4. Ke Kaguman Yang Berlebihan

3.9K 368 7
                                    

"Kagum itu boleh tapi jangan berlebihan juga,"

.
.
.

★☆♣☆_______
_______________________

Pralingga, Lingga, atau Ali. Itu satu nama yang di pakai satu orang yang sama. Ia mudah berbuat kasar pada semua orang jika seseorang itu melakukan hal yang tak ia sukai. Sikap kasar serta tatapan dingin selalu mengancam semua orang, namun berbicara irit dan datar selalu membuat semua orang penasaran.

Sifat itu Ali miliki sejak kecil namun sejak kematian sang mama, Ali atau yang kerap di panggil Lingga itu semakin sulit untuk jamahi. Dulu sang papa masih bisa mengajaknya duduk bersama meski Ali tak mengularkan kata sepatah pun, namun sekarang tak lagi. Ali sangat jarang di rumah, bahkan setelah pernikahan sang papa dengan ibu tiri barunya Ali berbulan-bulan tak bulan kerumah. Sesekali ia datang hanya untuk mamastikan sang papa sehat dan baik-baik saja.

Pertemuan mereka di bali bukan suatu kesengajaan, Ali yang sudah berlibur berbulan-bulan di Bali tidak tahu jika sang papa juga akan honeymoon bersama istri barunya di Bali. Itulah alasan Lingga memilih untuk cepat kembali ke Jakarta, tanpa permintaan sang papa pun ia akan cepat kembali.

Ali belum bisa menerima kehadiran orang baru dalam keluarganya, apa lagi mama tirinya memiliki seorang anak perempuan yang bawelnya minta ampun.

"Lingga, dari mana saja kamu,?" Suara Gerland mampu menghentikan langkah Ali yang hendak menuju kamarnya, Ali menoleh pada sang papa. "Sudah beberapa minggu kamu di luar ? kenapa baru pulang ?"

Ali tak bersuara, tatapan yang lurus membuat Gerland kembali bersuara, "Besok malam kita makam malam di luar, papa mau kenalkan kamu dengan rekan kerja papa,"

"Ali sibuk," Jawab Ali, laki-laki itu pun berlalu meninggalkan sang papa. Ali tak menyadari jika sahutannya membuat Gerland menatapnya heran,

"Ada apa sama anak itu ? Ali,? Sejak kapan ia memakai nama panggilan itu." Gerland bergumam seorang diri dalam batin, tingkah Ali tak menampilkan perubahan sedikit pun. Namun nama panggilan itu cukup meyakinkan Gerland jika sang putranya sedikit berbeda.

"Malam pa," Sapa Kiena membuat pandangan Gerland berputar ke arah pintu masuk, gadis itu mendekati sang papa dengan langkah pastinya.

"Dari mana saja kamu ? Kenapa baru pulang juga ?"

Kiena tersenyum sumeringah pada sang papa. "Kiena habis jelong-jelong sama teman-teman, lagi pula Kiena bosan di rumah mulu," Gadis itu mengembungkan pipinya membuat wajahnya terlihat menggemaskan, Kiena kembali tersenyum manja sambil memeluk sang papa. "Di depan ada mobil kak Lingga, dia udah balik,?"

Gerland mengangguk. "Ya, dia baru saja sampai. Tapi ada yang aneh sama abang kamu,?"

"Aneh,? Bukannya bang Lingga memang sudah aneh sejak dulu ya pa," Sahut Kiena menatap sang papa heran, gadis itu mengendik bahunya.

Gerland mengangguk kecil membenarkan perkataan putrinya, "Memang tapi ini lebih aneh," Kata Gerland dengan raut bingungnya membuat Kiena ikut penasaran.

"Maksud papa,?" Tanya Kiena penasaran, ganti Gerland yang mengendik bahu membuat Kiena menatapnya kesal. Gerlan bergeming pelan, sulit untuk di jelaskan namun benar yang Kiena katakan Ali memang selalu bersikap Aneh. "Pa, kira-kira kak Lingga mau ngak ya kalau aku ajak keluar,?" Keina menatap sang papa lurus, gadis itu memasang wajah penuh harap pada sang papa.

"Kenapa kamu ngak coba ajak saja,?" Balas Gerland bertanya membuat sang purti yang masih dalam pelukannya semakin mencebikan bibir.

"Takut ah pa,! Nanti yang ada Kiena di pelototin," Kiena membuat ekspresi mata bulat, memperagakan bagaimana Ali akan memplototinya.

LYGA✔ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang