"Afwan, akhi. Temukan ana dalam istikharah, jika akhi yakin telah menemukan ana, datanglah bersama orang tua akhi menemui orang tua ana. Ana ingin dikhitbah karena Allah yang menjodohkan kita, layaknya Zainab untuk Muhammad." Aku tegas menjawab.
--Raihana Chairunnisa--
***
Cakrawala merona, keindahan ciptaan Allah luar biasa menggetarkan dada makhluk-makhlukNya. Angin berhembus pelan, seolah bertasbih menanti datangnya waktu sembahyang. Sayup-sayup suara adzan Magrib menggetarkan hati. Panggilan Tuhan untuk bersujud dan memuji keesaanNya. Setelah usai iqamat dikumandangkan, cahaya langit meredup. Bermunculan binar bintang mengintip bumi. Seperti mata malaikat mengintip aktivitas penduduk bumi. Ketika gulita semakin menjelaga, kerlip lampu-lampu dinyalakan di sana-sini. Dengung lalaran Jurrumiyyah para santri putra dan putri menghinggap setiap pendengaran.
Waktu begitu cepat bergulir. Adzan Isya menyusul, dan para manusia kembali bercengkrama dengan Tuhannya. Setelah itu, para santri dan santriwati berduyun-duyun kembali ke kamar asrama masing-masing. Menjalankan aktivitas seperti biasa. Suasana pesantren Al-Fatih, Malang kembali hening.
Pesantren yang baru berusia beberapa tahun ini telah memiliki ratusan santri dan santriwati. Lokasinya berada di pelosok desa Purworejo Kecamatan Ngantang wilayah Kabupaten Malang, seperti pesantren pada umumnya yang memilih lokasi jauh dari hiruk pikuk manusia agar konsentrasi para penuntut ilmu ini terjaga. Pesantren ini menganut sistem semi modern. Bangunannya sederhana namun rapi. Kebersihan adalah satu poin penting yang paling dijaga di sini. Maka dari itu dibentuk tim piket yang dilaksanakan pada setiap hari. Mereka harus menjaga kebersihan karena sebagian dari iman.
Aku masih berdiri di depan Masjid mengawasi santriwati agar kembali ke asrama sesuai waktunya. Di pesantren ini, para akhwat dan ikhwan memiliki jalur dan area khusus. Kecuali untuk di Madrasahnya yang sesuai kelas. Namun aku bukanlah siapa-siapa dan tidak ingin dianggap siapa-siapa. Aku hanya Raihana, putri Ustad Furqon dan Ustadzah Anisa yang telah mengabdi di pesantren ini sejak tahun pertama pesantren ini didirikan. Aku turut mengajar di Madrasah Ibtida'. Sejujurnya aku memang sengaja memilih mengajar di kelas MI karena aku masih ragu dengan ilmuku yang tidak seberapa.
Aku kembali meneliti setiap santriwati yang berjalan lewat jalur akhwat di depan Masjid Jami. Kehidupan disiplin memang menjadi ciri khas pendidikan islam. Kita harus bisa memanfaatkan waktu yang ada tanpa membuatnya sia-sia.
Aku tersadar, pandangan masih meneliti santriwati hingga sebuah suara mengejutkan dan memaksa mata menoleh ke arah asal suara. Namun dengan segera aku menundukkan pandangan, yang datang padaku adalah Hafidz, alumni Pesantren ini yang kini mengabdi menjadi Ustad.
"Assalamualaikum, ukhti. Lihatlah! Betapa indahnya suasana ini." Suara lelaki manis itu membuat mataku yang sedari tadi menunduk, kini teralih memandang langit sore.
Di balik cadar, aku mengulas sebuah senyum. Subhanallah, tak hentinya ungkapan syukur terlantun meski hanya lewat batin. Aku setuju dengan ungkapan Hafidz, tapi sebersit tanya muncul di hati. Tumben sekali ia menyapaku. Dia mematung dengan mata yang sekilas kulihat meragu. Ada apa dengannya?
"Ukhti, sesungguhnya ana ingin mengatakan sesuatu." Hafidz memilin-milin tangan, membuatku ikut merasakan kegugupannya. Apa yang akan ia utarakan?
"Ada apa, akhi?" Tanyaku sembari tetap menjaga pandangan ke arah bawah. Sungguh, aku tidak mau mengotori mata ini dengan memandang apa yang tak seharusnya kupandang.
"Ana, ana ingin mengkhitbah ukhti," terang laki-laki bergingsul yang diam-diam selalu kusebut namanya pada munajat malam.
Jantungku berdegub kencang, tiba-tiba tumbuh bunga-bunga bermekaran di hatiku. Ya Allah, inikah jawaban atas doa-doa yang selama ini kuuntai? Benarkah lelaki ini yang akan menuntunku ke dalam surgaMu? Aku masih membeku. Lidahku tiba-tiba kelu. Tanpa bisa berkata apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Istikharah [ SUDAH TERBIT]
RomanceRaihana, gadis shaliha itu adalah hafidzah yang sedang galau menentukan calon imamnya. Keempat akhi yang melamarnya adalah ustad muda di pesantren Al Fatih. Hafidzul Ayyas si ustad dengan suara indah, Alif fachri, lulusan terbaik dari pondok pesantr...