Senja (1)

22 4 0
                                    

Sore tadi aku bertemu dengan seorang gadis yang sedang terduduk sendu sendirian di sebuah restauran.

Wajahnya tertunduk dalam,
Pipinya basah oleh air mata,
Aku menyentuh bahunya kemudian menyapa,
"Boleh aku duduk di sebelahmu?"

ya, kalimat sapaanku kali ini bukan
"hay"
"siapa namamu?"
"bagaimana kabarmu?"
atau semacamnya.
Karna yang kutahu, seseorang yang sedang bersedih tidak membutuhkan banyak kalimat penghibur, ia hanya ingin kau hadir, duduk, menemaninya menikmati luka.

Dia mengangguk, tanda mempersilahkan yang ia beri.

"Menangislah kau sejadi-jadinya dalam sunyi, hingga tiada lagi airmata tersisa.
Berteriaklah kau sekeras-kerasnya dalam sepi, hingga habis suara.
Aku mengerti, semua kekecewaan yang kau rasakan.
Aku paham, sakit hati yang kau simpan.
Aku melihat, sedih yang terpendam.
Tapi setelah semua kesedihan yang sialan itu, kau harus kembali bangkit! Kau harus terus berjalan!"
Harusnya aku melontarkan kalimat itu padanya, namun aku urungkan.

Sekali lagi kukatakan, yang aku tahu dari seseorang yang sedang bersedih 'Ia hanya ingin di temani'.
Dan beginilah kami,
duduk bersampingan tanpa bersuara, berharap senja mampu menjadi obat penenang.

Kami tak saling mengenal, tapi kami saling mengerti, bahwa sesuatu yang telah pergi tidak akan bisa kembali.
Bahwa rasanya menyebalkan, di tinggal sendirian ketika proses penyembuhan

Teruntuk kamu, gadis yang ku jumpai sore tadi.

Habiskan sedihmu dalam satu waktu, setelah itu habiskan ribuan waktu untuk kebahagian.
Kau berhak bahagia,
Jangan jadikan ia yang telah membuatmu kecewa sebagai satu-satunya sumber bahagia.
Tersenyumlah, semesta menjadi lebih indah karna senyummu.

CoretanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang