4.Gue manusia kok

26 8 1
                                    

Silakan vote dulu sebelum baca
Happy reading❤


Bel pulang sudah sedari tadi berbunyi. Namun gadis bernama Mentari itu belum juga pulang. Ia malah sibuk celingak celinguk seperti tengah mewaspadai seseorang. Padalah sekolah sudah lumayan sepi. Hanya ada beberapa murud yang menjalankan kegiatan ekskul, piket kelas, atau hanya sekedar nongkrong di kantin untuk menghabiskan waktu.

"Sipa?!" Mentari terperanjak kaget sembari menoleh untuk melihat siapa yang menepuk bahunya.

"Lo kenapa sih rii? semenjak jam istirahat tadi tingkah lo aneh," Aruna mengerutkan kedua alisnya, menatap Mentari curiga.

"Ngk ada apa-apa kok," balas Mentari, meyakinkan Aruna.

"Lo yakin? Atau jangan jangan....." Aruna menjeda kalimatnya membuat gadis yang berada di depannya itu menatapnya penasaran.

"Jangan jangan apa?" Ulang gadis itu.

"Jangan jangan lo habis ketemu sama nek gosong. Iiiii serem," Sauhut Aruna histeris, sementara Mentari hanya bisa melongo melihat tingkah sahabatnya itu.

Seperti di sekolah-sekolah lain, pasti sering ada mitos bahwa disekolah mereka ada penungu atau penghuni tak kasat mata. Begitu juga di SMA Bhinneka, motos tentang nenek gosong hantu penjaga kantin yang hangus terbakar memang sudah melegenda. Bahkan ada sebagian siswa yang percaya kalau kita memanggil namanya lima kali, arwah nenek kosong itu akan mengikuti kita sampai ke rumah. Tentu saja cerita tersebut hanya mitos belaka dan tak pernah terbukti kebenaranya sama sekali.

"Ngaco lu," Ucap Mentari singkat yang hanya dibalas cengiran oleh Aruna.

"Lo ngk pulang rii?"

"I- iya, gue mau pulang kok. Lo sendiri?" Tanya balik gadis itu pada Aruna.

"Gue sih nanti, soalnya gue kan harus piket." Tutur Aruna dengan tampang memelas khsanya. "Kenapa, lo mau pulang bareng?" Tanya Aruna.

"Eeeh, jarak rumah kita kan jauh banget dan lagi, lo pasti dijemput abang lo kan?" Bukanya apa, Mentari memang merasa tak enak jika harus berurusan dengan abangnya Aruna semenjak kejadian waktu itu. Saat kakak laki-laki dari sahabatnya itu mengungkapkan perasaan padanya. Dan semenjak saat itu juga Mentari merasa amat jangcung jika harus Arfan kakaknya Aruna.

"Kalau gitu gue pulang dulu ya," Tutur Mentari yang kemudian melangkah pergi meninggalkan Aruna dengan perasaan yang masih was was.

***

"Lo masih mau nunguin tu cewek vin?" Tanya Geo, pria tampan teman satu gengnya Arvino.

"Iya nih, gue kan mau kencan sama my baby gue," Sahut Julian cowok play boy yang lagi kasmaran.

"Halah bentar lagi lo juga putus sama my babi ngepet lo," Sangah Ferez meledek, ia memang sudah hafal kebiasaan Julian yang satu ini. Walau harus diakui wajahnya memang tampan, tapi kebiasaan play boy cowok yang satu ini memang tak pernah hilang. Berbeda sekali dengan Geo yang terkesan lebih cuek dan kalem atau Arvino si cowok tempramental yang ditakuti banyak orang.

"Lo kalau ngomong biasa aja dong. Bilang aja lo iri kan, karna gue ganteng dan banyak yang naksir," Sahut Julian lagi sembari menepuk dadanya bangga.

"Ngapain gue harus iri sama jelmaan Sun Gokong kayak lo," bantah Ferez tak mau kalah.

"Kalian bisa diam ngak sih! Udah tau gue lagi kesel!!" Bentak Arvino yang sudah tak tahan mendengar ocehan tiada henti dari kedua temanya itu.

"Sabar mas bro" Julian mengangkat kedua tanganya bagaikan sedang ditodong dengan senjata.

"Tapi gue masih penasaran yang mana sih cewek yang namanya Mentari itu. Orang yang berani cari gara-gara sama si Friska dan juga elo. Sampai bisa buat bibir lo jontor kayak gitu," Tutur Farez yang kebiasaan ceplas ceplosnya sudah seperti emak emak komplek.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Melody Untuk MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang