Scooby Doo

163 26 9
                                    

Daniel's pov

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Daniel's pov

  Suji duduk di bawah bersandar di kaki sofa sambil menonton kartun dan terkadang tertawa, aku yang duduk di atas sofa menatapnya tanpa sadar, aku tidak berniat begitu awalnya, tetapi ya tetap saja mataku tanpa sadar dan tanpa di suruh menatapnya begitu saja.

  "Daniel, apa kau sibuk?" tanya Suji tiba-tiba.

  "Aku sibuk." kataku singkat.

  "The fuck you do?" dia menoleh dengan wajah kesal.

  "Aku sibuk menatapmu." kataku dengan senyuman meledek, dia melempar remot tv ke arahku dan aku hanya tertawa. "Buatkan aku cereal please... aku tidak bisa meninggalkan kartun ini." Suji memohon ke arahku, aku menatapnya dengan tatapan menimbang-nimbang. "Cereal untuk sarapan, dan sekarang sudah jam 3 malam." Suji mendekat ke arahku, aku hanya memberinya tatapan 'apa yang kau inginkan?' 

  "Yang benar sekarang jam 3 pagi, ayolah." Dia memohon lagi, aku berdiri dan berjalan ke dapur yang tepat ada di belakang ruang tamu. "Di mana Cerealnya princess?" tanyaku dengan malas. "Di laci atas sebelah kiri, susunya ada di kulkas, kau kalau mau buat saja, aku tidak keberatan." katanya dengan nada manis.

  Oh iya, aku lupa menceritakan kelanjutan Dami kan? dia sudah pergi sekitar beberapa menit yang lalu, laki-laki yang Suji panggil Ji Hwan atau entah siapa menjemputnya, saat laki-laki itu datang Suji sudah memperingatiku dan meminta untuk menaruh tanganku di bahunya, aku melakukannya, laki-laki itu menatapku dengan tatapan ingin membunuh, aku memberinya tatapan seperti orang yang menang taruhan sebagai balasan, cowok bodoh mana yang mau menyelingkuhi Suji?

  Suji's pov

  "Terima kasih!" kata Daniel kepada dirinya sendiri saat aku dengan cepat mengambil semangkuk cereal yang ada di tangannya. "Terima kasih hehe!" kataku tanpa rasa bersalah.

  Aku sebenarnya tidak berniat menyuruhnya, hanya saja kami diam dalam waktu yang lama tadi dan aku takut dia merasa bosan jadi aku mengajaknya berbicara, dan kebetulan aku lapar, jadi aku memintanya membuatkan aku cereal.

  "Kau bisa tidak fokus dengan cerealmu dulu baru menonton kartun itu lagi." Daniel mengelap pipiku, aku tidak memperdulikannya. "Aku susah fokus dengan satu hal saja, okay? Lagi pula aku suka kartun ini."

  "Ini scooby doo kan? Aku sudah menontonnya ribuan kali." Daniel berkata sambil menatap televisi. "Aku tidak pernah bosan menonton ini." kataku tidak peduli dia mendengarkan atau tidak.

  "Sehabis ini apa yang ingin kau lakukan?" tanyanya, aku diam saja dan sepertinya dia tau maksudku, aku bingung ingin kemana lagi.

  "What's your music taste?" tanya Daniel tiba-tiba, aku tersenyum miring masih tetap menatap televisi. "Pertanyaan klasik." kataku. "Itu penting bagiku." balasnya.

  "Kenapa?" tanyaku.

  "Aku akan mencoba menyukai apa yang kau sukai." katanya lagi. "Kenapa?" tanyaku hampir tersedak, dia menyerahkan segelas air putih yang ada di meja kepadaku, aku cepat meminumnya. "Karena aku tertarik denganmu." jawabnya tanpa grogi sedikitpun.

  Aku? Aku hanya diam membatu di sana, aku bingung, kenapa laki-laki dapat gampang mengatakan hal seperti itu? Mereka pasti menyiapkan mental terlebih dulu kan? Aku punya banyak teman laki-laki, tetapi aku tidak pernah menanyakan secara spesifik tentang hal ini.

  Perempuan harus berpikir ribuan kali apa bila ingin melakukan dan membicarakan sesuatu, apa lagi orang sepertiku, aku sangat menjunjung harga diri, aku bahkan di selingkuhi oleh Ji Hwan tidak menangis sama sekali, karena aku menyayangi air mataku sendiri, terdengar aneh, tetapi aku tidak mau menangisi orang yang tidak menghargaiku, sangat tidak berguna.

  "Saat aku melihat kartun ini seketika aku mengingat mantan pacarmu dan temanmu tadi." kata Daniel tiba-tiba, aku karena menyadari sudah mengatakan kata 'kenapa' terlalu banyak aku hanya memberinya tatapan ingin tau.

  "Kau lihat, monster di film ini aslinya manusia kan? Di hidup pun begitu, monster sebenarnya di dunia ini adalah manusia itu sendiri."

Drive Thru Where stories live. Discover now