Bab 7 - Perangko Emas (2)

71 1 0
                                    

Ia melihat jalanan sunyi.

Namun, ada sesuatu yang agak tidak pas dalam deskripsi pemandangan yang ada di hadapannya. Pertama, dia tidak bisa menemukan satu orang atau kendaraan yang bergerak di luar.

Apa yang ia lihat adalah pemandangan kota suram dengan tidak ada semut yang bergerak. Bahkan langit di atas bewarna abu-abu kusam.

"Nggak mimpi, kan?!"

Menyadari hal ini, Seol hampir terbang ke arah smartphone dan mengambilnya. Ia menyadari bahwa itu bahkan bukan smartphone miliknya.



[Identitas dikonfirmasi. Registrasi pengguna telah selesai.]



Suara robotik datang dari perangkat dan layar pu  menyala. Ia buru-buru mengetuk ikon huruf yang berkedip di sudut, dan teks muncul di layar.



[Pengirim: Pemandu]



[1: Tiba di aula pertemuan SMA Nakwon sebelum waktu habis.] [2: Waktu tersisa: 00:09:45]



Isinya sederhana, tapi betapa perhatiannya mereka, ada gambar yang tersemat pada pesan itu juga. Rupanya itu peta. Ia memeriksa, dan menemukan bahwa lokasinya saat ini tidak terlalu jauh dari tujuan barunya.

Seol menampar pipinya sendiri, dengan keras. Tentu saja wajahnya jadi sakit. Ia mencoba untuk melihat apakah dirinya bisa bangun dengan itu, tetapi juga ingin menggunakan rasa sakit untuk menegaskan kembali bahwa ini memang benar-benar terjadi.

"….Aduh."

Ia mengusap pipinya yang sakit dan dengan hati-hati mendorong pintu depan untuk pergi.



*



Sementara ia berjalan, ketegangan yang tak dapat dijelaskan terus bermunculan di kepalanya setiap saat. Selain kesepian yang lahir dari perasaan seperti manusia terakhir di bumi, rasanya seperti berjalan di dunia yang waktunya membeku.

Menemukan jalannya tidak sulit sama sekali. Ia hanya mengikuti arah yang ditunjukkan pada peta, dan hanya perlu dua menit untuk sampai di tujuan.

Plakat yang menarik perhatian yang meneriakkan 'SMA Nakwon' tergantung di sebelah gerbang depan sekolah yang terbuka lebar. (TLN :”Nakwon" = surga dalam bahasa Korea)

"Nama yang sangat ironis." (Seol)

"Nama itu aneh."

Sebuah suara yang tak terduga mengejutkan Seol, dan ia dengan cepat melihat ke sampingnya. Ia bahkan tidak tahu kapan dia tiba, tetapi ada seorang gadis dengan hoodie berdiri di sana.

Mata mereka bertemu. Kulit pucatnya yang sempurna menunjukkan usianya yang masih muda, tetapi alisnya yang melengkung sepertinya menunjukkan kepribadiannya yang agak garang.

Tepat saat Seol mendapat kesan tidak peduli yang tidak tertarik dari wajahnya yang tanpa ekspresi, dia melewatinya. Kedua tangannya masuk ke dalam saku saat dia dengan cepat melangkah melewati gerbang yang terbuka. Dia sepertinya terburu-buru karena suatu alasan.

‘Bagaimanapun. Atap putih, ya? ' (Seol)

Peta mengatakan ini adalah lokasinya, tetapi itu tidak berarti tempat ini adalah titik pertemuan.Seol melihat sekeliling dan menemukan ruang pertemuan di sana. Ia mendekatinya, dan bisa mendengar gumam orang-orang yang datang dari dalam.

Seol menaiki tangga, tiba-tiba berhenti. Seseorang yang tak terduga berdiri di pintu masuk aula.

Untuk lebih spesifik, seorang wanita berambut pirang yang mengenakan pakaian pelayan Perancis dengan ramah memanggil Seol. Seolah-olah dia berkata, mohon, di sini, selamat datang, tuan....

"Uhm... Apa aku harus masuk lewat sini?" (Seol)

Angguk, angguk.

Wanita berambut pirang itu dengan tenang mengangguk dan tersenyum cerah. Tapi, ketika Seol mencoba melewatinya, dia berlari ke depannya dan menghalangi jalannya. Dia diam-diam menatapnya dan tiba-tiba mengulurkan tangannya.

"?"

Seol memiringkan kepalanya dengan bingung. Kemudian, bibir wanita pirang itu terbuka tanpa mengeluarkan suara. Dia menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangannya untuk membentuk persegi panjang dan kemudian, meraihnya lagi. Seolah-olah dia menyuruhnya untuk menyerahkan sesuatu. Sayangnya, Seol hanya bisa berdiri di sana, matanya berkedip kebingungan.

"Apa yang kau inginkan dariku?"

Seolah-olah Seol membuatnya jengkel, pelayan berambut pirang itu menyipitkan matanya dengan cara yang elegan. Pipinya bahkan menggembung, dan bibir bawahnya juga mencibir. Menyebabkan Seol semakin jatuh ke dalam kebingungan.

“Dia menginginkan surat undanganmu! Atau dokumen Kontrakmu!”

Ketika ia berdiri di sana bertanya-tanya apa yang harus dilakukan, seseorang berteriak dari dalam aula. Seol melihat, dan menemukan seorang pria duduk di kursi di dalam aula pertemuan, terkikik sambil menyaksikan apa yang terjadi di sini.A khirnya berkata 'Oh!', Seol mengeluarkan surat undangannya dari saku dan menyerahkannya.

"Hng ." (Pelayan)

Wanita itu menerima surat itu dan membukanya sambil membuat ekspresi sopan. Sementara Seol ang berdiri di sebelahnya bertanya-tanya apakah hng itu artinya dia mencoba mengatakan sesuatu atau hanya dengusan pendeknya, ekspresi pelayan itu perlahan membeku.

Dia melihat surat undangan.

Kemudian, dia kembali menatap Seol.

Matanya yang terbuka lebar perlahan tertutup rapat. Dia dengan hati-hati melipat surat undangan itu, meletakkan kedua tangannya di depan dadanya, dan perlahan-lahan membungkukkan dengan sudut yang dalam. Itu adalah ucapan yang elegan namun bermartabat.

Tiba-tiba, seluruh aula pertemuan terdiam. Perhatian semua orang yang telah tiba di sini sebelum Seol terfokus pada pendatang baru. Benar-benar mengabaikan semua tatapan itu, pelayan berambut pirang itu menunjuk ke sisi kiri aula dan membimbing Seol yang bingung dan bahkan semakin bingung ke sana.

Pelayan itu membimbingnya menuju kursi kosong, dan membungkuk dengan sopan sekali lagi, sebelum dengan lancar mundur seolah-olah dia sedang mengendarai sepatu roda sambil tidak pernah berbalik padanya. Dia masih tidak mengatakan sepatah kata pun, namun sikapnya terhadapnya benar-benar telah berubah.

"Ada apa dengan dia? Kenapa dia bertingkah seperti itu tiba-tiba?”

"Kayaknya. Dia tidak melakukan itu waktu aku muncul.”

Mata dua pria tertentu mendarat pada pendatang baru, Seol. Tapi yang bisa ia rasakan pada saat itu hanyalah perasaan bingung.

Meskipun ia datang ke sini dalam mimpi yang sangat jelas itu, pada kenyataannya, ini adalah pertama kalinya. Dan hal-hal tertentu berkembang agak berbeda dibandingkan dengan mimpi juga.

Jadi, tentu saja ia bingung. Itu sebabnya ia memutuskan untuk mengalihkan perhatiannya dan mencoba untuk melihat lingkungan barunya.

Jumlah orang yang berkumpul di aula pertemuan lebih dari 30. Yang paling terlihat adalah, mereka dibagi menjadi sisi kiri dan kanan, seolah-olah memisahkan keduanya.

Sisi kiri dengan Seol di dalamnya hanya memiliki delapan orang — enam laki-laki dan dua perempuan. Mereka dilengkapi dengan kursi, dan suasana santai.

Sebaliknya, sisi kanan memiliki hampir tiga puluh orang, tetapi mereka duduk di lantai atau berdiri. Dan ia bisa melihat bahwa mereka juga cemas.

"Pastilah takdir, bertemu di tempat seperti ini, jadi kenapa kita tidak saling memperkenalkan diri?"

Seorang lelaki dari kelompok kiri tiba-tiba berbicara, seolah-olah dia menemukan bahwa menunggu itu hal yang cukup membosankan. Dia yang terkikik pada Seol barusan.

Suaranya yang keras dan gagah berhasil menarik perhatian semua orang yang hadir. Bagian depan rambutnya disisir ke belakang untuk menunjukkan wajahnya yang sama-sama gagah. Senyum tipis terbentuk di bibirnya seolah dia senang menjadi pusat perhatian.

"Senang bertemu dengan kalian semua. Nama Kahng Seok. Dan dua orang ini di sini..... Perkenalkan diri kalian.”

"Aku Lee Hyung-Sik."

"Jeong Min-Woo."

Tidak jelas apakah mereka teman sebelum datang ke sini, atau menjadi teman setelah tiba. Dua pria secara singkat memperkenalkan diri. Seol secara dalam menugaskan julukan untuk mereka berdua, karena sifat fisik mereka agak berbeda. Yang pertama adalah 'Kurus', dan yang terakhir, 'Gendut'. Adapun orang pertama yang berbicara, dia diberi julukan, 'Batu'.

"Siapa namamu?" (Kahng Seok)

Target Kahng Seok berikutnya adalah wanita yang mengenakan hoodie, yang ditabrak Seol di gerbang sekolah.

Dia tampaknya benar-benar tidak tertarik. Seolah-olah dia bahkan tidak mendengarkan apa yang dikatakan di sekelilingnya, hanya membenamkan dirinya di layar telepon. Dengan kata lain, dia mengabaikan pertanyaan itu. Kahng Seok menggaruk kepalanya dan engan canggung tersenyum.

“Dia pasti salah satu cewek modern yang cantik. Pasti gitu." (Lee Hyung-Sik)

Lee Hyung-Sik menimpali sedikit, di sana.

"Sudah agak memalukan di sini ... Apa tidak ada yang mau menyelamatkanku?" (Kahng Seok)

Tatapan Kahng Seok mendarat pada wanita yang tersisa dari grup. Dia meremas tangan seorang bocah remaja dengan erat menempel padanya dan dengan canggung tersenyum.

"Oh... namaku Yi Surl-Ah."

"Jadi, itu Nona Surl-Ah, kalau begitu. Dan pria di sebelahmu itu?” (Kahng Seok)

"Ini adik laki-lakiku, Yi Sung-Jin." (Yi Surl-Ah)

Setelah mendengar kata-kata adik laki-laki, Kahng Seok tampaknya semakin tertarik.

"Kalian berdua sedarah?" (Kahng Seok)

"Ya." (Yi Surl-Ah)

"Boleh kutanya berapa umur kalian? Maksudku, kalian berdua tampak terlalu muda untuk berada di sini. Oh, maaf kalau aku melanggar privasi kalian." (Kahng Seok)

"Oh tidak. Tidak apa-apa. Aku delapan belas tahun dan Sung-Jin dua tahun lebih muda dariku.” (Yi Surl-Ah)

"Wow."

Kahng Seok terkesiap kaget seolah menemukan fakta ini cukup mengejutkan. Dia dengan cepat membentuk senyum berseri-seri dan menawarkan tangannya.

“Oh, itu artinya aku bisa menghentikan pidato formal. Aku dua puluh Sembilan tahun di tahun ini. Karena kita semua sudah menerima surat Undangan, mari kita rukun. Anggap aku sebagai paman yang bisa diandalkan." (Kahng Seok)

"Oh, uhm ... Terima kasih banyak." (Yi Surl-Ah)

Yi Surl-Ah dengan malu-malu menjabat tangannya. Penampilannya yang anggun dan rasa malu itu mengingatkan Seol akan bunga cantik yang baru dipetik, dan ia tidak bisa mengalihkan pandangan darinya sejenak. Bahkan Kahng Seok tidak melepaskan tangannya untuk sementara waktu.

Dua sisanya adalah Seol, serta seorang pria mengenakan topi hijau dan kacamata hitam.

Lelaki yang mengenakan topi itu sibuk menggerakkan bibirnya ke atas dan ke bawah seolah sedang mengunyah permen karet, sambil mendengarkan musik melalui earphone yang menempel di telinganya. Kakinya juga bergerak mengikuti irama, sepertinya, memberikan kesan keseluruhan bahwa dia sedikit sibuk. Dia juga tidak memperkenalkan dirinya seolah hal-hal seperti itu tidak menarik baginya.

Seol diam-diam mengumpulkan fokusnya dan menatap Kahng Seok. Lampu hijau muncul padanya untuk sesaat, sebelum menghilang.

Peluang tidak ada hal baik terjadi dengan berbaur dengannya cukup tinggi. Pada akhirnya, Seol memalingkan wajahnya.

Ia menjadi sangat bingung ketika memasuki aula pertemuan, tetapi seiring berjalannya waktu, ia perlahan-lahan menjadi tenang.

Seol di mimpi itu berdiri di sisi kanan aula, yang berarti segalanya berbeda sekarang. Apa sih cap emas itu dan mengapa memerlukan perlakuan yang berbeda? Ia mencoba mengingat-ingat sekali lagi untuk mendapatkan jawaban, tetapi dia tidak dapat mengingat apa pun.

"Aku akan mencari tahu." (Seol)

Ketika ia memeriksa telepon untuk waktu, ia melihat penghitung mundur dari”00:00:01" menjadi”00:00:00".

"Sudah waktunya."

Tiba-tiba, sebuah suara datang dari depan aula. Di atas panggung, seorang pria yang mengenakan tuksedo berjalan ke depan dengan cara yang bermartabat. Semua orang yang hadir cukup terkejut, karena tidak ada seorang pun di sana sedetik yang lalu.

Pria itu mengenakan gaya rambut yang bersih dan rapi, serta kacamata berlensa. Dia mengangkat tangan ke arah pelayan pirang yang berdiri di pintu masuk.

"Apa sudah semuanya?"

Pelayan itu menggeleng dengan lembut, menunjuk ke arah kelompok di sisi kanan aula, dan kemudian, mengangkat empat jari ke atas.

"Empat orang…. Baiklah, tidak apa-apa. Kita tidak bisa menunggu lebih lama, jadi tutup saja pintu dan lepaskan itu."

Ketika pelayan berambut pirang itu menunjukkan tanda-tanda ragu, pria yang mirip kepala pelayan itu menyipitkan matanya.

"Aku adalah Pemandu. Tidak terlalu sulit untuk sampai ke sini. Yang berarti, mereka yang bahkan tidak bisa mematuhi jadwal, tidak diperlukan di sini.”

Pada akhirnya, pelayan itu dengan patuh menunduk dan dengan diam-diam menutup pintu. Dia kemudian mengeluarkan smartphone dan mengetuk untuk sementara waktu.

Sementara itu, pria di atas panggung bertepuk tangan dua kali untuk menarik perhatian pada dirinya sendiri.

"Selamat datang. Saya dipanggil Han, bertugas membimbing Anda semua kali ini. Anda bisa memanggil saya 'Panduan'.”

Han berbicara ke sini dan memberi isyarat kepada pelayan dengan jarinya. Dia dengan cepat berlari ke sisinya, sementara ponytail pirang menari-nari di angin.

"Pertama-tama, dokumen Kontrak. Berapa banyak yang kita miliki? Sebanyak dua puluh delapan…. Cukup banyak, bukan? Dan kita memiliki delapan surat undangan kali ini?” (Han)

Pemandu itu bahkan tidak melihat pada bungkusan Kontrak dan hanya mendorong mereka di bawah jaketnya. Namun, dia masih memegang surat-surat itu dengan erat di tangannya.

Pemandu bermain dengan kacamata berlensanya.

"Ehh, pertama, mari kita mengkonfirmasi identitas mereka yang hadir hari ini. Meskipun kami memiliki surat Undangan di sini, tidak ada artinya jika kami tidak mengkonfirmasi secara pribadi.”

Keheningan masih tetap di dalam aula pertemuan. Pemandu hanya menyeringai.

“Saya yakin Anda semua penasaran dengan banyak hal.Tapi, mari kita ikuti protokolnya, ya? Semua orang yang hadir di sini, tolong, pikirkan untuk membuka Status Windows Anda, atau cukup berteriak Status di pikiran Anda. Tidak apa-apa untuk mengatakannya dengan lantang, juga.” (Han)

'Status Window? Status?' (Seol)

Saat Seol berpikir seperti ini ....

Di udara kosong tepat di depan matanya, longsoran teks tiba-tiba runtuh.



[Status Window]
(TLN : Untuk Elemen Ini aku bakal buat tetap bahasa inggris semua (kecuali untuk beberapa keterangan))

[1. General Information]

Summoned date: March 16th, 2017.

Marking Grade: Gold

Sex/Age: Male/26

Height/Weight: 180,5 cm/80,6 kg

Current Condition: Good

Job: LV. 0 (Invited (Diundand))

Nationality: Rebublic of Korea (Area 1)

Affiliation: N/A

Alias: N/A



[2. Personality (Kepribadian)]

1.  Temperament (Perangai):

— Weak willed (Berkemauan lemah). (Memiliki kemauan yang lemah, sehingga tidak dapat membuat keputusan sendiri, atau bergantung pada yang sudah dibuat.)

— Short tempered (Mudah marah)

2. Aptitude (Bakat):

— Average (Rata-rata). (Normal dalam segala hal; tidak memiliki bakat atau kualitas tertentu.)




[3. Physical Level]

Strength: Low – Low

Endurance: Low – Extreme

Agility: Low – Medium

Stamina: Low – Low

Magic: Medium – High

Luck: Medium – Low

Remaining Ability points: 0



[4. Abilities.]

1. Innate abilities (2)

— Future Vision (Grade Unknown)

— ?? (Grade Unknown)

2. Job related abilities (0)

3. Other abilities (0)



[5. Level of Cognition]

— Akan tersedia setelah akhir event Tutorial.



"Ohh ...."

"A, apa-apaan ini?"

Orang-orang mulai terengah-engah dengan terkejut di mana-mana. Seol tidak terkecuali. Meskipun ia telah melihat ini puluhan, ratusan kali sebelumnya dalam mimpinya, sekarang ia mengalaminya secara pribadi, ini benar-benar terasa cukup berbeda.

“Apaan sih 'innate abilities' ini? Hei, Hyung-Sik, punyamu apa?" (Kahng Seok)

"Permisi? Apa Anda memiliki Innate Ability?” (Han)

Orang yang menjawab Kahng Seok bukanlah Hyung-Sik, tetapi Pemandu, Han. Kahng Seok tidak berharap kata-katanya akan terdengar dari jauh, jadi dia bingung ketika dia menggelengkan kepalanya dalam penolakan.

“T, tidak, aku tidak punya. Aku cuma ingin tahu.” (Kahng Seok)

"Oh .... Tapi tentu saja. Itu normal bagi Anda untuk tidak memiliki kemampuan bawaan. Begitulah halnya dengan manusia sepanjang waktu. Anda tidak perlu memikirkan bagian itu.” (Han)

Han tersenyum cerah ketika dia berbicara.

"Baiklah kalau begitu. Bisa kita berhenti terkejut? Kali ini, tolong ungkapkan Marking Grade Anda. Sama seperti sebelumnya, pikirkan saja atau ucapkan dengan lantang, dan akan selesai. Jangan khawatir, saya tidak akan bisa melihat apa pun selain apa yang telah diungkapkan." (Han)

Aula pertemuan agak bising. Tapi, Seol masih intens menatap Status Windownya.

Pemandu jelas mengatakan bahwa itu normal untuk tidak memiliki Innate Ability. Namun…. Jendela di depan mata Seol menunjukkan bahwa ia memilikinya. Dua, malahan.

'Future Vision? Dan ada apa dengan tanda tanya ini?' (Seol)

Dia menduga bahwa kemampuan untuk melihat warna hijau entah bagaimana terkait dengan perkembangan ini, tetapi mengapa ada sepasang tanda tanya?

"Baiklah…. Karena kita tidak punya banyak waktu tersisa, Saya hanya akan langsung menuju ke langkah selanjutnya dalam prosedur. Nona Yi Surl-Ah, Tuan Yi Sung-Jin, Tuan Lee Hyung-Sik, Tuan Jeong Min-Woo, dan Tuan Hyun Sahng-Min? Anda semua memiliki Tanda Bronze, kan? Oh, memang benar.” (Han)

Lima orang dari delapan orang di sisi kiri, mengangguk kepala sebelum menatap Pemandu dengan mata agak bingung.

Pemandu bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri, lalu dia melemparkan lima surat undangan ke udara. Tiba-tiba, surat-surat itu bersinar terang sebelum berubah menjadi lima tas berwarna perunggu yang jatuh ke tanah. Sama seperti trik sulap mewah.

“Tanda perunggu hanya akan menerima satu Random Box sesuai aturan item bonus reguler. Anda juga bisa meminta bonus membawa penolong, tetapi saya melihat bahwa tidak ada di antara Anda yang melakukannya, saying sekali.”

Pelayan berambut pirang itu mengambil lima tas berwarna perunggu dan menyerahkannya kepada pemiliknya masing-masing. Sementara itu, Pemandu membuka dua surat undangan lagi. Sambil membaca isinya, dia melanjutkan.

“Kami menyarankan untuk segera mengaktifkan item bonus Anda segera. Tutorial akan segera dimulai, jadi sayang jika Anda meninggal tanpa menggunakannya…. Ohh?”

Mata Pemandu, Han selalu mempertahankan tingkat ketertarikan, tetapi sedikit kejutan muncul di mata mereka sekarang.

"Hoh. Kita memiliki dua Tanda perak. Saya benar-benar menantikan untuk membimbing Anda semua.Tuan Kahng Seok? Nona Yun Seo-Rah?" (Han)

"Ya!" (Kahng-Seok)

Kahng Seok berteriak dengan penuh semangat.Gadis yang mengenakan hoodie, Yun Seo-Rah, hanya mengangguk sekali.

"Untuk Tanda perak, dua Random Box biasa, dan item bonus unik untuk yang Diundang, akan diberikan. Tuan Kahng Seok tidak akan menerima item bonus khusus, tetapi ada satu untuk Nona Yun Seo-Rah.”

Kali ini juga, surat undangan menjadi tas saat mereka jatuh ke lantai. Jika ada satu hal yang berbeda, maka tas berwarna perak bukannya perunggu.

Pelayan berambut pirang itu bergerak cukup banyak, seperti lebah pekerja yang sibuk. Sementara itu, mata Pemandu mendarat pada satu orang. Dan itu adalah Seol, masih bodoh menatap udara kosong di depan matanya.

"Tolong, ungkapkan nilai Marking Grade Anda, Tuan."

Suara Han terdengar rendah, tetapi mengandung kekuatan yang tidak dapat disangkal. Seol terlalu asyik dengan masalah Innate Ability sampai saat itu, tetapi ketika suara itu dengan kuat bergema di gendang telinganya, ia dengan cepat tersentak dan bertanya kembali.

"Me, mengungkapkan Marking Grade-ku, ya?" (Seol)

"Ya. Oh, tidak apa-apa sekarang, jadi .... Hmm ?!” (Han)

Pemandu tiba-tiba menghentikan kata-katanya dan menatap tajam.

"Apa…."

Matanya terbuka lebar ketika dia menatap Seol, atau lebih spesifik, pada Marking Grade-nya.

"Ini emas ?!" (Han)

Tepat pada waktunya, pelayan berambut pirang itu selesai membagikan tas. Dia dengan ringan berlari ke atas panggung dan dengan lembut menyodok pinggang Pemandu bodoh itu dengan sikunya.

"Oh!" (Han)

Akhirnya mendapatkan kembali akal sehatnya, Han dengan ringan batuk dan berdeham sambil menurunkan pandangannya.

Selembar kertas yang tersisa di tangannya — dia menjadi sangat berhati-hati saat perlahan membuka surat undangan. Dia membaca konten dari atas ke bawah tanpa meninggalkan apa pun, dan kemudian, keluar dengan napas panjang.

"Kita punya sebuah…. tamu yang sangat penting kali ini." (Han)

Suaranya tenang. Tapi, tetap saja — keributan berhenti dan lusinan mata terpusat pada satu orang. Seol bisa secara aktif merasakan pipinya memerah sekarang.

“Saya ingin meminta maaf. Lagipula, ini adalah pertama kalinya saya memandu Marking Grade emas....Tidak, bahkan dalam sejarah, hanya ada satu peristiwa sebelumnya seperti hari ini. Saya hanya mendengarnya sampai sekarang.” (Han)

Seol bertanya-tanya apakah Marking Grade emas ini merupakan hal yang mengejutkan. Kata-kata Han bahkan tidak terdengar seperti alasan, hanya mengoceh tentang seorang pria yang terpana.

Ketika pelayan berambut pirang itu terkikik pelan, Han berdeham lagi.

"Baiklah, mari kita lanjutkan?"

Dia dengan ringan melemparkan surat Undangan Seol. Kertas itu meledak menjadi hujan cahaya cemerlang sebelum berubah menjadi satu tas.

Dan ada enam hal yang tertulis pada label tas emas.

Tiga item bonus reguler, ditambah tiga item bonus spesial unik untuk Diundang — tidak seperti surat undangan lainnya; Kim Hahn-Nah memastikan untuk mengepaknya sampai penuh, sepertinya.

"Untuk Marking Grade emas .... Oh.” (Han)

Rahang Han jatuh setelah dia membaca daftar item bonus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Second Coming of Avarice Bahasa IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang