#5

1.3K 108 18
                                    

"Huaaaa― aku capek, Soraru-chan! Hari yang sibuk, ne~"

Pemuda bersurai putih itu menggosok matanya pelan. Bulir air mata sudah tergenang di sudut matanya yang sayu. Ia mengantuk.

Si surai raven tetap berada dalam pelukan Mafu. Kedua tangan mungil itu meremas baju yang dipakai sang pemuda albino.

Di balik punggung sang pemuda yang mengantuk itu, berdiri dua orang temannya. Tidak, bukan Urata dan Sakata.

Lelaki bersurai cokelat itu tertawa kala Mafumafu yang mengantuk berjalan dengan lemas menuju kamar si kecil.

Ya, lelaki barcode itu sudah memutuskan untuk menginap di rumah sang partner, jaga-jaga jikalau si kecil butuh bantuan.

Masih dalam gelak tawa, lelaki di sebelahnya langsung menyenggolnya dengan siku. Sontak si surai cokelat itu meringis.

"Apa-apaan, sih, Luz-kun!" Ia mengusap-usap tangannya yang sakit.

"Kapan, ya, Amacchan jadi kecil seperti itu?"

Sebelah alis Amatsuki naik. "Mana mungkin aku berubah kecil seperti itu!"

"Mungkin saja, kan?"

"Tidak, tidak akan dan tidak mau!"

"Harus mau dan harus bisa~"

"TIDAK!"

"uRUSEE NA OMAE!"

Sebuah bantal melayang ke arah dua orang tersebut.

Bugh!

"G- gomen.." ujar keduanya.

Tatapan menbunuh dari si surai putih itu mengarah lurus pada keduanya. Tanpa menjawab apapun, ia langsung kembali masuk ke kamar dan merebahkan diri di ranjang berukuran besar itu dengan Soraru mini di atasnya. Belum jalan dua menit, Mafumafu sudah terlelap. Sedangkan bocah di atas dirinya itu masih bangun dan hanya menatap si surai putih yang tertidur.

Amatsuki dan Luz masih berada di posisi duduknya, belum bangkit.

Manik Amatsuki menyipit menatap Luz. Yang ditatap malah menaik-turunkan alisnya sambil tersenyum. Amatsuki bergidik, kemudian bangkit menuju kamar si pemilik rumah. Ingin memastikan apakah si pemuda barcode itu sudah tidur atau belum.

Ia berdiri menempel pada tembok di samping pintu sebelum kepalanya ia majukan perlahan untuk melihat ke dalam.

Kedua maniknya membulat sempurna. Ia kembali menolehkan kepala kepada Luz yang masih di posisinya. Gestur tangan memerintah agar Luz datang.

Luz memasang muka seolah bertanya apa yang terjadi. Kepekaan Amatsuki terhadap ekspresi tersebut membuatnya langsung menjawab setengah berbisik, "Hayaku!"

Yang mendekat menatap bingung sesaat sebelum dia ikut mengintip apa yang dilihat oleh Amatsuki barusan.

Dan, oh, ternyata...

"S- Soraru-san?! Kau sudah kemba―"

"Sst―" Telunjuk pemilik surai biru gelap itu ditaruh di depan bibirnya sendiri. Posisinya tidak berubah sejak semula, hanya saja yang membuatnya berbeda adalah...

... dia telah kembali ke ukuran semula.

Sebenarnya, agak tidak enak dengan keadaan seperti ini. Maka dari itu, Amatsuki tertawa pelan sebelum ia membungkukkan badannya dan pamit pulang. Diikuti oleh Luz yang melakukan hal sama. Dan mereka pun pergi.

Soraru hanya mendengar derap langkah kaki yang berjalan keluar dan pada akhirnya menghilang diikuti suara pintu yang terbuka sebentar dan tertutup kembali.

Kedua manik biru safir menatap wajah damai malaikat yang berada di bawahnya. Tangan kanannya digunakan untuk mengusap pelan pipi yang bertanda barcode milik sang pemuda bersurai putih. Sementara lengan kirinya menumpu pada kasur.

Satu, dua, hingga tiga usapan kemudian, manik merah kembali terbuka secara perlahan sambil mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitar.

Apa yang dilihatnya pertama kali adalah sesuatu berwarna biru yang tampak buram. Tetapi semakin lama terlihat semakin jelas.

"Sora... ru-san?"

Awalnya dia biasa saja, sampai ia baru menyadari bahwa―

"K- kau kemba―"

Chu. Kedua bibir bertemu.

―Soraru sudah kembali.

Ciuman lembut yang singkat. Setelah melepaskan tautan bibir mereka, Soraru mengulas sebuah senyuman di wajahnya. Sedangkan Mafumafu masih dengan wajah bingungnya.

"Aku sudah kembali, Mafu."

"Ah, kau benar-benar kembali... sayang sekali, padahal aku ingin melihatmu berbadan mini lebih lama lagi..."

"Hee? Kau tidak suka aku yang normal begini?"

"Eh― b- bukan begitu! Hanya saja... dirimu yang kecil itu terlihat menggemaskan~."

"Sudah cukup aku jadi anak kecil. Kapan-kapan kau yang jadi anak kecil, ya?"

"Soraru-san, bisa kau pindah? Kau terlalu berat―"

Apa ini? Perkataannya tidak digubris? Kenapa malah menyuruhnya untuk pindah?

Soraru memasang ekspresi tidak suka. Ya, tidak suka.

"Tidak mau."

"Ayolah, Soraru-san? Kau ini― AKH!"

Soraru menggigit dengan kencang leher pemuda di hadapannya, yang mana menjadi sebab meluncurnya pekikan singkat itu. Gigitan itu terlepas, manik biru safir menatap intens manik ruby milik Mafu, seiringan dengan seringai muncul di parasnya.

"Ne, bagaimana kalau kau menjalani 'hukuman' dulu? Hukuman karena telah menertawakanku dan memanggilku 'Soraru-chan'."

"T- tapi aku, 'kan, hanya bercanda―"

"Aku tidak peduli," Soraru memotong perkataan Mafu yang belum selesai. Kemudian, ia mendekatkan bibirnya ke telinga Mafu dan berbisik, "sebanyak apapun kau memohon, kali ini, aku akan pura-pura tidak mendengar~."

Dan tanpa mengulur waktu, Soraru langsung menggigit daun telinga partnernya, diikuti dengan pekikan singkat Mafu untuk kedua kalinya.

*** END ***

(A/N)

AAAAAAAAAAAAAA AKHIRNYA SELESAI!

Terima kasih kepada kalian yang sudah mau membaca cerita ini sampai akhir.

Kali pertama aku publish cerita ini, aku pesimis, makanya aku gak lanjut sampai berbulan-bulan... sampai aku bertemu dengan temanku, dia baca ini, lalu dia minta lanjutin cerita ini, dan.... ya. //curhat

Yah pokoknya... kalau aku dapat banyak respons yang positif dan mendukung terhadap ceritaku, ofc bakal aku lanjutin. Ehe. /Y

Yaudah itu aja. Sekali lagi, terima kasih. uwu.

Salam,

Jovelin.

Lil.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang