1.Amarah

54 18 3
                                    


Mentari berjalan lurus menuju gerbang SMA Bhinneka. Seperti biasa gadis cantik itu tak pernah terlambat kesekolah. Kakinya perlahan melangkah melewati pintu gerbang yang kini tengah dijaga oleh pak Yos, satpam yang biasa menjaga pintu gerbang. Rambutnya yang panjang ia biarkan tergerai diikuti belaian agin sepoy sepoy. Walau dalam keadaan apapun pesona seorang Mentari Ayana Giandra memang tak dapat diragukan lagi.

Mentari melenggang santai tanpa mempedulikan berbagai macam tatapan yang tengah tertuju padanya. Gadis itu hanya mengigit bawah bibirnya berusaha untuk tenang. Namun telinganya tak sengaja menangkap pembicaraan yang sangat menusuk hatinya.

"Eeeh.. itu si Mentari kan, heran gue kok dia masih berani ya datang kesekolah."

"Iya ya. Kalau gue jadi dia mah, mana berani gue datang kesekolah."

"hahaha.. memang dasar tu cewek muka tembok. Dulunyaa sok kaya padalah kan uang hasil nyolong."

"Ih Lo ngomong suka bener ya hahaha.."

"Denger denger sih nyokapnya masuk rumah sakit karena kecelakaan. Emang malang baget ya tuh cewek, udah bapaknya dipenjara emaknya juga masuk rumah sakit. Bentar lagi kena karma apa lagi ya?"

"Ehh.. menurut gue lo ngomonyaa terlalu keterlaluan deh. Ntar dia denger gimana?"

"Biarin."

Mendenar perkataan itu hati Mentari bak dicabik cabik. Gadis itu memang sudah biasa mendengar perkataan buruk tentang dirinya. Tapi ia tak bisa tahan lagi kalau keluarganya juga ikut dicaci dan dihina. Darahnya seakan tengah naik kepuncak ubun ubun. Ia berjalan cepat menuju sumber suara.

"Lo ngomong apa barusan?," Ucap mentari datar kepada gadis berambut pendek yang tengah duduk santai bersama temanya.

"Eeh lo nga- ngapai disini," Balas gadis itu dengan muka panik.

"LO NGOMONG APA BARUSAN," ualangnya lagi dengan nada penuh penekanan.

"Ngapain sih, lo gil-- "

PLLAAAKK

Sebuah tamparan keras melayang tepat diwajah Friska Isandra. Seorang gadis yang pernah sekelas denganya satu tahun lalu saat Mentari masih duduk di kelas sepuluh. Semua orang yang berada disana langsung tertegun melihat kejadian langka tersebut. Pasalnya seorang Mentari Ayana Giandra memang tak pernah terlibat pertengkaran apalagi sampai menapar seseorang begitu kerasnya. Sementara Friska si ratu gosip sekolahan itu hanya meringis kesakitan sambil memegangi pipinya yang merah akibat tamparan dari Mentari.

Tak terima dipermalukan sambil ditonton semua orang Friska pun langsung menjambak rambut Mentari kasar. Begitu juga Mentari yang ikut menjambak rambut Friska tak kalah hebat. Aksi jambak jambakan itu langsung membuat seisi sekolah riuh. Beberapa anak yang mecoba melerai malah terkena imbas pertengkaran mereka. Sampai datanglah Buk Aini. Guru BK yang terkenal garang seantero sekolah.

****

"Kenapa kalian berdua buat onar pagi pagi begini?"

Buk Aini bertanya sambil mengeluarkan tatapan mematikan bak medusa hingga membuat Friska langsung mengeluarkan air mata buayanya. Sementara Mentari masih saja diam dengan ekspresi datarnya. Buk Aini mulai jengah dengan tingkah keduanya karna tak ada satupun diantara mereka yang berani mengeluarkan suara. Dan lagi siswi yang dikenal teladan dan selalu mendapat juara umum kini juga berani membuat onar.

"Kalau ditanya itu jawab!!!" Buk Aini menghentakan telapak tangannya keras kemeja hingga membuat keduanya terkejut.

"Saya cuma mau ngajarin dia supaya ngk ngurusin hidup orang," Jawab Mentari yang mengeluarkan suara terlebih dahulu.

"Sa-saya ngk ngomongin dia kok buk, dia aja yang tiba tiba datang dan langsung mu- mukul saya. Hiks," Bela Friska terisak dengan air mata masih mengalir.

"Friska! Saya ngak minta kamu buat nangis disini," bentak buk Aini. "Kalau kamu memang ngak salah, tidak mungkin Mentari akan menampar kamu tanpa alasan. Jangan kamu kira saya ngak tau kalau kamu bohong," Friska langsung menundukkan kepalanya tak berani lagi menjawab. Pasalnya memang dialah yang bersalah disini. Tapi bukan Friska namanya kalau mau menerima kekalahan segampang itu. Sebentar lagi pasti wanita itu akan memikirkan cara untuk membalas Mentari.

"Dan kamu juga Mentari. Ibuk tau kamu sedang ada masalah. Tapi jangan jadikan itu alasan untuk kamu mukul orang sembarangan. Apalagi kamu juga siswa berprestasi. Jangan sampai nilai kamu menurun cuma karna masalah keluarga"
Ceramah buk Aini yang dijawab mentari dengan kalimat singkat.

"Untuk kali ini ibuk ngk akan panggil orang tua kalian. Tapi kalau lain kali kalian buat onar lagi, ibuk ngak akan segan segan kasih surat panggilan orang tua. Ayo sekarang kalian salaman," Lanjut guru bimbingan konseling itu.

Dengan sangat terpaksan Friska mengancungkan tanganya untuk bersalaman dengan Mentari. Tapi gadis itu tau kalau Friska sama sekali tidak tulus. Ia hanya diam menatap Friska tajam.

"Tuh kan buk!!," Geram Friska melihat tingkah cewek yang ada di hadapanya.

"Mentari" tegur Buk Aini datar, namun bisa membuat bulu kuduk merinding bagi yang mendengarnya. Mentari akhirnya mengalah gadis itu segera menyambut tangan Friska meski tak ada senyuman yang terukir diwajah keduanya.

****

Setelah kejadian tadi gadis itu masih tampak kesal. Dengan langkah yang cukup cepat Mentari segera masuk ke kelas Xl Ipa 1. Dalam benaknya ia memang sungguh benci dengan orang yang bicara seakan tau segala hal tentang dirinya. Seakan dirinyalah yang paling mengerti, seakan hanya dengan bicara semuanya selesai. Namun nyatanya tidak.

Baru saja gadis itu memasuki kelas. Semuanya langsung menyambutnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Begitulah manusia, selalu saja gampang berubah padahal dulunya mereka selalu bertingkah manis dihadapan Mentari. Gadis itu kini tak peduli sama sekali. Sudah cukup baginya bermasalah dengan Friska.

Ia menghempaskan segera tubuhnya di kursi melepas penat yang sedari tadi mendera. Tangan gadis itu perlahan mulai mengurut urut dahinya yang luka akibat perkelahian dengan Friska.

"Lo ngk pa-pa rii?" Tanya gadis berambut sebahu sekaligus teman sebangku Mentari, Aruna Hilya Arifin.

"Ngak papa sih, cuma kadar kekesalan gue semakin meningkat," jawab gadis itu tanpa mengalihkan pandanganya.

"Yaelah lo kan emang PMS setiap hari," Kekeh Aruna. "Tapi tadi ya lo hebat juga nonjok si Friskanya. Jarang jarang banget gue lihat lo berantem kayak gitu" Ejek Aruna yang masih terkekeh geli sementara Mentari hanya memutarkan bola matanya malas.

Walau mereka berdua adalah teman dari SMP namun keduanya mempunyai dua kepribadian yang berbeda. Tapi bagi Mentari, Aruna adalah teman terbaiknya walau seberapa mengesalkanya gadis itu. Cuman Aruna lah yang selalu ada untuknya disaat orang lain memandangnya dengan tatapan sinis.

Silakan vote dan komen❤
See you nex time

Melody Untuk MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang