Skinny Jeans

176 24 5
                                    

Daniel's pov

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Daniel's pov

  "Oh, kau punya balkon." kataku sesaat melangkah masuk ke kamarnya, ada poster Lana Del Rey dan Uma Thurman di tembok tempat di atas kepala ranjang yang tidak memiliki kolong, ada meja dan kursi serta banyak barang berserakan di pojok ruangan, cahaya tidak terlalu terang disini, kamar ini hanya terpancar dan di terangi oleh cahaya dari bulan di luar dan lampu neon yang di pasang di depan meja, ada poster laki-laki juga tapi aku tidak tau siapa.

  "Kenapa kau tidak memiliki ranjang yang ada kolongnya?" tanyaku kepada Suji yang memberiku tatapan malu-malu. "Aku takut."

  "Pengecut." kataku yang awalnya ingin menambahkan 'yang menggemaskan' di akhir kalimat tetapi aku tidak ingin langsung melangkah dari angka satu ke angka sepuluh, aku bisa mengontrol diriku.

  "Tipe idealmu yang seperti apa?" tanyanya tiba-tiba sambil memberikan tanda kepadaku untuk mengikutinya duduk di balkon. "Aku suka perempuan yang tau apa yang dia inginkan." kataku duduk di samping Suji sambil meluruskan kakiku.

  "Tolong jelaskan lebih spesifik." balasnya sambil melipat kedua kakinya dan memeluk kakinya sendiri, dia jadi terlihat sangat kecil. "maksudku, perempuan yang jujur bilang kalau tidak ya tidak, iya ya iya, tidak bertele-tele."

  "Daniel, aku ingin bertanya tetapi aku takut kau tersinggung." kata Suji duduk menghadapku, aku tetap dengan pendirianku dengan tidak menatapnya balik dan alih-alih menatap langit luar dan merasakan angin malam yang menerpa wajahku.

  "Tanyakan saja." kataku enteng.

  "Janji tidak akan tersinggung?" tanya Suji lagi dengan hati-hati.

  "Aku tidak bisa berjanji seperti itu, wajar aku tersinggung kalau pertanyaannya mengusik, lagi pula itu bukan perkara yang besar." kataku lagi masih menganggap semua ini percakapan kecil biasa agar kami dapat lebih akrab.

  "Baiklah, Here we go."  kata Suji sambil menarik nafasnya. "Kau pasti punya alasan tertentukan mengajakku pergi?" Tentu, sahutku dalam hati, aku mencoba mencari kata yang pas.

  "Aku hanya tertekan dan ingin menarik nafas sedikit." 

Suji's pov

  "Aku tertekan hanya karena aku dapat beberapa pesan kebencian yang mengatakan aku alkoholik." kata Daniel menjawab pertanyaanku yang bahkan aku tidak keluarkan, Ada rasa getir dan marah di suaranya yang terdengar jelas.

  "Lebih baik orang membencimu saat kau menjadi dirimu sendiri dari pada membuat mereka tergila-gila saat kau menjadi orang lain." kataku mencoba menenangkannya, dia tidak merespon apa-apa, aku merasa suasana menjadi agak canggung di sini.

  "Fuck it lets jamming for something." aku menyalakan hand phoneku dan membuka aplikasi musik tempat biasa aku mendengarkan lagu, aku mencari lagu 'Midsummer Madness' dari 88rising, biasanya aku mendengarkan ini saat sedang berenang.

  Aku mulai menggerakan tubuh bagian atasku karena aku menari sambil duduk di samping Daniel, Daniel hanya memberiku gummy smile miliknya yang aku belum pernah lihat, selama ini dia hanya tersenyum miring biasa.

  Aku menarik tangan Daniel dan menggerakannya sesuai irama. "Fuck the rulesss!!" Aku bernyanyi tanpa malu dan memang aku tidak malu, untuk apa? Yang terpenting Daniel lupa masalahnya kan? Aku terus bernyanyi dengan Daniel di hadapanku yang belum mengalihkan pandangannya dariku, aku berpikir apakah besok kita akan bertemu lagi? Atau dia akan pergi kembali ke Seoul dan aku di sini sendiri?

  Semua terlaru menyedihkan dan aku tidak ingin menjadi pengecut dan merusak setiap momen saat ini, aku tidak peduli dengan esok hari, toh malam ini juga menentukan kelanjutan kehidupan kami besok.

  Saat sudah mencapai di part Joji bagian terakhir, Daniel mengajakku berbicara, aku tau dia sudah ingin mengatakan sesuatu dari tadi, entahlah, mungkin aku saja yang merasa seperti itu.

  "Suji, aku suka perempuan yang mengenakan skinny jeans." aku berhenti menari dan mengatur nafas sambil tertawa kepadanya. "Lalu?" tanyaku.

  "Kau lihat perempuan di club tadi semua mengenakan dress dan celana pendek seolah-olah itu bukan perkara besar." katanya lagi, aku mulai tidak mengerti apa yang dia bicarakan.

  "Kau ingin tau kenapa aku memilihmu untuk di ajak keluar di antara banyak perempuan di tempat tadi?" tanyanya lagi.

  "Kenapa?" tanyaku ingin tau.

  Dia tiba-tiba mengusap lutut kakiku, aku sadar sekarang. "Kau satu-satunya perempuan yang mengenakan skinny jeans disana." Jawabnya, aku seketika merasa seperti es yang di taruh di dekat api panas, aku merasa seperti ingin meleleh, apakah ini wajar?

Drive Thru Where stories live. Discover now