#1.5

1.1K 113 44
                                    

Selimut telah menutupi tubuh mungilnya, tetapi setelah berpuluh-puluh menit terlewati, dirinya tetap tidak bisa masuk ke alam mimpi. Astaga, Soraru habis makan apa bisa jadi begini? Sudah berubah wujud jadi anak kecil, mau kembali juga tidak tahu caranya. Apa ini kutukan?

Sementara itu, si pucuk putih yang telah diketahui akan mengunjungi tempat tinggal partner-nya ternyata sudah di depan pintu rumah si surai raven.

“SORARU-SAN! SORARU-SAN! SORARU-SAN!” Teriaknya berulang kali sambil mengetuk-ngetuk pintu dengan tidak sabaran.

Soraru yang masih selimutan terlonjak kaget. Lebih cepat dari perkiraannya ternyata.

‘Bagaimana ini?! Doushiyou?!’ ujar Soraru dalam hati yang panik setengah mati. Keringat bercucuran di pelipis seiring keterkejutannya karena mendengar suara dari luar yang cukup membuatnya tambah panik.

“Kalau tidak dibuka pintunya aku akan pecahkan kaca jendelanya!”

Astaga, albino itu.

Walaupun masih ragu, dengan segenap jiwa raga dirinya memberanikan diri untuk membukakan pintu. Dirinya tidak mau lagi kalau harus mengeluarkan biaya untuk membeli kaca baru yang disebabkan oleh Mafumafu. Tidak. Tidak akan terjadi lagi untuk yang kelima kalinya.

Kaki kecilnya melangkah ke arah pintu, kemudian berjinjit kecil agar dirinya bisa mencapai knop pintu yang cukup tinggi untuk kondisi tubuhnya sekarang. Ia menarik pintu itu ke belakang dengan kedua tangannya. Dirinya jadi tertutup pintu.

“Soraru-san?” Si surai putih bingung juga heran. Kok bisa pintunya terbuka? Atau memang tidak dikunci? Atau Soraru saat ini mengajaknya bermain petak umpet dan ia harus menemukannya?

Sambil melangkahkan kakinya pelan memasuki rumah Soraru, Mafumafu celinguk sana celinguk sini. Mencari di mana tuan rumah berada.

“Mappu.”

“EH AYAM AYAM―”

Yang dipanggil kaget karena tiba-tiba ada yang memanggil dengan suara anak kecil. Tiba-tiba ada hantu di rumah ini, ya?!

Kedua manik ruby-nya mengarah ke sumber suara yang mana berasal dari belakangnya.

Seketika dirinya mematung. Heran sekaligus bingung.

‘Ieu budak leutik téh saha?’ batin Mafumafu sambil mengamati bocah itu dengan seksama.

Seingatnya, Soraru tidak punya adik paling kecil sekecil di matanya sekarang dan juga tidak punya anak. Gimana punya anak kalau pacar saja tidak punya? Eh.

Kalau dilihat-lihat lagi, lama-lama memang mirip Soraru. Atau jangan-jangan...

“Ini aku, Sowuwu― Sowu― Sowawu.”

‘EH. ANAKNYA NGOMONG.’

Lah.

Lah iya.

“Eh? Soraru-san?” Sebelah alis terangkat setelah menyadari ucapan anak itu. Kedua manik Mafumafu mengerjap sesaat sebelum akhirnya tawanya meledak.

“SORARU-SAN JADI KECIL! AHAHAHAHAHAHA―” Tawa bahagia Mafu pun sirna kala sebuah pukulan keras mengenai pahanya. “ADUH!”

***

TBC

ーJovelin.

Lil.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang