1.Sang Gajah

6 2 2
                                    

     Salik menarik napas dalam-dalam, beban pikiran yang dirasa menyesakkan dada tiba-tiba melayang keluar bersama hembusan napas. Dua bola matanya menatap penuh tanya pada wajah kakek yang masih duduk bersila di atas batu lebar yang menghampar di tepi sungai besar. Gemuruh air terjun di seberang sana menghantarkan kepada ketenangan batin.

"Kek, benarkah manusia
Itu makhluk sempurna?" tanya salik.
Kakek tua itupun membuka matanya perlahan. Dengan masih menatap kedepan tampa menoleh salik, kakek tua itu menjawab,  "sepengetahuan kakek, kitab suci yang kebenaran nya kita yakini sedari kecil, berulang kali menegaskan, Allah menciptakan manusia dalam wujud paling sempurna. Manusia didesain secara khusus untuk menjadi wakilnya di muka bumi ini." kakek tua itu berhenti berbicara. Bola matanya bergerak melirik kearah kiri sungai; pohon-pohon besar kokoh berdiri di sepanjang aliran sungai seolah tirai penghalang misteri yang sulit terungkap.

"Kek, dimana letak kesempurnaannya? Bukan kah kehidupan manusia di tengah bentangan alam semesta yang luas ini tidak bisa terlepas dari strata-strata dibawahnya? Semisah, hewani, nabati dan atomik ?" tanya salik kembali. Keningnya mengkerut sebagai isarat belum mengerti alur pikir si kakek tua. Tubuh salik yang duduk bersila di hadapan kakek tua itu bergerak perlahan, hingga jarak antara keduanya semakin mendekat, sekira sepanjang anak panah.

Kakek tua itu terkekeh, lalu menjawab;  "jika hanya dilihat dari kebutuhan jasadiyahnya saja, siapapun akan menyimpulkan kalau manusia itu makhluk yang palin lemah di seantero jagat raya ini. Bukankah manusia tidak akan mampu hidup dan mempertahankan kehidupannya tampa di topang makhluk lainnya?"
Salik menganggukan kepala seraya berharapsang guru segera mengurai masalah. Si kakek tua menarik napas panjang, tangan kanan bergerak perlahan agar sorban putih yang di kenakannya tetap melekat di tempatnya,  "ingatlah nak, karena rahman dan rahim-nya, jauh sebelum di ciptakan manusia, Allah telah mempersiapkan bumi beserta isinya sebagai tempat yang cocok bagi perkembangan kehidupan umat manusia." kakek tua itu kembali berhenti berbicara. Kepalanya bergerak menengadah ke ufuk cakrawala. Dilihatnya gumpalan-gumpalan awan putih bergerak mengikuti arah angin. Bentuknya tak pernah setabil, ia senantiasa berubah setiap saat.

"Apa tidak berlebihan jika saya berkesimpulan bahwa karya monumental manusia dari zaman ke zaman tidak bisa lepas dari gerak alam yang senantiasa membentang di hadapannya?"  salim menerka isi nalar gurunya yang masih saja menatap kubah alam semesta.

"Tidak. Tidak salah, nak! Bukanlah karya manusia banyak diinsfirasi sebagai realitas yang disaksikannya setiap saat?bukankah manusia berupaya meniru beragam fenomena yang dilihatnya agar bisa berkembang untuk kebutuhan hidupnya? Coba kau renungkan perkembangan dunia bela diri. Bukankah sejarah mengingatkan kita bahwa mempertahankan diri dari serangan musuh, sebagian orang merenungkan gerak gerik monyet? Maka lahirlah ilmu pamonyet yang saat ini masih jurus andalan sekaligus masih menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang konsentrasi di dunia beladiri." jawab kakek tua saat pikirannya teringat kembali berbagai peristiwa semasa muda di padepokan silat.

"Hemmm, saya sekarang mengerti, mengapa salah satu teori asal usul bahasa manusia berasal dari peniruan terhadap prnomena terhadap alam disekitarnya." ucap salik seraya mengangguk ngangukan kepalanya.
"Salik, dalam kehidupan modern pun tak jauh berbeda." ucap kakek tua mengingatkan.  Tangan kanannya mengambil batok berisi kopi hitam yang sudah dingin. Hanya dalam hitungan detik, air kopi hitam habis tak tersisa.
"Maksudnya?" tanya salik penasaran. Tangan kanan nya bergerak membetulkan letak topi rimba yang di kenakannya. Kini,   mata salik menatap penuh harapan pada kakek tua yang tampak asik mengelus-ngelus jenggot panjangnya yang sudah tidak lagi menyisakan hitam.
"Nak. Semoderen apapun kehidupan manusia, peniruan tehadap realitas alam semesta masih akn terus berlanjut, bukankah seekor capung yang terkadang kurang begitu mendapat perhatian pandangan manusia pada umumnya, ternyata bagi para ahli sikorsky(sebuah perusahaan helikopter terkemuka di dunia)lain lagi ceritanya? Capung telah menginspirasi mereka untuk menghasilakan produk yang sungguh mengagumkan(helicopter sikorsky)tegas kakek tua.

" kek, apa kenyataan tersebut mengingatkan manusia agar senantiasa menyadari kenyataan bahwa pengembangan kecanggihan nalar manusia, sangat tergantung keinginan dirinya mentafakuri, atau merenungi bentangan alam semesta sebagai titik tolak dalam menjalani kehidupannya?" salik meminta konfirmasi.

"Benar. Namun perlu diingat, kenyataan tersebut tidak hanya terkait kemajuan fisik, ia pun berelasi dengan dimensi moral. Kerennya, alangkah bijaknya bila manusia mau mencoba melakukan perenungan terhadap karakteristik dunia sekitar yang secara tidak langsung telah menjadi guru bagi umat manusia, ia harus dijadikan bahan pelajaran dalam menempuh kehidupannya yang serba rumit ini." sikakek tua menambahkan.

"Adakah firman Allah yang secara tektual menegaskan hal tersebut?" salik tidak menerima begitu saja pandangan gurunya.

"Hehe. Selaku umat islam, selayaknya kita menjadikan ayat suci sebagai basis pemikiran. Nak, al-Qur'an berulang kali mengungkapkan fenomena alam semesta, dari seekor semut hingga ufuk cakrawala. Bahkan Allah pun berfirman :

اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا        ۗ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ ۚ وَ
اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا        ۗ  وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا
الۡفٰسِقِیۡنَ ۙ
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: 'Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?'. Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.
Maha benar Allah dengan segala firman-nya." ucap sikakek tua seraya mengutip firman Allah yang termaktub pada surat al-Baqarah ayat 26.

Salik bangkit berdiri, kaki melangkah mendekati tepi sungai yang pinggir-pinggirnya masih hutan belantara. Bening air permukaan tampak berkilauan memanntulkan cahaya sangsurya yang sudah  bergerak cukup jauh dari peraduannya. Dingin terasa saat tangan menyentuh aliran sungai yang tak pernah berhenti mengalir melewati sela-sela  bebatuan. Berulang kali kedua tangan salik bergerak agar air segera mengusir sara kantuk yang mulai menyapa.

Salik berdiri di tepi sungai, kedua tanganya di angkat ke atas, tubuh dibanting ke kanan ke kira hingga urat-urat pun bersuara walau tak mampu mengalahkan gemuruh air terejun yang tak pernah berhenti bernyanyi diiringi kicau burung yang bersembunyi di balik rindang daun pepohonan. Salik bergerak memutar haluan, kaki melangkah ketempat asal.


"Kek, mengapa Allah memulai ayat tersebut dengan huruf taukid?" tanya salik setelah bersila di tempat asal.

"Nak,  penggunaab huruf taukid diawal pembicaraan merupakan peringatan Allah kepada kita meremehkan ciptaan-nya. Ingat nak, sekecil apapun makhluk ciptaan-nya, ia didesain secara apik penuh pertimbangan lagi berdasar ilmu pengetahuan. Karenanya, apapun ciptaan-nya, pastilah mengandung manfaat bagi kehidupan manusia." ucap kakek tua menegaskan. Sorot matanya yang mulai redup dimakan usia, menyiratkan kasih sayang pada sang murid yang diharapkan menjadi penerus cita-citanya.
"Kalau sebatas itu, saya sudah mengerti walau tidak sempurna. Apa ada kemungkinan lainnya?" tanya salik penuh harap.

"Pertanyaan tersebut mengingatkan umat manusia bahwa Allah tidak pernah bermain-main saat menciptakan sesuatu, terlebih ketika ciptaan-nya itu di jadikan sebagai perumpamaan. Oleh sebab itu, perumpamaan dengan berbagai jenis hewan yang termaktub dalam kitab suci, seyogiannya dijadikan bahan renungan agar muncul pelajaran yang bisa dijadikan pedoman bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan ini."
"Hehe. Pandangan kake serasa sama dengan pendapat sayid hawa."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BERTASBIH BERSAMA ALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang