Bab Satu (New Versi)

15.6K 272 12
                                    

***

Bab satu

Avita Valencia

***

"Mbak Vita, mau lembur lagi?" Pak Erwin dari divisi Marketing menyapa Avita dengan berkas yang masih menumpuk di samping layar komputer perempuan itu.

Avita menyembulkan kepalanya, agar bisa menatap lawan bicaranya itu, namanya Erwin Nugroho, baru enam bulan bergabung dengan perusahaan penjual alat-alat keamanan kerja, sedangkan Avita sudah empat tahun berada dibagian Admin, mungkin perempuan-perempuan seusia Avita memilih untuk melanjutkan pendidikannya, maka Avita tidak, ia, ia memilih untuk bekerja, terlebih sepeninggal Orangtuanya.

Hidup Avita dulu terlalu bahagia, Orangtua yang lengkap, Adik yang penurut, pacar yang selalu romantis, bergelimang harta, apa pun ia dapatkan dengan mudah, tapi ... semua telah hilang di saat ia mendapatkan peringkat satu lulusan terbaik di SMA Benua, empat tahun lalu, ia ... ia kehilangan dua orang yang amat penting di hidupnya, sekaligus.

Fllasback.

"Enggak papa Mah, Mamah Papah pergi aja, kan Avita sudah biasa ditinggal," kala itu di saat makan malam, Airini meminta izin untuk pergi dengan suaminya, ke Jakarta, mengurus pusat perusahaanya.

Airini dan Geano – Orangtua Avita memiliki usaha yang mereka bangun dan impikan sejak mereka di bangku kuliah, syukurnya takdir memang menyatukan mereka di atas iqab dan qabul, dan saat itu mereka memutuskan membuat perusahaan mabel, bermodal dari tabungan Geano.

Tanpa terduga, di kota besar Jakarta, Geano mampu mengelola usahanya dengan maju, hingga di tahun ke tiga dari menikah mereka memutuskan untuk membangun cabang perusahaanya di Banjarmasin, dikarenakan Orangtua Airini bertempat di sana, dan sedang sakit keras, di tahun kejayaan itu pula Airini dan Geano mendapatkan satu anugrah lagi, Avita yang kala itu berada di kandungan Airini.

Adenium juga mengangguk, mereka merasa tidak keberataan saat Airini dan Geano bolak balik Jakarta-Banjarmasin, atau sesekali berkunjung di salah satu perusahaanya selain di Jakarta dan Banjarmasin.

Keesokan harinya, seperti biasa Airini dan Geano berangkat jam empat pagi karena pesawat mereka akan terbang di jam enam pagi, saat Avita terbangun dari tidurnya, Orangtua Drew yang kebetulan sudah bertetangga dengan Airini, sekaligus menjadi tempat curhat Airini datang ke kamarnya, membuat Avita menautkan alis, karena berkunjung jam tujuh pagi.

Saat ucapan Airini yang hanya tiga patah kata itu terdengar, Avika menyadari, seberapa eratnya ia menggenggam ke dua tangan Orangtuanya, cepat atau lambat Avika akan melepaskannya, atau Orangtuanya yang melepaskanya.

"Pesawat, pesawat Orangtua kalian, jatuh."

Sesaat kemudian tak ada lagi yang bisa Avita rasakan, dadanya mulai naik turun, matanya menarawang jauh, Avita tak pernah berpikir hingga sampai seperti ini, pesawat jatuh? Apakah sama artinya dengan Avita merelakan semuanya?

Sejak saat itu Avita merasakan dirinya harus kuat, untuk saudara laki-lakinya.

Fllasback off

Sebelum menjawab pertanyaan Pak Erwin, Avita melihat beberapa berkasnya lalu melirik jam yang ada di bawah layar kanan monitornya, di sana terlihat 17;30, berarti sudah tiga puluh menit Avita melebihkan jam kerjanya.

"Em ... mungkin tiga puluh menit lagi, Pak Erwin bagaimana?" sebenarnya Avita cukup canggung untuk berbicara dengan Pak Erwin, entah kenapa, atau mungkin Pak Erwin terlihat kaku.

Who? (Tamat / Pindah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang