedua mata Mark sempat bergetar saat mendapat pertanyaan seperti itu. Ia menunduk kemudian tertawa patetik. "Menutupi apa?"

Mendengarnya, Taeyong menghela napas panjang. Ia menarik Mark masuk kemudian menutup pintu balkon tersebut. Hey, dirinya juga kedinginan, apalagi posisinya di sini dirinya tengah bertelanjang dada.

"Mark, kau tidak baik-baik saja, 'kan?" tanyanya penuh selidik ketika keduanya telah duduk di pinggir ranjang.

"I'm fine," ujarnya seraya mengendikkan bahunya. Masih tak berani menatap ke arah Taeyong. Dirinya justru kembali menatap ke arah balkon. "He is not," lanjutnya dengan pelan.

Tiba-tiba, Taeyong merinding ketika Mark menunjuk ke arah balkon dengan kedua matanya. Kedua alisnya bersatu. "Siapa?"

"Daddy."

Ia menghela napas lagi. "Dia sudah meninggal, Mark. Kau harus merelakannya. Aku yakin, kau juga pasti yakin, Daddy sudah baik-baik saja di surga," hiburnya seraya menepuk pundak tegap milik Mark.

Mark tertawa sarkastik mendengar kalimat pasaran yang keluar dari mulut Taeyong. Ia melirik ke arah Taeyong. "Darimana kau tahu Daddy baik-baik saja?" tanya dengan tatapan mengintimidasinya.

SCHICKSAL - Lee Taeyong✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang