pada

330 63 27
                                    

Pada semilir angin yang berembus mencumbu bumi, pada kerlap-kerlip bintang yang tertanam di langit dan pada garis lintang orbit tiap planet, katakanlah padanya bahwa cinta tak melulu memiliki.

-Ikkika-Chan.

***

Khaliknya mencipta berbagai frasa untuk dicari oleh umat-Nya, memberikan kebebasan tiap pengetahuan untuk digali, lantas membiarkan tiap pilihan diambil bersamaan dengan konsekuensi tiap opsinya. Sama seperti Khalik menciptakan Mark Lee sebagai pemuda dua puluh tahun yang tampan dan cerdas, menjadi ekspetasi tiap orang yang lewat, namun payah dalam mengasihi dirinya sendiri.

Andaikata suatu hari Khalik memberikan pilihan pada Mark soal memilih hidup sebagai Mark Lee atau sebagai Mark NCT, maka Mark akan memilih mati pada saat itu juga.

"Tidak, itu terdengar menggelikan, kak." Seloroh manis Jaemin mengusik indera pendengarannya kala Mark tak sengaja menulis fiksi sesuai dengan apa yang dirasakannya dan menyuarakannya penuh penekanan.  "Penulis hebat tidak boleh mati bunuh diri, kau akan mengecewakanku."

"Jangan konyol Jaemin," balasnya tanpa benar-benar serius, ada kerlingan manis pada jelaganya yang berpendar antusias sambil membacakan sederet kalimat yang diyakininya adalah tulisan Mark itu sendiri kala ekor netranya mengintip malu-malu. "Aku tidak memiliki penggemar yang mau menunggu ceritaku berlanjut."

Konyol, Mark bergumam dalam hati kala tawa seringan bulu dan serenyah kue kukis cokelat bergema manis di gendang telinganya yang mulai beradaptasi dengan suara Jaemin yang manis dan membuat candu isi kepalanya. Merasa benar-benar konyol kala stetmen tentang jatuh cinta itu adalah realita drama dunia berkumandang pada otaknya sambil terus memandangi presensi afirmatif sang lengkung kurva yang tak pernah disadari selalu dicarinya kala malam menjemput.

Manis, dan membuat candu.

Lalu ada Na Jaemin di sebelahnya.

Mark merasa hidupnya satu-persatu menjadi utuh, lengkap seperti permainan teka-teki gambar untuk  taman kanak-kanak yang penuh warna tapi mampu membuat anak berumur enam tahun frustasi dibuatnya, setelah bertemu dengan Jaemin yang masih ngotot melabeli dirinya sebagai penggemar nomor satu Mark Lee si penulis payah.

Perlahan tapi pasti, Mark mulai menemukan pecahan-pecahan kecil dari dirinya yang sudah lama dilupakan, dibiarkan pergi tanpa diminta kembali. Membiarkannya membusuk atau mungkin habis oleh ngengat dan karat tanpa mau diperbaiki oleh sang empu walau Khalik Langit dan Bumi sudah memberikan kesempatan sejak jauh-jauh masa.

Kadang Mark berpikir, mungkin memang Na Jaemin diutus Tuhan menjadi malaikat dan memberi asa pada Mark yang sudah lelah  berharap pada masa depan dan mengemis ampun pada masa lampaunya. Mencintai karya Mark apa adanya, lantas memberi korona pada harinya yang selalu diliputi awan kumulus beserta kilatannya yang menjengkelkan.

"Tapi aku 'kan penggemar kakak," sahut Jaemin dengan nada tinggi yang manis, Mark sempat takut kala kilatan yang tadinya terlihat antusias kini malah jadi menakutkan dengan tukikan alis yang tajam itu.  "Kakak harus hidup, harus memiliki banyak cerita dan merampungkan yang masih on-going untukku, oke?"

Mark memilih untuk menyerah, membiarkan Jaemin pada stetmennya soal Mark Lee adalah idola barunya setelah Mark NCT, yang membuat Mark mendadak ingin tertawa namun tawanya tersangkut diujung lidah tanpa mau keluar dan menyiksa Mark. Lagipula, Mark senang-senang saja melihat Jaemin yang tersenyum antusias tiap frasa-frasa kecil lolos dari indera suaranya lantas mendesak Mark untuk segera menumpahkannya dalam goretan sastra lalu menerbitkannya dalam situs sastra daringㅡyang langsung ditolak mentah-mentah dengan alasan menulis bukan hanya menyoal tentang linimasa alur tapi percampuran antara rasa, gambar dan histori.

Dan Mark pun tidak mau menampik perasaan hangat yang kian menggelayuti kardianya tiap Jaemin berada didekatnya, atau tiap laki-laki itu mengatakan hal-hal semanis karamel untuknya yang sering mengalami insecure, atau mungkin ketika presensinya di antara aurora senja dan komorebi pagi membuat Mark terpesona hanya dalam detik kelima matanya bersiborok dengan milik Jaemin yang menawan.

Namun, terkadang Khalik membiarkan babak demi babak hidup setiap manusia diporak-porandakan oleh linimasa yang biadab dan tidak punya hati nurani, menerbangkan tinggi asa hingga menembus galaksi andromeda lantas menjatuhkannya ke dasar bumi yang panas hingga frasa asa masa depan meleleh tanpa tedeng aling-aling dan menyakitkan.

"Aku ingin menulis untuk kak Jaehyun," kelakar Jaemin di suatu sore di bulan Desember yang dingin dan menyenangkan, tapi tidak untuk Mark yang meremang antisipatif kala nama Jaehyunㅡyang Mark tidak tahu dan tidak mau tahu siapa itu- lolos begitu saja dari bibir manis sang mawar. "Dia suka karya sastra juga, kak."

"Siapa Jaehyun?"

"Kak Jaehyun, kakak tingkatku, dia lebih tua dari kakak sepertinya," jawab Jaemin sambil terus tersenyum.

"Lalu?"

"Dia tunanganku, aku mau memberikan tulisan kakak sebagai hadiah pertunangan kami."

Namanya lini masa, bersahabat dengan brengsek dan berkarib dengan biadab, penghancur asa setengah dari triliun manusia yang hidup lantas memberikan kasihnya pada sebagian yang beruntung. Pilih kasih pada hati yang remuk, memberikan cinta pada hati yang sukacita.

Memberikan Mark alasan untuk hidup kembali, lantas memberikan Mark alasan pula untuk cepat-cepat berkawan pada ajal yang selalu bergelayut manja di otak.

Namun, ia melupakan Khaliknya yang memberikan ijin lini masa menghancurkan asa agar sebuah hikmah tertarik sempurna dan menempel dalam-dalam di otaknya,

My dear Mark Lee, cinta tak melulu soal memiliki.

Kadang cinta bermakna melepaskan.

Kalau begitu, desahnya dalam hati,

Berikan padanya sebuah frasa bahwa kehadirannya memberikanku harapan.

gelebah pada mawar [markmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang