The begin...

573 67 1
                                    


Lily of The Valley

.

.

.

Adakah kecantikan dan keindahan lain selain kecantikan sebuah bunga? Lalu apakah kecantikan dan keindahan sebuah bunga tidak akan membawa rasa sakit?

Lebah yang hinggap pada sebuah bunga bahkan akan meninggalkan bunga itu setelah mendapatkan sari madu. Kecantikan dan keindahan yang dimiliki sebuah bunga hanya ilusi semata, berjalannya waktu bunga yang indah nan cantik itu perlahan-lahan akan melayu.

Memudar dan terus memudar hingga berubah menjadi kecoklatan yang pada akhirnya ia tak dapat memikat lebah melalui kecantikan dan keindahannya. Angin akan menerbangkan kelopaknya menjauh dari jangkauan lebah. Dan pada akhirnya semua akan berakhir menjadi abu.

Tangan mungil nan kurus terlihat lihai merangkai satu persatu bunga hingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Sinar mentari yang menembus jendela seolah menjadi saksi bisu, senyuman cerah dengan sinar mentari di belakangnya mengiringi tangan-tangan si perangkai bunga.

Suara lonceng terdengar nyaring ditelinga, si perangkai menolehkan kepalanya ke arah di mana letak pintu berada. Lonceng yang ditempatkan tepat di depan pintu membuat siapapun mengetahui jika seseorang yang datang ke tempat itu akan disambut dengan bunyi lonceng.

Si perangkai berdiri dari tempat duduknya dan mengambil sebuah tongkat yang dilipat tepat di sampingnya. Ia membenarkan tongkatnya lalu berjalan dengan mengetuk-ngetukkan tongkatnya menyambut pengunjung.

Dengan senyuman seindah bunga dirinya mulai bertanya sopan kepada pengunjungnya.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya ramah pada pengunjung itu.

"Ah ya, aku ingin membeli bunga untuk istriku." Jawab sosok laki-laki yang berada di depannya.

"Tapi aku tidak tahu bunga apa yang disukainya." Lanjutnya.

Si perangkai hanya tersenyum tulus dan menjawab, "Apa untuk hadiah pernikahan?" Tanyanya yang mencoba menebak.

"Ya, besok hari jadi pernikahan kami yang kedua." Jawab si pengunjung dengan senyumannya.

"Baiklah, bisakah kau menunggu sebentar?" Tanya si perangkai.

"Tentu saja." Jawabnya.

Laki-laki itu mendudukkan dirinya pada tempat duduk yang telah disediakan. Sedangkan si perangkai berjalan menuju ke tempatnya. Dengan telaten ia mengambil bunga-bunga di depannya dan sesekali menciumnya guna memastikan bunga yang diambilnya tidak salah.

"Tulip..."

"Gardenia..."

"Lavender..."

"Baby's breath..."

"Aster..."

Layakanya sebuah mantra, si perangkai mulai menata kelima jenis bunga itu dengan kemahirannya. Senyumannya melebar setelah rangkaian bunganya selesai.

Cantik, indah dan rapi begitulah ciri khas rangkaian bunganya. Dan mungkin satu lagi, unik. Si perangkai selalu merangkai bunga-bunga yang tak biasa namun di dalam rangkaiannya itu terdapat makna yang begitu dalam.

Dengan senang hati si perangkai memberikan bunga yang telah dirangkainya kepada laki-laki itu.

"Apa tidak ada bunga mawar?" Tanyanya saat melihat sebuah buket bunga yang sudah berada di tangannya .

Lilly of The ValleyWhere stories live. Discover now