Robot

181 24 14
                                    

Bangun! Aku terbangun dari suatu tidur, tidur yang aneh, tidur yang entah kenapa semuanya tidak terlihat. Namun, aku merasa sangat nyaman dan lupa kapan aku tertidur dan dimana aku tertidur.


Tempat ini nampak berbeda. Oh iya aku ingat! Rumah lamaku, tempat tidur yang langsung berhadapan dengan jendela. Jendela yang tak dapat menahan sinar matahari pagi sehingga dengan mudahnya cahaya mentari menerobos masuk menerpa wajahku. Sungguh itu merupakan pagi yang cerah.

Terdengar ribuan kicauan burung bernyanyi, anak-anak kecil yang tertawa dan bermain serta nyanyian syahdu dari para serangga. Sungguh ini benar-benar membawaku ke masa kecilku yang penuh dengan keceriaan.

Aku berdiri dari posisi berbaring dan langsung menuju ke ruang makan. Ya, tempat ini nampak berbeda, ini bukan rumah lamaku. Satu yang aku tau ini bukanlah mimpi. Meminum segelas air putih mungkin akan membantu.

"cepatlah bergegas, waktumu tidak banyak!"

Aku berbalik dan mencari sumber suara itu, ya aku tau siapa itu. Aku pernah bertemu dengannya namun nampaknya dia mengenalku dengan baik. Angga dia adalah Angga. Seorang pemuda dengan wajah yang lumayan tampan dengan rambut yang mengikuti zaman dan tinggi yang bisa dikatakan tinggi untuk anak seumuran 17 tahun. Aku tau dia orang yang baik karna matanya memancarkan kesetiaan dan persahabatan.

"sudahlah jangan melamun mikirin dia, lepaskan aja. santai aja selow man." memecah lamunanku.

"siapa yang kau maksud?"

"siapa lagi kalau bukan kau si raja baper?" ejeknya

"haha bisa aja, memangnya kita mau kemana?"

"astaga! Selain baper dirimu juga pelupa ya?" menahan tawanya.

"hehehe" tertawa sambil menahan wajahku yang memerah.

Aku baru bangun dan ternyata sudah dua kali aku diejek oleh orang yang entah mengapa bisa seakrab ini. Sepertinya, moodku yang bagus hilang seketika.

"kau siapkan perbekalan! Aku akan siapkan sepeda dan beberapa orang untuk menemani kita. Kita akan pergi untuk melihat pemandangan yang indah di sebelah utara kota ini, mereka bilang senja di atas sangatlah indah" perintahnya. Ya siapalagi kalau bukan Angga.

"tunggulah sebentar, aku baru bangun dan kau sudah menyuruhku. Ini sungguh tidak adil" aku protes.

"cepatlah! Kita tidak punya waktu, aturan di kota ini hanya mengijinkan kita beraktifitas di bawah jam 12 siang"

Mengapa harus di bawah jam 12? Mengapa ada aturan seperti itu?

Aku bergegas menyiapkan bekal makanan. Anehnya makanan di dunia ini berbentuk sangat kecil, hanya sebesar ibu jari. Apa ini akan cukup? Lalu aku mencoba memakannya dan betapa terkejutnya diriku. Makanan ini nampak seperti makanan biasa ketika berada dimulut. Namun ketika sudah mencapai lambung, tiba-tiba makanan ini menjadi besar dan banyak dan seakan-akan memenuhi seluruh ruang di dalam lambungku. Aku merasa sangat kenyang dan sepertinya sanggup tidak makan berhari-hari.

Dengan malas, aku mempersiapkan bekal. Memasukkan makanan aneh tersebut ke dalam tas, tas berwarna hitam yang modelnya seperti tas ransel pada umumnya. Perbekalan sudah beres, sekarang saatnya untuk mengurus diriku.

Aku berjalan menuju kamar mandi dan tidak ada yang aneh dengan itu, hanya saja air disini seakan akan melayang layaknya berada di luar angkasa. Aku berusaha menangkap air tersebut dan menempelkannya ke tubuhku kemudian mengusapnya dengan sabun. Ini mandi yang aneh, ketika selesai tidak ada yang harus dikeringkan. Semuanya nampak sangat kering. Ini seperti air yang berada di atas daun talas, tidak menempel namun bisa membersihkan. Sungguh aneh.

Aku bergegas pergi ke dalam sebuah kamar ketika selesai mandi. Kamar tersebut berada di lorong depan kamar mandi, lorong yang cerah dengan lukisan-lukisan abstrak. Lorong yang panjangnya sekitar 5 meter dari kamar mandi. Aku membuka pintu ruangan tersbut dan memasukinya. Di samping pintu ruangan, terdapat lemari kayu tua yang berwarna coklat gelap. Terlihat cocok dengan warna dinding yang putih. Aku membuka lemari tersebut dan terheran-heran, mengapa tidak? Ketika aku membuka lemari, aku seperti membuka sebuah ruangan. Dari luar nampak seperti lemari biasa namun ketika dibuka, nampak seperti sebuah ruangan yang berisi baju-baju yang disusun rapi layaknya sebuah butik.

Aku memilih sebuah baju dengan warna biru gelap dan ketika memakainya seakan-akan baju tersebut melekat seperti kulit dan aku tidak merasakan sedang memakain baju. Baju tersebut nampak menyatu dan lihatlah! Ini sangat ringan. Modelnya seperti kostum para petualang dengan jubah menjuntai di belakang. Terdapat beberapa kantong di baju ini, terlihat berat namun ketika dipakai baju ini seperti menyatu dengan tubuhku. Dan hebatnya baju ini sudah satu paket dengan celana dan sepatu.

Setelah menyelesaikan urusanku, aku kemudian bergegas mencari Angga. Menelusuri rumah ini tidak semudah yang aku bayangkan. Terlalu banyak ruang yang bahkan semuanya nampak begitu mirip. Seakan berada di wahana rumah kaca namun kita bisa masuk ke dalam kaca. Aku tahu ini tidak masuk akal. Setelah berjalan cukup lama akhirnya aku menyerah.

"Angga! Angga!" aku memanggilnya sambil menunggu jawaban.

"Aku disini! Cepatlah kemari!" balasnya setelah sekian lama aku memanggil.

Suara itu berasal dari arah depan, segera aku menuju sumber suara tersebut dan sampai di sebuah pintu. Aku membukanya meski terasa sangat berat.

Kriiiet!

Ketika pintu terbuka betapa terpesonanya diriku, nampak sebuah pemandangan yang sangat mengagumkan. Burung-burung indah yang terbang dan hinggap dimana mana tanpa takut untuk diburu, kawanan rusa yang dengan santainya melewati depan rumah ini, beberapa ekor merak memamerkan keindahan bulu-bulu mereka, dan mereka semua tampak begitu akrab dengan manusia.

Hey! Mereka tidak tampak seperti biasanya! Astaga! Mereka bukan makhluk hidup, mereka adalah robot! Sebuah teknologi yang sangat maju!

Setelah melihat itu semua, aku sadar aku berada di dunia yang berbeda! Ini tampak nyata tapi ini pasti bukanlah kenyataan.

Jangan lupa vote untuk mendukung aku melanjutkan cerita ini

Para Pemilik Kekuatan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang