Jungkook masih menutup mata, kantuknya tersisa. Pula ia rasa hari masih gelap.
Usapan di rambut membuat semakin mengantuk, ia pikir pemilik tangan itu adalah ayahnya. Namun Jungkook terheran sebab Wangi tubuhnya berbeda. Seperti harum Mawar, menyengat namun menenangkan.
Saat itu pula Jungkook mengerjap, benar masih gelap. Tubuhnya berbalik, menatap sayu Sang Ibu. Jungkook terdiam, usapan dikepalanya masih terasa. Dan senyum Ibu dalam remang membuatnya terpana.
Annie tersenyum, mata bulat itu membuatnya terenyuh. Kentara rindu dan bersalah. "Ibu?" lirih Jungkook, "iya sayang, Ibu disini. " anak lelaki itu mengulum senyum, semakin merapatkan tubuhnya pada sang Ibu.
"Aku rindu sekali, "
Annie terluka disini. Sekuat tenaga menahan tangis yang bahkan menimbulkan getaran dibelah bibirnya. Semakin menarik sang anak dalam erat peluknya, wanita itu menyesap kerinduan sang anak dalam kesedihan.
"Ibu juga. "
***
Rumah terasa hening sekali. Kedua kakinya satu-satu menapaki tangga. Matahari mulai meninggi, tapu rumah masih terasa dingin. Jungkook sedikit terbiasa, namun tetap saja merasa hampa.Pening dikepalanya bersisa, tidak hilang sama sekali. Pula denyutan dihatinya yang makin malah menjadi.
Aroma telur goreng dan ribut suara penggorengan sedikit memberi titik hangat dihatinya. Tepat ujung pandangnya ia menangkap proyeksi punggung sempit yang begitu ia kenal. Rindu dihatinya meluap, sedikit membuat embun di manik matanya.
"Oh anak Ibu sudah bangun?"
Jungkook menghapus setitik air diujung matanya. Lalu berjalan mendekati Sang Ibu dan memberinya hadiah sebuah pelukan dan ciuman kecil di pipi.
"Duduk dulu, Ibu ambilkan sarapan ya?" Annie menggiring anaknya ke untuk duduk dikursi dekat meja makan sementara dirinya kembali menyibukan diri di depan kompor. Didalam hati Annie merasa sedemikian terluka melihat anaknya begitu diam. Ia seperti tidak mengenali anaknya.
Jungkook anak yang ceria, cerdas dan berbakat. Jungkook bergabung dengan klub tari, menggemari tari karena dirinya. Jungkook berprestasi dikelas, ia bahkan sudah bisa membaca dengan lancar saat teman sebayanya masih mengeja kata.
Begitu bangga Annie pada sang Anak. walau tidak sepenuhnya diurus oleh dirinya namun Jungkook kecil amat penurut dan pengertian.
Sekarang apakah dia pantas menyakiti putra tampannya?
Membuat luka teramat dalam karena perpisahan.
Tapi ini kesepakatan bersama. Annie tidak mau disalahkan sendirian.
Namjoon ada sebagai salah satu sebab akibatnya. Cinta yang hilang pun termasuk kedalamnya.
Ia sadar dirinya egois, tapi mempertahankan sebuah hubungan tanpa Cinta akan lebih terasa egois.
"Makan ya?" Wanita itu meletakan sepiring nasi goreng yang mengepul asapnya kehadapan sang Putra. Jungkook tersenyum kecil dibuatnya. "Terimakasih Ibu. "
Jungkook melahap sesuap besar hingga membuat pipinya menggembung. Ibunya terkekeh kecil dihadapannya lalu mengatakan 'pelan-pelan' dengan gerakan mulut tanpa suara.
Senyum Ibu adalah bagian favoritnya, tapi dalam satu sisi Jungkook merasa bahagia dan sedih secara bersamaan.
Kemarin ia melihat Ayahnya pulang, dan saat ini sang Ibu ada dihadapannya. Rindu yang seharusnya terbayar, malah terasa makin mendalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patah;Jjk
Fanfiction------ Jungkook patah karena orang tuanya berpisah. melukai hati pula raganya. Ia tidak ingin salah satu, karena yang ia butuhkan adalah keduanya. FAMILY Jjk story©Sasyaw Cast© BTS Bighit entertainment, MNH Entertaiment, Their parents cover©Pin...