Bab 3

42 10 5
                                    

Krriiingggg!

Suara bel yang berbunyi nyaring itu membangunkan Irana dari tidur nyenyaknya.
Ia menegakkan badannya lalu meregangkan otot-otot tubuhnya yang dirasa pegal karena 2 jam tidur di bangku kelasnya. Ia lalu sedikit menguap lebar dan mengusap iler yang ada di pipinya.

Kayak ada yang aneh

Pikir Irana. Tak lama kemudian kesadarannya terkumpul dan ia menyadari bahwa earphone yang masih terpasang di telinganya tak lagi mengeluarkan suara. Ia lalu mengecek hpnya, benar saja, lagu-lagu yang tadi ia mainkan di playlistnya ternyata dimatikan.

Irana tau, ini pasti kerjaan Kanina. Ia selalu mematikan lagu di hp Irana yang ia dengarkan lewat earphone kala ia tidur dengan dalih,

“Gue sengaja matiin. Kalo lo tidur, itu artinya seluruh organ tubuh lo harus istirahat. Termasuk telinga lo,”

Itu dia. Kanina baru saja masuk ke kelas dan duduk di sebelah Irana sambil berkata demikian.
Dengan dalih yang sama setiap kalinya.

“Yaya” jawab Irana singkat sambil melepas earphonenya dan memasukkannya ke dalam tasnya.

“Tapi gue serius Na, lo tuh kalo tidur jangan biasain sambil dengerin lagu apalagi pake earphone gitu. Ntar telinga lo gampang kotor. Bahkan hal terburuknya—lo bisa budek ntar!” seru Kanina sambil menatap heboh Irana.

“Enteng banget mulut lo ngomong gitu. Lo kira gua bolot versi cewek apa,”

“Nah makanya, kurang-kurangin deh tuh dengerin lagu pas—“ belum sempat Kanina menyelesaikan kalimatnya, Irana sudah memotongnya duluan.

“Yaya, Kan. Gue bosen dengerin khotbah lo yang itu-itu mulu. Udah ah, gue mau ke kantin. Haus,” seloroh Irana sambil berdiri dan memberikan gestur tangan yang menyuruh Kanina sedikit memundurkan kursinya agar ia bisa keluar dari bangkunya.

Lalu ia berjalan begitu saja dengan santai keluar dari kelasnya.

“Yaelah Na, tungguin gue kaliii” teriak Kanina dari dalam kelas yang dilanjutkan dengan berlari menyusul Irana menuju ke kantin sekolah mereka.

•••

Sampai di kantin, Irana dibuat memutar bola matanya malas karena keadaan di sana yang sudah begitu ramai.

Udah pada kayak ayam rebutan ceki aja

Batin Irana.

Kanina yang sejak tadi sibuk menyapu pandang kantin, akhirnya mengajak Irana agar duduk di sebuah kursi yang masih kosong di dekat penjual mie ayam.

“Makan, Na?” tanya gadis manis dengan pipi bulat itu.

“Lo nggak denger? Tadi gue bilang gue mau beli minum,” jawab Irana datar.

“Yaaah, Na. tapi gue laper niiih,” Lanjut Kanina lagi dengan bibir yang dimanyun-manyunkan.

“Jijik tau gak, Kan? Bibir lo udah kayak punyanya Kylie Jenner. Lagian lo yang laper kenapa gua yang ribet,” ujarnya malas.

“Ihh, Na! Lo mah! Pokoknya lo diem di sini gue pesen mie ayam dulu dan lo harus temenin sampe gue selesai makan. Oke.” Titahnya sambil menyatukan jari telunjuk dan jempol kanannya sampai membentuk simbol oke.

Setelahnya, ia berlalu untuk memesan mie ayam kesukaannya.

Irana hanya berdecak malas. Tak lama kemudian, ia bangkit dari duduknya dan pergi membeli sebotol air mineral dari kios paling ujung kantin.

Irana SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang