"Mbak Lara!! Mbak nggak apa-apa?" Vely yang mendengar keributan dari ruangan atasannya segera berderap memasuki ruangan tanpa seijin pemiliknya. Dalam situasi seperti ini, ia sudah melupakan sopan santun saat benda pecah berhamburan terdengar cukup keras dari luar ruangan.
"Ya ampun mbak. Kok bisa sampai kayak gini. Aduh leher mbak terkena tumpahan. Sakit banget ya?" Vely terus saja bertanya tanpa memperhatikan dua orang yang masih saling pandang tanpa mempedulikan kehadirannya.
"Ayo mbak berdiri. Kita ke ruang kesehatan, biar diobati lukanya. Aduh wajahnya Mbak Lara juga kena! Ya ampun mbak. Tahan ya. Pasti sakit banget," segera Vely menarik berdiri tubuh Lara yang sudah seperti jelly.
Dipapahnya tubuh lemah itu keluar ruangan setelah berpamitan dan meminta maaf kepada si pemilik ruangan. Setelah ini Vely pastikan, petugas kebersihan akan membersihkan kekacauan yang Lara buat.
Begitu kedua sosok itu berlalu meninggalkan ruangannya. Bhisma Prayuda Parawansa sang direktur menghempaskan tubuhnya di kursi kebesarannya. Direnggut rambutnya kasar. Wanita itu, bagaimana mungkin dia bisa disini? Bekerja di kantor ini dan menjadi salah satu karyawannya. Sungguh mustahil.
Berarti apa yang ia lihat dari ruangannya beberapa hari lalu memang benar. Sosok wanita itulah yang ia lihat, ia tidak sedang berkhayal ataupun berhalusinasi.
Kenapa setelah sekian tahun usahanya melupakan wanita itu, dia malah berdiri di hadapannya dalam wujud yang jauh dari perkiraannya. Ya amat jauh.
Dulu wanita itu begitu ceria dan mempesona. Bukan berarti saat ini wanita itu kehilangan pesonanya, wajah cantik yang terukir indah itu masih tetap sama tak berubah sedikitpun, tetapi terlalu banyak perbedaan yang matanya tangkap beberapa menit yang lalu dari sosok yang seketika berwajah pias saat mata mereka bersirobok tadi.
Wajah yang dulu ceria tergantikan raut yang menurut Bhisma terlihat begitu muram. Belum lagi tubuhnya sepertinya tak terawat dengan baik bahkan berat badannya terlihat menyusut. Apa yang terjadi dengannya?
Bukankah ia sudah berbahagia dengan suami kaya rayanya. Wanita yang awalnya menjadi pusat dunianya tetapi akhirnya hanya bisa memberikan luka. Orang yang awalnya bisa Bhisma percaya hanya akan menjadikan dia satu-satunya pria di dunianya, tetapi, silaunya harta sepertinya sudah membelokkan jalan hidupnya.
Dan apa yang terjadi barusan di depannya? Wanita itu ada di hadapannya berpakaian layaknya salah satu karyawati di perusahaannya. Office girl lebih tepatnya. Karena jika dia adalah karyawati di perusahaan ini dan mempunyai kedudukan, maka dia tidak akan memakai seragam seorang office girl. Mereka dibebaskan untuk berbusana sesuai dengan gaya mereka masing-masing selama masih masuk dalam batas sopan dan profesional. Karyawati di perusahaannya mempunyai gaji yang lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka akan berbusana.
Bhisma kembali merenggut rambut legamnya. Tak dipedulikannya petugas kebersihan yang meminta ijin memasuki ruangannya untuk membersihkan kekacauan yang terjadi beberapa saat yang lalu.
Kepalanya terasa begitu pening. Diraihnya cangkir kopi yang masih tersisa isinya. Diteguknya habis. Rasa pahit dari benda cair yang dicecap lidahnya berbaur dengan gemuruh yang seakan meledak di dadanya.
"Sialan!" petugas kebersihan yang mulai membersihkan lantai di depannya berjengit kaget sontak memegang dadanya saat cangkir kopi yang sedetik lalu tergenggam erat di tangan Bhisma kini hancur berkeping-keping di lantai tepat di depan meja kerja sang bos besar yang tampak mengeluarkan amarahnya. Petugas kebersihan itu tak berani berkutik atau berkata sepatah katapun. Ia hanya mampu menunduk sambil terus melanjutkan membersihkan lantai di depannya.
Bhisma mendesah, mengembuskan napas lelah. Disandarkan punggungnya pada kursi kebesarannya. Bukan pertemuan seperti beberapa menit yang lalu yang ia harapkan. Bukan wajah muram juga tubuh yang menunjukkan betapa sulitnya ia bertahan hidup yang ia ingin lihat dari wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELAM
RomanceLara selalu bermimpi membangun pernikahan indah yang dilandasi cinta dan kasih sayang bersama orang yang dikasihinya. Namun, semua itu lenyap saat sebuah kenyataan terpampang di depan matanya. Seseorang yang selalu menghuni hatinya berkhianat di dep...