Aku menghela nafas, perjuanganku lari dari Mas Arya benar-benar terwujud. Setelah 4 bulan menunggu sidang perceraian dilaksanakan. Akhirnya hari ini statusku resmi menjadi mantan istri Arya Wiguna.
Namun aneh, selama 4 bulan ini Rafael benar-benar tidak pernah menemuiku. Atau mungkin dia memang hanya berbohong ingin menikahiku? Bisa jadi bukan? Siapa yang mau menikahiku? Namaku sudah terlanjur tercatat sebagai wanita malam.
Aku mencoba tersenyum, waktunya menyambut hari baru. Tanpa kekangan dan tanpa kemaksiatan. Welcome Alda!
Baru dua langkah meninggalkan gedung pengadilan agama, lenganku dicekal oleh seseorang. Aku langsung menoleh ke arahnya. Untuk sepersekian detik pandanganku dan dia beradu.
Membuat detak jantungku berubah menjadi dentuman yang meletup-letup. Ada apa ini? Aku tersadar lalu segera membuang muka. Dan melepaskan tanganku.
"Sudah cerai?" tanya Rafael dengan datar. Sedatar papan tripleks. Aku menghela nafas.
"Sudah," jawabku. Lalu hening, aku hanya melihat rumput yang ku injak. Tak berani melihat tatapan dinginnya itu. Aku pun hendak melangkah meninggalkannya namun dengan cepat ia menghadang tubuhku hingga kepalaku terbentur dada bidangnya itu.
Aku segera mundur walaupun sepertinya dada itu memang sandarable.
"Eh ... Loh ... Kenapa aku mikir begitu? Apa aku gila?" tanya hatiku pada pikiranku yang mungkin kurang waras ini.
"Ikut saya," katanya dengan suara bariton yang membuatku hanya bisa memilih satu pilihan. Mengikuti Rafael.
Aku duduk di jok belakang mobilnya. Sepanjang perjalanan, kegiatanku hanya memainkan ujung jilbabku. Namun alunan musik Sabyan membuat kepalaku menegak.
"Apakah si tripleks ini juga mengerti tentang musik?" tanyaku dalam hati.
Aku dan Rafael tiba di depan sebuah butik. Dengan tulisan Salya's Butik. Aku mengikutinya ke dalam butik.
"Ini," kata Rafael membuat alisku menyatu.
Sedangkan pegawai butik hanya mengangguk. Dan membawaku ke ruang ganti. Aku hanya diam. Lalu pegawai itu menyodorkan gaun berwarna peach dengan kerudung pashmina yang senada.
Aku memakainya tanpa banyak kata. Setelah keluar dari ruang ganti aku berjalan menemui Rafael. Aku pun berjalan dengan menunduk, dan ....
Dug ...
Aku kembali menabrak dada Rafael. Kini mata kami kembali beradu. Hingga suara seseorang membuatku tersadar.
"Pak Dokter kenapa calonnya dilihat seperti itu? Apa sudah kebelet?" tanya seorang wanita dengan baju syar'i dan tatapan yang menggoda.
"Apa?" tanya Rafael membuatku ingin membenturkan kepalanya ke dinding tembok yang kokoh ini. Ah ... Lelaki ini sungguh hemat kata.
Wanita itu tersenyum ramah padaku.
"Maaf ya Dek, Rafael ini keturunan orang kutub. Jadi ngomongnya irit sekali. Mungkin jika di taksir dia hanya berbicara 100 kata dalam sehari," kata wanita tersebut menepuk pundakku.
Membuatku hampir menganga.
"Apakah benar seperti itu?" tanya hatiku tak percaya.
"Sifatnya itu dikarenakan Rafael belum mo ...."
"Kak Salya," kata Rafael memotong pembicaraan wanita itu.
Wanita itu hanya tersenyum.
"Maaf, namaku Salya. Aku adalah kakak dari Manusia Kutub yang bernama Rafael Aditya Mahardika," kata wanita itu mengulurkan tangan. Membuatku tersenyum lalu membalas uluran tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Wanita Malam (Complete-belum revisi, Cacat Logika)
SpiritualAku dihadapan Allah adalah hambanya. Sedangkan Aku di hadapanmu adalah wanita malam yang tak berharga begitukah? Up: 3 Februari 2018. salam sapa penulis amatir Hisnanad28. Jangan jadi pencuri ide alias plagiator.