2.Lo Mentari?

37 13 0
                                    

Silakan vote dulu sebelum membaca
Happy reading❤


Kringggg.....

Bel keluar main bergema ke seluruh penjuru sekolah membuat para murid SMA Bhinneka berhamburan keluar. Terkecuali Mentari yang masih saja sibuk berkutik dengan bukunya. Disaat orang lain menghindari buku dan lebih suka mengisi perut dari pada mengisi otak, Mentari justru sebalinya.

Aruna yang duduk disampinya memandang gadis itu lekat. Kebiasaan Mentari yang satu ini memang tak pernah hilang. Pantas aja jomblo, orang pacarannya sama buku terus. Mungkin itulah yang dipikiran Aruna saat ini. Walau mereka sudah berteman beberapa tahun, Aruna masih tak mengerti jalan pikiran sahabatnya itu.

Ia bahkan pernah menolak Deva, wakil ketua OSIS yang termasuk jajaran siswa tertampan di SMA Bhinneka. Dan juga Gilden cowok tampan yang digandrungi banyak wanita karena pesonanya yang tak dapat diragukan lagi. Tak heran banyak anak cewek yang membenci Mentari karena mereka pikiri Mentari itu adalah si cewek songong yang merasa seakan dirinyalah yang paling cantik, sampai begitu mudahnya menolak perasaan seseorang. Siapa sih yang tak kesal? Bahkan Aruna juga sempat kesal karena Mentari terus menyia nyiakan perasaan seseorang kepadanya.

Tapi menurut Mentari, tampan saja tak akan ada artinya kalau perasaanya berkata lain. Bahkan biarpun orang itu cowok tertampan diduni dan anak sultan sekalipun. Jika ia tak suka berati jawabanya adalah tidak. Yaa.. walau dia tak pernah sih merasakan suka pada seseorang. Namun yang jelas hari itu pasti akan datang.

Aruna masih saja memandang gadis berbulu mata lebat itu lekat. Ide jahilpun langsung terbesit di kepala  Aruna. Dengan gerakan cepat Aruna segera menarik buku yang tengah dibaca Mentari hingga membuat gadis itu tersentak.

"Balikin buku gue?" Pinta Mentari.

"Ngapain sih baca buku mulu kayak anak cupu, mending lo temenin gue ke kantin?" Aruna tersenyum manis berusaha membujuk Mentari.

"Sendiri aja kenapa, lo kan udah gede?" Balas Mentari seadanya.

"Iih, Mentari masa gitu sama sahabatnya sendiri. Aku ngambek nih," Ujar Aruna dengan tampang sok imut yang membuat Mentari bergidik ngeri.

"Yaudah deh. Ayok," Ajak Mentari. Biar bagaimanapun Mentari memang tak bisa menolak permintaan Aruna kalau wajahnya sudah seperti kucing yang mintak diadopsi.

"Yey" sorak Aruna happy.

***

Sekarang tibalah kini mereka berjalan berdua di koridor kelas menuju ke kantin di lantai satu. Tempat yang pastinya sudah lumayan ramay dikerubungi mahluk kelaparan. Namun baru saja beberapa langkah berjalan melewati koridor, Aruna menghentikan langkahnya seketika membuat Mentari juga ikut behenti. Mentari hanya memandang gadis yang berada disampingnya itu heran.

"Yaampun dompet gue ketinggalan," Aruna menepuk jidatnya dan langsung berlari meninggalkan Mentari tanpa aba-aba.

"Lo duluan aja gue ntar nyusul!" Timpal Aruna yang masih berlari hingga hanya menampakkan punggunya seragamnya.

Mentari hanya menghela nafas panjang. Kemudian melanjutkan perjalananya menuju tempat yang sudah dijanjikan.

Akan tetapi, entah kenapa perasaan gadis itu mendadak tak tenang. Seperti akan terjadi sesuatu yang buruk kepadanya. Atau itu  hanyalah sebatas firasat saja? Yang pasti Mentari sungguh tak ingin sesuatu yang buruk terjadi lagi.

Benar saja saat ingin menuruni anak tangga tangan gadis itu dicekal hingga membuat langkahnya terhenti. Gadis itu menoleh dan dilihatnya seorang lelaki tinggi jangkung dengan menggunakan jaket hitam yang tak diresleting sama sekali.

"Lo Mentari ?" Tanyaa pria itu dengan tatapan dinginnya.

"Apaan sih lepasin ngak," Ucap mentari sambil berusaha melepaskan cengkraman lelaki tersebut.

"Lo mentari kan?" Lelaki itu mengulang pertanyaanya kembali dengan nada yang tak terdengar ramah sama sekali.

"Truss kenapa?"

"Ikut gue," Ujuar lelaki itu sambil menarik tangan Mentari.

Gimana episod kali ini?
Hehe maaf kalau masih ada yang typo
Maaf juga kalau episod hari ini agak pendek
Silakan kasih komen dan saranya
See you😚

Melody Untuk MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang