Chapter 4

675 122 3
                                    

Saat akan kembali berjalan menyusul Mark, matanya melihat sesuatu dibalik pohon, sesosok arwah berbentuk kabut hitam menatapnya tajam. Mata Jaemin melebar takut.
.
.
.
"Mark..." Suara serak dan dingin terdengar. Tubuh mungil Jaemin gemetar, ketakutan.

"Dia... anak manusia? Boleh aku memakanya?"

Makan?
Jaemin mundur ketakutan. Tubuhnya gemetar, ia merasa ingin menangis.

"Markeuu..."
isaknya. Ia berlari kebalik tubuh tinggi Mark. Mencari perlindungan.

"Tidak. Dia adalah temanku." Ucap Mark dingin.

"Begitu, ya... Manusia, jangan sentuh Mark. Jika kau melakukannya, aku akan memakanmu." Ancam sosok arwah itu.

Jaemin mundur menjauhi Mark, air mata menggenang di sudut mata besarnya. Ia sangat ketakutan.
Tiba-tiba, Mark membuat suara-suara seperti terbatuk atau bersin dari balik topengnya. Menurut Jaemin suara itu terdengar lucu. Namun ajaibnya, suara itu membuat sosok kabut hitam di balik pohon terlihat ketakutan. Lalu,
Poof

"Ah! Rubah?"

Sosok hitam itu berubah menjadi rubah, lalu lari kedalam hutan. Ketakutan.

"Dia adalah salah satu arwah disini. Dia terkadang berusaha menakuti orang-orang, tidak menggigit hanya menggonggong." Jelas Mark.

Mata Jaemin berbinar. "Wah... hebat. Ini pertama kalinya aku melihat arwah sungguhan."

"Lalu menurutmu aku ini apa?"

Meski Mark bilang bahwa dia adalah salah satu arwah yang tinggal di hutan ini, aku tidak pernah menganggapnya demikian. Bagiku ia adalah sosok teman yang berharga.

"Hei Markeu. Apa kau arwah yang tidak memiliki wajah? Mengapa kau selalu memakai topeng?" Tanya Jaemin. Ia sangat penasaran, karena Mark selalu memakai topeng.

Mark tidak segera menjawab.
"Tidak apa-apa." Jawab Mark akhirnya.
"Tidak usah memikirkanku. Mengapa tidak menceritakan tentang dirimu saja, Jaemin."

"Markeu, mau tahu?"

"Ya. Aku sangat penasaran."
Jaemin berlari meninggalkan Mark. Ia tertawa-tawa riang.
.
.
.
Besok, dan besoknya lagi aku terus menemui Mark di hutan. Bermain, berlari dan tertawa bersamanya. Meski memalukan, saat itu terasa begitu menyenangkan. Hingga selama libur musim panas tahun itu ku habiskan dengan bermain dengan Mark.
.
.
.
Hari ini adalah hari terakhir Jaemin tinggal di rumah sang kakek, besok ia dan keluarganya akan kembali pulang.

Jaemin berlari mengejar kupu-kupu hingga merasa lelah sendiri. Menyadari ada sesuatu yang kurang, matanya menatap sekeliling. Pohon, bunga, Jaemin menghitung dalam hati. Meletakkan telunjuk kecilnya di dagu, ia berpikir.

"Hm... Markeu mana?" Gumam Jaemin pelan.

Jaemin kembali melihat sekeliling. Wajahnya berubah cerah saat menemukan sosok yang di carinya. Ternyata Mark tengah berbaring. Tidur mungkin.
Jaemin melangkah mendekat, mata besarnya menatap penasaran pada topeng yang selalu dipakai Mark. Ia jadi penasaran dengan wajah asli Mark, apakah pemuda itu benar-benar tidak memiliki wajah?
Kalau aku hanya menyentuh topengnya, itu tidak apa-apa, kan?

Jaemin ragu. Ia ingin menyentuh topeng Mark, namun di sisi lain ia juga merasa takut. Tangan kecil Jaemin dengan ragu terulur untuk menyentuh topeng yang di pakai Mark. Menelan ludah gugup, Jaemin menarik topeng itu perlahan.

Wajah itu pucat. Diusianya sekarang Jaemin tidak mengerti arti kata tampan ataupun indah, ia hanya tidak mengerti mengapa ia ingin terus memandang wajah itu. Ia tidak ingin wajah lembut itu tertutup lagi.

TBC

Hotarubi No Mori e (MARKMIN VER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang