"Kau harus malu pada ototmu, Jungkook-ah."
Jungkook hanya berdecak tidak peduli. Ia masih menyembunyikan wajahnya pada lengan Namjoon meskipun kini ia sudah di bawa keluar dari kamarnya. Namjoon hanya terkekeh geli.
Tidak lama pintu kamar di sebelah kamar Jungkook terbuka, Seokjin dan Hoseok keluar dari sana dengan Jimin yang bersembunyi di belakang Seokjin. Tubuh pendeknya itu terhalang total oleh tubuh Seokji.
Tiga orang paling dewasa di sana saling melirik, kemudian tersenyum geli. Agak lucu memikirkan jika mereka tampak seperti orangtua.
"Hobi-hyung, maaf ... Aku dan Jimin membuatmu menangis dan juga membuat semuanya khawatir," ujar Jungkook lebih dulu.
Hoseok tersenyum, ia ingin mendekati Jungkook, tapi ada cengkraman kecil di balik punggungnya. Jimin enggan ditinggalkan. Akhirnya Hoseok menarik kedua tangan Jimin agar memeluk perutnya dan keduanya bisa melangkah ke depan Namjoon-- yang menyembunyikan tubuh bongsor Jungkook di belakangnya.
"Kalau begini kau tidak akan kehilanganku, 'kan?" Hoseok menoleh ke belakang, menatap bola mata jernih Jimin yang berbinar karena senang.
Hoseok kembali menatap depan, ke arah Jungkook yang sedang menunduk sambil menggigit bibir bawahnya gelisah. Anak itu tampak sangat rentan jika sedang gelisah.
"Jungkook-ah, jangan khawatir, kau tidak perlu mencemaskan itu, Jimin juga jangan cemas. Aku menangis karena panik ... Hehe, jangan merasa bersalah, okay? Aku ingin menghampirimu, tapi Jimin memelukku erat sekali. Dia takut pada Namjoon, haha~"
Jimin mendengus sebal, tapi malah semakin mengeratkan lingkaran tangannya pada perut Hoseok. Seokjin di sampingnya hanya menggelengkan kepala.
Dia berjalan mendekati Jungkook, sedikit membungkuk untuk melihat wajah sang maknae kesayangan yang bersembunyi di lengan Namjoon. Jungkook yang melihatnya langsung tersentak. Ia semakin merundukan wajahnya. Kening Seokjin berkerut, "Yak, apa kau orang yang dengan anak laki-laki yang mengatakan dia akan menikahi Jimin padaku bulan lalu?!"
"Pft!" Namjoon dan Hoseok terpaksa meredam tawa karena takut mood Jungkook kembali jungkir balik, mereka hanya diam-diam memerhatikan Jimin yang sudah hampir merubah menjadi koala besar karena sangat menempel pada Hoseok.
Seokjin menghela napas, "Sebenarnya aku sungguh ingin memarahimu dan Jimin. Hah ... Tapi kalian malah menunjukan wajah penyesalan seperti itu, kalian benar-benar tahu kelemahanku, ya? Ck, sini kau maknae, akan kuberi kau pelukan maut!"
Namjoon hanya tertawa kecil melihat Seokjin sudah menarik Jungkook agar bisa dipeluknya begitu erat. Jungkook yang tadinya takut dimarahi malah tersenyum lebar hingga dua gigi kelincinya terlihat, ia mendengus geli sambil membalas pelukan hyung tertuanya itu tidak kalah eratnya.
"Astaga, perhatikan tangan berototmu itu, Jungkook-ah, jangan sampai malah kau yang memberiku pelukan maut"
"Hehe, hyung, terima kasih dan maaf."
"Jimin sudah meminta maaf berulang-ulang, aku sampai bosan mendengarnya. Kau hanya perlu mengatakannya sekali dan aku sudah memaafkanmu."
Selagi Jungkook asik bermanja pada Seokjin, Namjoon melirik Jimin yang kebetulan tengah menatapnya. Jimin tersentak, ia segera menyembunyikan kepalanya pada punggung Hoseok lagi.
Namjoon tersenyum maklum, ia melangkah mendekati Jimin yang malah semakin mengeratkan pelukannya pada perut Hoseok. Sempat membuat Hoseok kaget, tapi langsung sadar begitu melihat Namjoon mendekat.
"Jiminie, bisa bicara sebentar?" tanya Namjoon lembut, seolah sedang berbicara pada bocah berumur lima tahun yang sedang merajuk. Jimin diam saja, ia menggelengkan kepalanya keras-keras dan seperti sedang menangis lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby In Bangtan (Completed)
FanfictionYoongi jatuh pada kondisi little, dan tidak pernah mengira jika keadaannya itu dapat diterima oleh para member ... Warning! Semi-canon Mental illness BxB Taegi