14

13 0 0
                                    

Hai semua,

semoga kalian suka part ini

selamat membaca.

................................

"Cup,cup,jangan bersedih Little boy."

Rian mendengus sebal.Sejak tadi makhluk yang berada di sebelahnya terus mencucapka kata-kata yang menjengkelkan.Sekarang ia menyesal karena memberitahu kisahnya kepada orang ini!.

"Ouhhh,Rian..,jangan cemberut gitu,nantik aku belikan permen."

Tangan Rian mendarat ke kepala William dengan kilat.

"AKU BUKAN ANAKMU TAHU!"William tertawa kecil.

"Ayolah bung,kenapa kau harus menyukai gadis itu."

"Bukan menyukai tapi-"

"PENASARAN."Ucap William penuh penekanan.Pria iu memperbaiki topi kokinya.

"Kau tahu,pada akhirnya kata 'penasaran'itu akan menjadi kata 'menyukai'."Rian menatap teman kerjanya.

"Heh,aku bukan orang yang seperti itu."William menghela nafasnya.

"Aku tahu bung,kau terus berucap seperti ini,"William memperbaiki posisinya.

"Aku ini orang yang tak mudah jatuh cinta,kau tahu itu Wil,Don't disturb me,Okay."

Kalau saja Rian tidak dipanggil untuk menerima pesanan,dipastikan tangannya akan melayang ke kepala pria tersebut sekali lagi.Melihat temannya itu memperagakannya dengan gaya yang di lebih-lebihkan.

"Apa itu saja?"Tanya Rian kepada 2 orang perempuan yang sedang menjadi tamu Cafe.

"E-eh,i-iya."Jawab salah satunya.

Rian menempelkan daftar pesanan pada tempatnya.Ia mengalihkan pandagannya ke tempat lain.Sedari tadi,perempuan yang baru saja ia layani terus menatap ke arahnya.Sebenarnya ini bukan pertama kalinya,sejak pertama kali kerja disini,pasti ia mendapatkan keadaan yang selalu sama.

"Hei,gadis-gadis itu melihat ke arah sini."Rian membulatkan matanya melihat William yang tiba-tiba muncul disebelahnya.

"Sedang apa kau disini?,seharunya kau ada di dalam kan?"Rian menunjuk ke arah ruang masak.

"Bung,memangnya kalau koki itu harus berada di ruang masak untuk selama-lamanya?"Tanya William.

"Ya kan,memang disitu tempatnya untuk selama-lamanya."William menepuk kerasa pundak Rian.

"Apakah mereka terpesona dengan ku,bung?"Rian menggelengkan kepalanya.Bagaimana ia bisa berteman dengan pria ini.

"Sepertinya tidak,pandangan mereka lurus menatap ke arah mu."Rian mengehela nafas,matanya terus ia bawa kearah lain.

"Hei,coba balas tatapan mereka,bisa saka kau akan jatuh cinta pada pandangan pertama kepada mere-"Rian menampar pipi Wiliam.Walaupun tidak terlalu keras tapi itu sanggup membuat pria itu meringis kesakitan.

"Auuu sakit,kau ini sama saja seperti perempuan,ish."Riam menatap tajam ke arah William.Entah siapa yang ia bilang perempuan,tapi sekarang siapa yang sifatnya seperti itu.

"Kau jangan mensehati ku tentang cinta,lihat dirimu,perjalanan cinta mu saja tak ada ukiran bagusnya sama sekali."Ejek Rian.

William kembali memukul punggung Rian dengan lebih keras.Mereka saling balas membalas dengan diiringi ejekan yang keluar dari dua mulut tersebut.

Kring..

Bunyi lonceng tersebut memberhentikan perkelahian kecil mereka.Keduanya sama-sama melihat ke arah pintu.Pandangan Rian tidak lepas dari sana,ia tidak mempedulikan 2 orang perempuan tadi yang histeris karena beranggapan bahwa mata Rian tertuju kepada mereka.

Le Bonheur(kebahagiaan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang