A Reason

1.8K 211 16
                                    

"Terima kasih, Jungkook-ahh."

Seokjin dapat melihat gerakan Jungkook terhenti. Pemuda bermarga Jeon itu mengangkat kepala, menatapnya.

***

"Jadi, sekarang kita teman?" Sebelah alis Jungkook terangkat. Bibirnya tersenyum, bukan senyum tengil seperti biasa.

"Hmm." Seokjin memandang langit-langit ruangan. "Aku belum memutuskan tentang itu." Ia menatap Jungkook dengan sorot mengejek.

Jungkook berdecak. "Dasar tak tahu terima kasih!" Berbanding terbalik dengan ucapannya, ia justru lagi-lagi tersenyum, sebelum kemudian kembali fokus pada luka Seokjin. Memasang plester di sana.

"Akhirnya, selesai juga." Seokjin mendesah. "Demi keselamatan umat manusia, kau sebaiknya jangan mengambil jurusan kesokteran!"

Jungkook tertawa setelah selesai membereskan kotak obat. "Hobimu itu mengeluh, ya?"

Seokjin cemberut, tapi tak berniat menyangkal ataupun mengiyakan.

Hening diantara mereka, Seokjin dan Jungkook yang tengah duduk bersebelahan. Larut dalam pikiran masing-masing.

"Kau sering kemari?"

"Setiap hari saat pulang sekolah."

"Wah! Sudah seperti rumah saja! Padahal kau setiap hari kemari, tapi bagaimana bisa tak sempat mengerjakan PR?" Seokjin bertanya jengkel, teringat tugas Pak Park yang menyuruh mereka mencari sejarah angka nol di internet, dan Jungkook sepertinya sengaja tak mengerjakannya.

"Aku hanya mengerjakan PR yang jelas!" Jungkook membela diri.

"Jadi, maksudmu semua PR dari sekolah itu tak jelas?" Seokjin menggelengkan kepalanya, tak habis pikir. Jungkook, kan, tak pernah mengerjakan PR. Alasan saja. "Dasar pemalas!"

"Enak saja!" Jungkook menatap sengit pada pemuda di sebelahnya. "Lagi pula, aku di sini bukan untuk belajar."

"Lalu?"

Jungkook tersenyum tengil. "Bermain game!"

***

Tak tahan untuk mendesah, Jungkook menatap jengah pada Seokjin, yang matanya tengah fokus pada layar monitor. Sesekali bibir merah muda Seokjin mengeluarkan suara-suara 'Ah!' atau menggeram.

"Ayo, pergi." Jungkook mengulangi kalimatnya beberapa menit lalu. Sama seperti sebelumnya, sekarang ia juga mendapat pengabaian. Tak tahan, ia bangkit dari sofa lalu tanpa aba-aba mencabut kabel penghubung komputer dengan daya listrik.

"Ya!! Jungkook!!" Seokjin tak tahan untuk tidak berteriak ketika tiba-tiba layar monitor berubah gelap. "Apa yang kau lakukan?!" Ia bangkit, berhadapan dengan Jungkook, lalu melotot.

"Kita harus kembali. Sebentar lagi jam pulang sekolah." Jungkook berkata tak acuh, seolah tak melakukan hal yang salah.

"Aku hampir saja membunuh zombi-zombi itu! Kasihan bunga matahariku!" Seokjin berkata sentimental, mengundang Jungkook untuk memutar bola matanya, tak peduli. Tiba-tiba Seokjin menyipitkan mata lalu lanjut bertanya, "Sejak kapan kau peduli dengan sekolah?"

"Sejak kapan kau tidak peduli dengan sekolah?" Kini Jungkook membalikkan pertanyaan.

Seokjin melebarkan mata. Sedikit tersentak ia baru sadar apa yang terjadi. Ia terlalu asik main game sampai-sampai lupa waktu. Tapi, jangan salahkan dirinya! Jungkook yang mengajarinya bermain game ini, jadi, salahkan pemuda itu!

"Ini semua salahmu!" Seokjin mengerucutkan bibir.

"Enak saja!" Raut Jungkook ikut masam, karena disalahkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AntonymTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang