PERIA KESEPIAN

79 1 0
                                    

Pada suatu malam yang teduh dan gelap gulita terlihat seorang pemuda yang sedang berjalan seorang diri termenung dengan wajah memandang ke bawah, ia tak mau menatap kedepan, terlihat dari raut wajahnya sepertinya ia sedang bersedih. Raut wajahnya seperti bajunya yang kusut, lusuh tak terawat.

Sepanjang perjalanan ia hanya merenung layaknya seseorang yang sedang kehilangan uang dua ribu rupiah. Saat sedang berjalan sembari merenung kini ia duduk di bangku taman hanya seorang diri. sebelumnya ada beberapa orang yang duduk di sana, namun saat pemuda itu duduk, tiba-tiba sekumpulan orang yang sebelumnya duduk di sana pergi dengan segera, seakan menghindari pemuda itu, sang pemuda hanya bisa menatap dengan penuh tatapan kosong dan membiarkan mereka pergi dan berlalu begitu saja. sang pemuda duduk dengan lesu tanpa semangat, layaknya manusia yang kurang gizi atau cacingan begitu kata para pujangga-pujangga.

"Hiduplah kalian dengan penuh semangat. Jika tidak, maka kau seperti terlihat cacingan"
-Ngasalin (Ketua pujangga kebersihan kel. Dunia maya).

Ya begitulah kata Pak Ngasalin ketua pujangga kebersihan di daerah dekat rumahnya yang setiap kesehariannya hanyalah menyapu dari pagi hingga malam, dan lanjut lagi hingga pagi. Ya hanya begitulah kesehariannya.

Telah cukup lama sang pemuda duduk termenung di sana sendiri, kini ia mengambil telepon genggamnya yang sudah tidak berbentuk lagi, ya bentuknya sudah tidak tahu seperti apa, tombolnya bolong-bolong, speakernya sudah pecah jika sekali saja ia menyalakan musik di teleponnya maka speaker itu bisa membuat siapa saja yang mendengarnya bisa tuli mendadak.

"Bagaimana perasaan Bapak mendengar suara musik dari telepon genggam milik Bang Kasianan?" Tanya seorang penyurvei yang kepo dengan kejadian yang absurd.

"Ya kenapa?... maaf tolong diulang pertanyaannya saya tidak mendengar suara anda?" ucap salah satu korban speaker telepon genggam milik Bang Kasianan.

Sang pemuda itu pun kini mulai ingin memencet salah satu tombol telepon genggamnya yang tombolnya kini sudah ilang entah kemana?, sontak orang-orang yang melihat pemuda itu sedang ingin memencet tombol telepon genggamnya pun berlari ketakutan sembari menutup telinga sembari teriak memberi tahu yang lain bahwa Bang Kasianan ingin menyalakan musik di telepon genggamnya. Sontak setiap orang yang sedang berjalan dengan santai kini berlari dengan sangat kencang sembari menutup telinganya, dan yang sedang berkendara menancap gasnya dengan sangat kuat sehingga membuat mereka kecelakaan karena mereka hanya menancap gas tetapi tangan mereka menutup telinga sehingga setir mereka tidak terkendali.

Jalan yang tadinya ramai kini berubah menjadi sepi, seperti tak berpenghuni. Pemuda itu pun akhirnya memencet tombol telepon genggamnya yang sudah tidak berbentuk itu, dan ternyata ia bukan ingin menyalakan musik, tetapi ia ingin menelpon temannya yang sedang berbaring di rumah sembari menonton acara tv yang sangat tren di televisi.

"Halooo... Bro lo di mana?" ucap seorang pemuda yang kesepian itu lewat via telepon.

"Di... di rumah Bro... kenapa?" jawab kawananya.

" Gue di taman nih, yang deket rumah pak Somad yang jualan jamblang itu loh... yang dulu kita ambilin mulu jamblangnya buat ngasih makan kambing yang sudah mati sekarang gara-gara keracunan jamblang... lo bisa temenin gue gak sekarang di sini?"

"Waduh maap Bro gue lagi sibuk bantuin emak gue nyalain kompor, katanya tadi kompor gue mati gara-gara kangen sama gue Bro." ucap kawannya yang berbohong, sebenarnya ia sedang bersantai di rumah sembari menonton tv, bermain tik tak, toe, membuat coklat panas, menonton tv, bermain tik, tak, toe, membuat coklat panas, menonton tv, bermain tik, tak, toe, membuat coklat panas, dan begitulah seterusnya sampai Negara api menyerang dan di hadang oleh salah satu Avatar yang bernama Engg, yang mempunyai empat elemen tanah, air, api, udara.

Sang pemuda pun hanya bisa menjawab "oh yaudah Bro gapapa... maksih ya Bro mau angkat telepon gue" ucap pemuda yang kesepian itu. Sang pemuda pun sebenarnya sudah mengetahui jawaban kawannya itu, memang sedari dulu semua kawannya tidak pernah mau jika diajak untuk menemaninya. Tetapi, tidak mengapa walaupun hanya sekedar dia mau mengangkat telepon darinya saja pemuda itu sudah merasa cukup senang walaupun kawannya sebenarnya terpaksa untuk menjawab teleponnya.

Kini sang pemuda pun kembali duduk termenung sendiri sehingga ia merasa tidak mempunyai semangat lagi untuk berjalan. Dia pun kini berdoa kepada sang pencipta

"Ya tuhanku... tolonglah hambamu ini yang sedang merasa kesepian..." doa seorang pemuda itu.

Dan ketika pemuda itu berdiri dari duduknya beranjak pergi tiba-tiba saja ia melihat ada dompet yang tergeletak tepat di hadapannya, ia pun mengambil dompet tersebut dan membukanya, ternyata bukan main, di dalam dompet tersebut berisi uang sebesar lima miliyar da nada secarik kertas yang bertuliskan

"Selamat anda mendapatkan uang sebesar lima miliyar dari dalam dompet ini, jika anda yang ingin di tanyakan silahkan hubungi call center : 0888888888888 sampai keypad anda rusak, dan hanya dikenai biaya sebesar lima miliyar Rupiah".

Sang pemuda pun akhirnya mengambil uang tersebut dengan hati yang sangat senang, segeralah ia bergegas ke counter ingin membeli hand phone baru yang lebih bagus lagi. Setelah ia membeli hand phone yang lebih bagus lagi kini ia mengabarkan kawannya bahwa ia baru saja mendapat uang lima miliyar tetapi ia bingung bagaimana cara menghabiskannya. Sontak kawannya pun kaget dan segera memberi tahu orang lain agar untuk segera menuju ke tempat di mana kawannya itu berada karena kini ia memiliki uang lima miliyar yang ia sendiri bingung bagaimana cara menghabiskannya.

Seluruh warga dan masyarakat di Kelurahan Dunia maya pun berkumpul untuk menemani pemuda yang tadinya kesepian itu. Dua jam berlalu tak terasa kini satu persatu mulai pergi kembali, karena uang yang sebelumnya lima miliyar kini telah habis, ludes. Tinggal hanya ada satu orang lagi yang masih menemaninya karena ia belum mendapat uangnya, tetapi karena uangnya telah habis akhirnya pemuda itu memberikan hand phone yang baru saja tiga jam yang lalu ia beli di counter kepada orang terakhir yang menemaninya karena uangnya telah habis.

Dan kini pemuda itu pun kembali kesepian seperti tadi, tetapi, raut wajah pemuda itu berbeda dari sebelumnya, kini ia tersenyum senang tidak seperti sebelumnya yang kusut seperti bajunya itu yang tidak pernah disetrika selama sebulan. Walaupun kini ia kesepian lagi tetapi setidaknya ia pernah merasakan tidak kesepian walaupun hanya beberapa jam saja. TAMAAT.

PERIA KESEPIANWhere stories live. Discover now