***
Sabrina Salsabila.
***
Drew mempunyai waktu dua hari sebelum melanjutkan kegiatannya di luar kota, entah kenapa perasaan Drew begitu bahagia, terlebih tadi malam Avita begitu menurut dengannya, Avita melepaskan semuanya di atas dada bidang Drew, kerinduan, kesedihan ditumpahkan menjadi satu, begitu juga pagi ini, Drew memilih untuk sudah stand by di rumah Avita.
"Sayang," panggil Drew saat melihat Avita keluar dari kamarnya.
Avita menarik bibirnya ke atas, raut wajahnya terlihat jijik saat mendengar Drew mengucap kata itu, ia tahu Drew tidak hanya sekali dua kali mengatakan kata Sayang, tapi entah kenapa pagi ini wajah Drew mendukung untuk Avita mengeluarkan wajah ketidaksukannya.
"Apa?" sahut Avita langsung.
Raut wajah Avita langsung berubah saat Drew kembali memeluknya dari belakang, saat Avita baru saja sampai di dapur, mencoba memanggang roti untuk makan paginya.
"Kangen banget sama kamu." Drew tidak pandai untuk merayu, tapi entah kenapa kata-kata itu menjadi satu kesenangan untuk Avita.
Setidaknya Drew mengakui bahwa dirinya merindukan Avita, Drew mengucapkannya secara jelas, salah satu hal yang membuat Avita menyukai Drew adalah ini, Avita terkadang merasa dihargai, tapi juga saat datangnya Salsa, pacar Drew, Avita juga merasa dibuang, entah kenapa, semuanya terasa sulit.
"I think ... kita harus berhenti dari ini semua Drew," penyataan itu keluar sejak tadi malam, saat Avita dibuai oleh kenyamanan yang Drew ciptakan, sudah lama Avita menginginkan ini, Drew harus memberinya kejelasan, mau lanjut bersama Avita, atau Drew akan melanjutkan hubunganya bersama dengan Salsa tanpa ada Avita di samping Drew lagi. Avita tidak apa-apa bila ia ditinggalkan, dengan status kejelasan, tidak seperti ini.
Avita merasa Drew miliknya, padahal tidak, Drew hanya bayang-bayang laki-laki yang selalu berjalan di sampingnya, tidak bisa dimiliki secara utuh.
Avita memang hanya satu kali ditinggalkan oleh orang yang ia sayang, walau satu kali tapi itu semua membuat Avita bisa berdiri tegar seperti ini, walau Avita juga harus berpegangan kepada Drew yang selalu ada di sisinya.
Tapi tidak apa-apa, Avita msih memiliki bayangannya sendiri, hal yang takkan mungkin meninggalkannya, bagaimana pun nasibnya, bagaimana pun keadaan Avita nantinya.
Saat Avita bersedih maka bayangannya takkan pernah terssenyum, saat Avita terjatuh maka bayangannya tak kan pernah berdiri, dan saat Avita pergi maka bayangannya akan ikut kemana pun ia melangkah, pasti.
"Avita tolong ...."
"Dari sekian lama waktu yang kita lalui, kamu lebih memilih Salsa kan? Tidak mau menetap sama aku, kan?"
Mood Avita menjadi hancur berantakan, sejak kenyamanan itu kembali hadir, Avita harus memikirkan masa depan, apakah Avita nantinya tetap bersama Drew, atau nantinya Drew dengan perempuan lain, Avita mencoba siap dengan semuanya, karena Avita tak mau menahan sesuatu yang nantinya akan pergi, Avita tak mau menunda suatu yang nantinya juga akan hilang.
Drew merogoh kantung celananya, ia menggegam sesuatu yang berwarna merah, sesuatu tempat penyimpanan benda yang bersinar indah.
Masih dalam posisi berhadapan di samping meja makan, Drew mengeluarkan benda itu, cicin berwarna putih dengan mata yang bersinar indah, membuktikan satu kata yang keluar dari mulut Drew beberapa saat lalu.
Drew mengambil cincin itu dan menatap Avita, entah kenapa raut wajah Avita malah tidak ada perubahaan sama sekali, tatapannya hanya lurus menuju benda yang dipegang oleh Drew, tanpa ada satu kebanggaan, saat ia melihat benda itu berada di tangan, Drew.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who? (Tamat / Pindah)
RomanceDrewraka Winata, bukan manusia yang tahan akan kenafsuan duniawi, ia sudah memiliki Avita, tapi masih mengingikan Salsa, yang kini sudah berstatus menjadi pacarnya. Sedangkan Avita hanya memilih diam, pikirnya, selama kata cinta masih terucap dari b...