one

26 3 1
                                    


• Sania Zaelani Azizah •

Sunyi yang kurasa,  hening yang terdengar,  harum bau khas setelah hujan membuat ku tenang sesaat.  Ku hirup udara sedalam aku bisa dan ku hembuskan perlahan, mencoba untuk mengambil energi positif dari alam.  Aku suka dengan cuaca seperti ini,  hujan tidak hujan,  panas juga tidak panas. Semua terasa menenangkan dan nyaman. Aku ingin berada di sini seterusnya.  Menikmati alam dengan senyum yang merekah. Cuaca yang ku suka adalah hari ini.

Ku buka mata ini perlahan.  Pemandangan dari atas memang menyejukkan nan indah,  walau aku berada di kawasan Kota dan saat ini adalah waktu sang senja untuk membagi kenyamanan nya padaku. Di lantai tiga tepat nya,  tanpa tembok dari atas,  aku bisa melihat semua lukisan Tuhan.

Ku rentang kan kedua tangan ku dan membiarkan diriku bermanja dengan semilir angin menerpa ku dan syukur atas keindahan alam yang di berikan Tuhan untuk ku.

" He.... JANGAN!!! " suara siapa itu, sepertinya suara itu berasal dari belakang.  Aku memutar tubuh ku menghadap seorang pria yang sepantaran dengan ku. Seperti nya aku mengenali nya.

" Ojo (jangan)  hosh..... Hosh...  Ojo bunuh diri,  gak oleh( gak boleh)" Dia berbicara sambil mengap mengap seakan ia barusan berlari berkilo kilo.  Memang nya siapa yang mau bunuh diri?  Aku mengangkat alis ku sebelah kanan,  lalu di ikuti oleh sebelah kiri.

" Haduhhh...  Gak usah bunuh diri oke,  lek kamu bunuh diri engkok( nanti)  gentayangan nak sekolah iki( di sekolah ini) " Kata nya. Aku masih tidak mengerti dia bicara kepada siapa,  aku menoleh kanan kiri ku mungkin saja ada orang di sekitar sini selain kami.

" ya gusti,  sampeyan cah ayu( kamu anak cantik). Aku ngomong karo awak mu( sama kamu)"  jelas nya,  maksut nya  itu gimana seh. Aku menunjuk diri ku tanpa bicara.  Dia mengagguk tanda mengerti.

" lapo karo aku(kenpa sama aku)?" tanya ku kepada nya,  di memasang wajah putus asa di hadapan ku. Semakin membuat aku tidak mengerti tentang jalan pikir nya.

Dia memegang tangan ku dan membawa tas ku yang semula berada di lantai. Dia menyeret ku untuk turn ke lantai dasar melalui tangga yang mulai sepi. Arah jalannya menuju gerbang sekolah. Ia berhenti diparkiran. Pria itu mulai melepas cekalan nya dari tangan ku,  dan memberikan tas kepada ku.

" saiki( sekarang) kamu pulang,  mandi,  jernihkan pikiran dari hal kotor oke.  Yowes lek( yaudah kalau) gitu aku tak pulang, bye " pria itu melambaikan tangan nya kepadaku,  aku tidak mengerti maksut nya apa. Yang jelas aku sangat berterimakasih sama dia,  soalnya dia sudah menyeret ku dari balkon sekolah hingga parkiran.

Aku memasuk kan jas hujan yang sudah terlipat rapi dan tas kedalam jog barang yang tersedia. Aku menaiki sepedah motor ku dan menyalakan mesin nya. Memutar alur yanga akan ku tuju lalu menekan gas dan berjalan menuju rumah.

first love'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang