2

5 0 0
                                    

Setelah Araa siap siap, dia turun kebawa menghampiri ibu dan ayahnya di meja makan. Terlihat ayah dan ibu sedang bercengkerama dengan sesekali ibunya terlihat tersipu malu. Araa sudah tak heran lagi dengan tingkah kedua orang tuanya, walaupun sudah menginjak umur 40 an tetapi ayah dan ibunya masih terlihat romantis seperti remaja yang baru pacaran.

"ayah, berangkat sekarang yuk, araa uda telat niiih" ajak araa ke ayahnya

"kamu nggk sarapan dulu ra ?" tanya ibunya

"nggk deh bu, araa makan dikantin aja. Aku berangkat ya bu" kata ara sambil salim ke ibunya, lalu bergantian dengan ayah yang pamit ke ibu untuk berangkat kerja.

Diperjalanan menuju sekolah,  araa hanya diam sambil melihat jalanan. Dia memang tidak terlalu dekat dengan ayahnya, jadi seringkali dia hanya diam saja jika ayahnya tidak mengajak dia mengobrol.  Entah kenapa, tapi memang Araa bukanlah orang yang terlalu banyak  bicara. Araa lebih suka mendengarkan dari pada terlalu banyak omong.

"Raa, kamu jadi hari minggu nanti berangkat ke malang?" tanya ayahnya

"jadi yah, kenapa?"

"nggk papa, ayah cuman tanya aja. Mau berangkatnya diantar ayah atau mau berangkat  sendiri?" terlihat wajah kawatir ayahnya, araa tau pasti ayahnya takut jika araa kenapa kenapa dijalan, mengingat araa adalah anak gadis satu satunya.

"araa nggk papa kok yah kalo berangkat sendiri, lagian ayah kan harus keluar kota untuk bekerja" dilihatnya ayahnya, berusaha  meyakinkan ayahnya kalo araa bisa berangkat  sendiri.

"hmm, yasudah tapi ingat hp mu jangan sampai mati. Kalo bisa selalu kabari ibu atau ayah ya ?" ayahnya terlihat menghela nafas dalam, mau bagaimana lagi, jika araa sudah yakin dengan keputusannya dia nggak akan bisa merubahnya.

Tak terasa mobil dari ayah araa sudah berada di depan sekolah araa, araa yang menyadari itu dia langsung bergegas salim ke ayahnya dan turun dari mobil. Araa tidak ingin berlama lama dengan suasana yang membuat dia menjadi tidak nyaman.

Terlihat kerumunan para siswa dan siswi yang baru datang bergegas masuk ke gerbang,  mereka tidak ingin terkunci didepan gerbang sekolah dan harus menjalani hukuman dari guru ketertiban. Berbeda dengan Araa dia seakan cuek dengan sekitarnya, dia berjalan dengan santai tanpa ada rasa takut sama sekali.
Dari belakangnya siswi dengan kacamata khasnya berlari menghampiri Araa.

"woooi aruuul" teriak siswi berkacamata itu, dia merangkul araa dengan santainya

"apasih ndut, arul arul,  nama gw araa ya ngab" ara menjitak kepala sahabat dari kecilnya itu.

Namanya Wanda pramesty enggar, biasa dipangil Wanda atau araa sering memanggilnya Wandut. Mereka bersahabat sedari kecil, mungkin bisa dibilang sejak didalam perut mereka sudah bersahabat. Jangan heran, ibu dari keduanya juga bersahabat sejak SMA. Jadi sejak kecil mereka selalu bersama sama, bahkan sedari kecil mereka selalu sekolah di sekolah yang sama.

About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang