NO PERFECT

10 3 2
                                    

Cafe Djendelo adalah salah satu cafe yang selalu ramai di padati mahasiswa kedokteran mulai dari harganya yang nggak sampai membuat kantong mahasiswa mengeluh hingga tampilanya yang sangat indah dan klasik apalagi di lengkapi tempat membaca di lantai 2 membuatku sangat gemar untuk berkunjung di cafe Djendelo.

Yang pasti dengan Nesya, Ali, dan Felix. Karna merekalah sahabatku semenjak aku masuk di universitas kedokteran walaupun ada sesuatu yang mengganjal. Seperti ada sebagian hidupku yang hilang. Wahyu sahabatku semenjak aku menginjak SD dulu sampai aku duduk di bangku SMA. Tapi setelah itu aku tak tau di mana Wahyu berada. Sepertinya ia telah tertelan bumi. Ia menghilang tanpa kabar. Di awal semester aku masih menghubunginya melalui e-mail dan dia masih menjawabnya tapi seiring berjalanya waktu Wahyu bahkan tidak menghubungiku lagi dan tidak membalas e-mail yang aku kirim.

"Shil, loe mau pesen apa?" Suara Nesya membubarkan lamunanku.

"Apa aja, sama kaya loe juga nggak papa" jawabku sembari mengambil buku di rak.. satu kegiatan yang jarang aku tinggalkan jika telah di cafe Djendelo. Pasti aku akan membaca.

"Just for you" ucap Felix tiba tiba memberikan satu tumpuk buku padaku. Aku tersanjung dengan sikap Felix baik sekali sih dia membawakan bukuku yang tertinggal.

"Wow, thank you very much, baik sekali anda" aku hanya tertawa karna pasti Ali lah yang menjawabnya. Dasar Kembara Kembar nakal. Tanpa menunggu lama pesananpun telah tersaji di meja.

"Apaan sih loe! Gue ngomong sama shila bukan makhluk ghoib tak kasat mata kaya loe!"

"Kalo gue ghoib loe juga dong. Kan loe kembaran gue" Felix hanya mendelik jengah mendengar perkataan Ali yang notabene kembaranya.

"Oh ya Shil, kemarin kayaknya gue lihat Wahyu" kata Ali yang di sambut toyoran oleh Nesya.

Nesya dan Felix mengkode Ali agar tidak melanjutkan perkataanya. Aku hanya menatapnya sekilas dan melanjutkan menyuapkan mie pada mulutku. Reaksiku hanya tersenyum.

"Eh dodol makanan loe makan keburu dingin" kata Felix gemas dengan Ali. Memang mereka sangat unik. Nesya dia berjilbab sama sepertiku tapi tetap tomboi. Felix, dia sangat suka bercanda apalagi menggombal dialah juaranya tak jarang banyak cewek yang terpikat oleh gombalan gombalan recehnya. Sedangkan Ali dia orang yang sangat jujur sampai sampai ia sering keceplosan hal hal yang harus di rahasiakan. Akulah pelengkapnya kata mereka aku sangat gila bahkan aku orang yang sangat masa bodoh dan sepertinya aku tak memiliki masalah padahal itu berbanding terbalik dengan nyatanya..

"Loe lihat di mana?" Tanyaku setelah menghabiskan makananku. Aku mencoba mengontrol ekspresiku setenang mungkin.

"Ah enggak kali shil, biasa kan Ali suka berhalusinasi. Ya nggak lix?" Kata Nesya meminta dukungan pada Felix, Felix mengangguk dan mengacungkan jempol sebagai pertanda bahwa ia setuju dengan pernyataan Nesya.

"Ck, santai aja kali. Gue cuma nanya. Nggak sampai mbunuh Wahyu kok" kataku santai.

"Di bandara bareng sama Ilmey" jawab Ali tanpa dosa. Felix dan Nesya hanya melongo mendenga ucapan Ali. Ilmey, apakah Wahyu meninggalkanku karena Ilmey?

"Oh bagus lah, setidaknya gue tau kalo Wahyu masih hidup" kataku dengan senyum hambar.

"Udah yuk pulang dah malem" kata Felix merubah topik pembicaraan. Aku tau mereka tidak ingin aku mengingat masa laluku. Tapi aku tetap terlihat I am fine di depan mereka tanpa memperlihatkan kesedihanku.. karna luka itu telah menjadi sahabat bagi rasa jadi mau tidak mau aku telah terbiasa.

~¤~¤~¤~

Aku hanya memandangi jam ku. Mengapa sepagi ini sudah ada kemacetan yang akan memotong lama perjalananku menuju kampus. Astaughfitullahal adzim ternyata sedang terjadi musibah kebakaran masal dan semua warga sedang membantu memadamkan api yang mengamuk dan telah melahap beberapa rumah warga. Aku segera turun dari mobilku dan segera mendekati korban kebakaran. Aku membantunya tanpa memerdulikan jika aku akan terlambat datang ke kampus. Begitulah aku, aku akan mengesampingkan urusanku hanya untuk membantu orang lain. Tanpa sadar aku telah terlambat 2 jam dari kelas matkul kimia. Aku berlari kecil dan segera masuk di kelasku.

"Rekor shil, 2 jam loe nggak masuk matkul pak Hamka" sanjung Nesya.. bukan bukan dia bukan menyanjungku tapi keheranan dengan tingkahku..

"Ck, biasa lah kan gue rajin" ucapku menyombongkan diri sembari tertawa. Nesya hanya menggelengkan kepalanya.

"Loe ketinggalan tugas dari pak Hamka dodol!"kata Felix memberikan informasi padaku.

"Nyantai aja kali, ntar gue juga minta detensi. Gampang kan" jawabku tersenyum menang.

"Hidup loe kok di bikin gampang semua sih Shil? Heran gue" tanya Ali heran aku hanya mengidikkan bahu.

"Nih ya ngapain loe mempersulit hidup loe kalo di gampangin aja bisa"

"Kalo loe kena marah?"

"Kenapa harus marah?"

"Karena loe nggak masuk di matkul nya."

"Gampang, tinggal dengerin ajalah. Nggak sampai mbunuh gue kan?" Kataku enteng Ali mengangguk setuju sedangkan Nesya dan Felix hanya menggelengkan kepalanya heran dengan tingkahku yang semakin lama semakin menjadi.

"Sebahagia loe aja deh Shil pusing gue" ucap Nesya pasrah aku kembali tertawa.

Bilang ya kalo ada typo. Jangan lupa pencet bintang biar aku lebih semangat nulisnya...

ANTARA Payung & PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang